Jumat, 31 Agustus 2018

BUDIDAYA IKAN GABUS

BUDIDAYA IKAN GABUS


Ikan gabus (Channa striata Bloch) merupakan salah satu jenis komoditas perairan tawar yang hidup di perairan sungai utama, sungai mati, danau, rawa banjiran, yang merupakan rawa hutan,rawang dan lebung atau cekungan di daerah rawa (Utomo et al, 1992), dan   tersebar di Indonesia, seperti Sungai Musi Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Papua, Jawa Timur dan maupun dibeberapa daerah lainnya di Indonesia.
          Daerah rawa banjiran merupakan salah satu tipe ekosistem yng produktif bagi perikanan air tawar (welcomme, 1985). Pada perairan rawa banjiran tinggi air (volume air) sangat bervariasi sepanjang tahun, karena dipengaruhi oleh musim hujan. Pada saat musim kemarau volume air kecil hanya tinggal di sungai utama, cekungan-cekungan tanah (lebung) dan danau. Pada saat musim penghujan air meluap menutupi permukaan tanah dapat mencapai 3-4 meter. Keadaan ini akan mempengaruhi sifat biologi dan ekologi pada daerah tersebut. Pada musim kemarauikan tinggal di cekungan-cekungan tanah (lebung), danau dan sungai utama, sedangkan pada saat air banjir ikan menyebar keseluruh penjuru perairan. Fungsi vegetasi di perairan rawa pada saat air besar sebagai tempat mencari makanan bagi ikan dan sebagai tempat asuhan serta sebagai tempat untuk melekatkan telur bagi ikan-ikan yang sedang memijah, puncak musim pemijahan umumnya terjadi pada awal musim penghujan (Utomo et al, 1992; MRG, 1994).

 

Morfologi

Berdasarkan Kottelat et al. (1993), Syafei,et al. (1995); ICLARM (2002), ikan gabus (gambar dibawah ini) di kelompok ke dalam ordo Pleuronecti formes dan famili Channidae mempunyai ciri-ciri seluruh tubuh dan kepala ditutupi sisik sikloid dan stenoid. Bentuk badan hampir undar di bagian depan dan piph tegak ke arah belakang sehingga disebut ikan berkepala ular (snakedhead). Ikan ini mampu menghirup udara dari sungai atmosfer karena memiliki organ napas tambahan pada bagian atas insangnya. Hal ini juga yang memuat ikan tersebut mampu bergerak dalam jarak jauh pada musim kemarau untuk mencari sumber air.

 

Distribusi
Berdasarkan FAO (2002) dan Allington (2002), ikan gabus mempunyai distribusi yang luas dari China hingga India dan Srilangka, kemudian India Timur dan Philipina, juga Nepal, Burma, Pakistan, Banglades, Singapura, Malaysia dan dan Jawa). Indonesia (Sumatera, Kalimantan).

Ukuran dan Habitat

Menurut Allington (2002), di alam panjang ikan gabus dapat mencapai 1 meter dengan ukuran rata-rata mencapai antara 60-75 cm. Panjang larva sekitar 3,5 mm, pasacalarva setelah 4 minggu dengan panjang antara 10-20 mm, setelah 6 minggu ikan mempunyai ukuran 4-5 cm.
Ikan gabus merupakan jenis ikan air tawar yang dapat hidup di sungai, danau, kolam, bendungan, rawa, banjiran, sawah bahkan parit dan air payau (Syafei et al, 1995; Anonim, 2002). Menurut Le fish Corner (1999); Allington (2002), bahwa ikan gabus sangat toleran terhadap kondisi anaerobik, karena mereka mempunyai sistim pernapasan tambahan pada bagian atas insangnya. Berdasarkan Syafei et al. (1995) yang melakukan penelitian perairan umum Jambi, ikan gabus hidup dengan kondisi perairan yang mempunyai : pH 6,2-7,8 dan temperatur 26,5-31,5 0C.

Penangkapan

Berdasarkan Prasetyo et al. (1993), alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan di perairan umum sangat beraneka ragam, cara pengoperasiannya ada yang pasif dan ada yang aktif. Ditambahkan oleh Utomo dan Arifin (1991), di DAS musi, penangkapan ikan di daerah rawa atau lebak lebung kebanyakan menggunakan alat tangkap yang bersifat pasif, sedangkan di sungai adalah alