Jumat, 19 Januari 2018

PEMBINAAN MANAJERIAL KELOMPOK

PEMBINAAN MANAJERIAL KELOMPOK

Tumbuh dan berkembangnya kelompok - kelompok dalam masyarakat, umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan kekompakan kelompok tersebut tergantung pada faktor pengikat yang dapat meningkatkan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok.

Dengan berkelompok maka pelaku utama akan belajar mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka. Mereka belajar membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu setiap anggota merasa memiliki komitmen terhadap kelompoknya. Mereka merasa "In Group" yaitu mengembangkan "ke-kitaan bukan  ke-kamian". Dengan demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-sendiri.
Kelompok pelaku utama adalah kumpulan pelaku utama yang mempunyai hubungan atau interaksi yang nyata, mempunyai daya tahan dan struktur tertentu, berpartisipasi bersama dalam suatu kegiatan. Hal ini tidak  akan dapat terwujud tanpa adanya kesatuan kelompok tersebut.
Pelaku utama diharapkan dapat  mandiri dalam arti mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok.
Pengembangan kelompok diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan usaha perikanan, penguatan kelompok menjadi organisasi kelompok yang kuat dan mandiri.
Ciri-ciri Kelompok yang sudah kuat dan mandiri antara lain:
1.   Adanya pertemuan/rapat anggota dan  pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan.
2.   Disusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipatif.
3.   Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama.
4.   Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang lengkap.
5.   Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama disektor hulu dan hilir.
6.   Memfasilitasi usaha secara komersial dan berorientasi pasar.
7.   Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para pelaku utama umumnya anggota kelompok.
8.   Adanya jalinan kerjasama antara kelompok dengan pihak lain.
9.   Adanya pemupukan modal usaha yang baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok.
Bila semua anggota kelompok secara sadar sepakat untuk mengikuti anjuran dan merasakan manfaat dari kegiatan berkelompok, maka langkah selanjutnya adalah berupa bimbingan-bimbingan. Bimbingan tersebut terus dilakukan secara berkala melalui upaya pembinaan yang terus menerus. Pembinaan kepada para sasaran/pelaku utama dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. Pembinaan tidak semata-mata  hanya dilakukan oleh penyuluh perikanan/pendamping saja, melainkan harus ada dukungan yang kuat dari instansi terkait lainnya, karena dalam proses pembinaan sering ditemui permasalahan yang dihadapi di lapangan dan harus melibatkan institusi lain.
Pengembangan kelompok pelaku utama diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok pelaku utama dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan usahanya, penguatan kelompok pelaku utama menjadi organisasi yang kuat dan mandiri. Kegiatan ini dalam proses penyuluhan perikanan sering disebut dengan Pembinaan Manajerial Kelompok.
Beberapa langkah-langkah sederhana, urgen dan efektif dalam pembinaan manajerial kelompok, adalah:
1.      Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2.      Pembuatan papan nama dan struktur organisasi kelompok
3.      Penyusunan buku administrasi kelompok
4.      Pengorganisasian kelompok
5.      Permodalan kelompok
6.      Pengelolaan pinjaman ke anggota kelompok
7.      Pemeriksaaan keuangan kelompok
8.      Pengelolaan kesehatan keuangan kelompok



Sumber:


Anonimous, 2006. Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Nomor 16 Tahun 2006.
Anonimous, 2007. Modul Pelatihan Kelompok. Program Pengembangan Kecamatan, Regional Management Unit Wilayah - VII Jawa Timur.
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Pranoto, J dan Suprapti, W. 2006. Membangun Kerjasama Tim (Team Building).Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia, Jakarta.

Kamis, 18 Januari 2018

CARA MENYUSUN FORMULASI PAKAN (Formulasi dengan Dua Bahan Baku)

CARA MENYUSUN FORMULASI PAKAN (Formulasi dengan Dua Bahan Baku)


Komposisi bahan dalam pakan buatan disusun berdasarkan kebutuhan zat gizi setiap jenis ikan maupun udang. Komposisi ini sering disebut formulasi pakan.   Formulasi yang baik berarti mengandung semua zat gizi yang diperlukan ikan dan secara ekonomis murah serta mudah diperoleh sehingga dapat meinberikan keuntungan.
Penyusunan formulasi pakan terutama memperhatikan penghitungan nilai kandungan protein karena zat gizi ini merupakan komponen utama untuk pertumbuhan mbuh ikan.  Setelah diketahui kandungan protein dari pakan yang akan dibuat maka langkah selanjutnya adalah perhitungan untuk komponen zat-zat gizi lainnya.
Terdapat berbagai cara atau metode untuk menyusun formulasi pakan, tetapi yang paling umum dan mudah dilakukan adalah dengan metode empat persegi pearson's, metode persamaan aljabar, dan metode lembaran kerja (worksheet).  Berikut ini diberikan beberapa contoh cara menghitung/menyusun formulasi pakan dengan cara/mecode tersebut. Contoh-contoh ini dapat diperluas sendiri tergantung keinginan atau ketersediaan bahan baku.

FORMULASI DENGAN DUA BAHAN BAKU
Contoh
Bagaimanakah cara menyusun formulas! pakan untuk nila dengan bahan baku tepung ikan petek dan dedak.  Pakan itu diharapkan mengandung protein 30% atau cerdapat 30 g protein pada setiap 100 g formulasi pakan.
Penyelesaian dengan metode empat persegi pearson's
1.   Lihatlah/carilah  berbagai  referensi  yang  berkaitan  dengan  kandungan protein dari bahan baku yang tersedia dan akan digunakan, yaitu tepung ikan petek dan dedak.  Dari referensi dapat diketahui bahwa kandungan protein tepung ikan petek adalah 60% dan dedak 9,6%.                       
2.   Gambarlah  sebuah  bujur  sangkar  dan  letakkan nilai kandungan protein yang  diinginkan  tepat 30 % di tengah-tengah garis  diagonal bujur sangkar tersebut (lihat gambar).                
3.   Pada sisi kiri bujur sangkar cantumkan 2 jenis bahan baku  yang tersedia berikut nilai kandungan proteinnya.  Pada sisi kiri atas adalah bahan baku yang memiliki nilai kandungan protein lebih tinggi (yaitu tepung ikan), sedangkan pada sisi kiri bawah adalah yang memiliki nilai kandungan protein lebih rendah (yaitu dedak).  Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

Tepung ikan
(60%)
Dedak
(9,6%)

4.   Lakukan perhitungan dengan melakukan pengurangan untuk setiap kandungan protein  bahan baku  antara nilai yang lebih besar dengan nilai kandungan protein yang diinginkan (yang ada di tengah-tengah garis diagonal). Hasilnya merupakan bagian dari masing-masing komponen bahan baku pakan tersebut (lihat gambar).

Tepung ikan                                                                   bagian tepung ikan
(60 %)                                                                          (30 – 9,6 = 20,4)
dedak                                                                            Bagian dedak
(9,6 %)                                                                         (60 – 30 = 30,0)

5.   Lakukan penjumlahan masing-masing komponen bahan baku tersebut, yaitu 20,4 + 30,0 = 50,4.
6.   Nilai yang diperoleh adalah sebagai berikut.
1)   Jumlah  bahan  baku  tepung  ikan  petek  yang  diperlukan adalah 20,4/50,4 x 100 g = 40,48 g atau 40,48%.
2)   Jumlah bahan baku dedak yang diperlukan adalah 30,0/50,4 x 100 g = 59,52 g atau 59,52%

Catatan
Untuk membuktikan kebenaran nilai kandungan protein sebesar 30% atau 30 g protein setiap 100 g fbrmulasi pakan dari bahan baku tepung ikan petek sebesar 40,48 g dan dedak 59,52 g adalah sebagai berikut.
a.   Jumlah protein dari tepung ikan petek adalah 40,48 g x 60% = 24,29 g
b.   Jumlah protein dari dedak adalah 59,52 g x 9,6% = 5,71 g
c.   Total jumlah protein per  100 g formulasi pakan adalah 24,29 g + 5,71 g = 30,0 g

Penyelesaian dengan metode persamaan aljabar
1.   Lihatlah/carilah   berbagai   referensi   yang   berkaitan   dengan kandungan protein dari bahan baku yang tersedia dan akan digunakan, yaitu tepung ikan petek dan dedak.  Dari referensi dapat diketahui bahwa kandungan protein tepung ikan petek adalah 60% dan dedak 9,6%.
2.   Jadikan  variabel  uncuk  masing-masing  baban  baku  yang  akan digunakan yaitu
      X = jumlah berat (gram) tepung ikan per 100 gram formulasi pakan
      Y = jumlah berat (gram) dedak per 100 gram formulasi pakan
3.   Berdasarkan dua variabel  tersebut diperoleh persamaan  1
X + Y = 100  (persamaan 1)
4.   Berdasarkan nilai kandungan protein setiap bahan baku dan nilai protein yang diinginkan diperoleh persamaan 2
0,6 X + 0,096 Y = 30 (persamaan 2)
0,6 adalah nilai 60%  (60/100) dari kandungan protein tepung ikan pecek; 0,096 adalah nilai 9,6% (9,6/100) dari kandungan protein dedak; 30 adalah jumlah protein yang diinginkan untuk setiap 100 g formulasi pakan.
5.     Untuk mendapatkan nilai salah satu variabel,  dibuat persamaan 3 dengan dasar dari persamaan 1
      0,6 X + 0,6 Y = 60  (persamaan 3) (masing-masing dikalikan 0,6 sehingga akan ada 2 persamaan mengandung nilai variabel yang sama yaitu 0,6 X) Lakukan pengurangan dari persamaan 3 yang baru diperoleh dengan persamaan 2 sehingga dapat diperoleh nilai Y yaitu jumlah gram dedak untuk setiap 100 g formulasi pakan.
0,6X  +    0,6   Y     = 60 (persamaan 3)
0,6 X  +  0,096   Y  = 30 (persamaan 2)
0,504  Y  = 30
           Y  = 30/0,504
                      = 59,52
6.     Masukkan nilai Y yang diperoleh dalam persamaan  1  sehingga dapat diperoleh nilai X yaitu jumlah gram tepung ikan petek untuk setiap 100 g formulasi pakan.
X + 59,52  = 100
                  X   = 100 - 59,52
                              = 40,48
Dengan demikian dapat diketahui bahwa untuk menyusun formulasi pakan yang mengandung  protein 30% atau 30 g protein untuk setiap 100 g formulasi pakan diperlukan bahan dari dedak (Y) sebanyak 59,52 g dan tepung ikan petek (X) sebanyak 40,48 g.

Referensi:
http://bisnisukm.com/potensi-bisnis-pakan-ikan-yang-menguntungkan.html
Sahwan M. F., 1999.  PAKAN IKAN DAN UDANG (Formulasi, Pembuatan, Analisis Ekonomi). Penebar Swadaya, Jakarta.

Selasa, 16 Januari 2018

Budidaya Ikan Nila di Keramba Jaring Apung

Budidaya Ikan Nila di Keramba Jaring Apung

Cara Mudah Budidaya Ikan Nila di Keramba Jaring Apung (KJA) Hemat Biaya dan Menguntungkan
Keramba jaring apung merupakan pola pembesaran ikan nila yang banyak dilakukan di danau atau waduk.
 

Jaring yang digunakan untuk pemeliharaan di apungkan di danau atau waduk dengan bantuan pelampung berupa drum plastic atau drum baja.
 

Untuk mencegah KJA tidak berpindah tempat, petani biasanya menancapinya jangkar di dasar perairan.
 

Pada KJA yang jumlahnya banyak, petani umumnya membangun rumah di atas untuk tempat penampungan pakan dan tempat tinggal para pekerja.
 

Syarat Perairan untuk Budidaya Ikan Nila di Keramba Jaring Apung
 

Kondisi air tidak tercemar serta telah memenuhi syarat minimal baku mutu kualitas dan baku mutu budidaya.
 

Kedalaman air minimal 5 meter dari dasar jarring pada saat surut terendah.
 

Suhu air 23 – 30 derajat C dan derajat keasaman  (pH) 6,5 – 8,5.
 

Oksigen terlarut lebih dari 5 mg/liter, ammonia (NH3) kurang dari 0,002 mg/liter, dan kecerahan yang diukur dengan secchi disk lebih dari 3 meter.
 

Persiapan Jaring Apung
 

Tahap berikutnya budidaya ikan nila di keramba jaring apung adalah menyediakan kerangka.
 

Kerangka terbuat dari bahan dasar kayu, bambu, atau besi yang antikarat. Ukuran jaring apung yang biasa dibuat oleh petani KJA adalah 7 x 7 m2.
 

Menyediakan Pelampung
 

Pelampung untuk budidaya ikan nila di keramba jaring apung terbuat dari drum plastik atau drum baja ukuran 200 liter berbentuk silindris.Untuk ukuran keramba 7 x 7 m2 dibutuhkan pelampung sebanyak 8 buah.
 
Menyediakan Tali Jangkar
 

Berbahan polietile (PE) dengan panjang 1,5 kali dari kedalaman perairan. Jumlah tali jangkar idealnya 5 buah dengan diameter 0,75 inchi.
 

Persiapan Jangkar
 

Terbuat dari blok beton yang dibungkus karung. Bentuknya segi empat dengan berat masing-masing 200 kg. Untuk satu unit KJA dibutuhkan minimum 5 unit.
 

Menyiapkan Jaring
 

Dalam melakukan budidaya ikan nila di keramba jaring apung, jaring digunakan sebagai tempat pemeliharaan ikan nila.
 

Bahan jaring sebaiknya terbuat dari polietelin (Pe 210 d/12) berukuran mata jaring 1 inchi. Idealnya, jaring berwarna hijau agar sama dengan warna air. 
 

Ukuran jaring untuk pemeliharaan ikan nila biasanya memiliki lebar 7 meter, panjang 7 meter, dan kedalaman 3 meter.
 

Setelah jaring selesai dibuat, jaring apung bisa segera ditempatkan di danau atau waduk.
 

Namun sebelum digunakan, sebaiknya dibiarkan dulu beberapa hari agar bau plastiknya hilang.
 

Sementara itu, jika jaring apung yang digunakan merupakan jaring bekas pemeliharaan ikan lain, sebaiknya diangkat dan diperiksa kondisinya.
 

Lumut yang menempel tidak perlu dibersihkan, karena akan menjadi makanan bagi ikan nila.
 

Kecuali, lumutnya terlalu banyak dan menyumbat jaring. Jaring berisiko rusak setelah digunakan selama 5 tahun. Karena itu, ganti setiap 5 tahun sekali.
 

Tahap Penebaran Benih Ikan Nila di Keramba Jaring Apung


Budidaya ikan nila di keramba jaring apung selanjutnya adalah proses penebaran benih.
 

Benih ikan nila yang berukuran 10 – 13 cm bisa langsung ditebar di KJA. Namun, jika benih masih berukuran 8 – 10 cm sebaiknya dideder dulu dengan hapa atau jaring kecil.
 

Pemeliharaan benih ukuran 8 – 10 hingga menjadi 13 cm biasanya selama 20 hari.
 

Jika benih siap tebar sebelumnya dipelihara di dalam jaring apung, proses penebaran benih cukup dengan membuka jaring kecil ke tempat pembesaran benih.
 

Jika benih didapat dengan cara membeli dari luar kota, sebelum ditebar perlu aklimatisasi terlebih dulu dengan cara merendam plastik tempat benih di dalam air danau dalam KJA selama 15 menit.
 

Setelah itu, benih ditebar dengan cara membuka ikatan plastik dan melepas ikatannya perlahan-lahan.
 

Padat tebar pembesaran ikan nila di KJA umumnya 10 ekor/m3.
 

Misalnya, luas KJA berukutan 7 x 7 meter dengan kedalaman 3 meter maka dapat diisi banih sebanyak 1.470 ekor.
 

Namun, jika kondisi waduk atau danau memiliki kedalaman lebih dari 8 meter seperti di jati luhur, kedalaman KJA bisa ditambah hingga 7 meter.
 

Semakin dalam KJA berguna untuk menambah populasi ikan nila di dalam KJA.
 

Pemberian Pakan 
 

Pemberian pakan merupakan tahap terakhir budidaya ikan nila di keramba jaring apung.
 

Pada bulan pertama pakan diberikan setiap hari sebanyak 5% dari biomassa. 

Setelah itu, pakan cukup diberikan sebanyak 3% dari biomassa.
Periode pemberian pakan dalam sehari dibagi tiga kali, yaitu pagi, siang, dan sore hari.


Itulah beberapa langkah budidaya ikan nila di keramba jaring apung yang mudah untuk kita lakukan tanpa banyak analisa modal untuk usaha sampingan.
 

PENGOLAHAN IKAN GURAME

PENGOLAHAN IKAN GURAME A.       Potensi Ikan Gurami Ikan  Gurami  adalah jenis  ikan air tawar  yang sangat populer dan digemar...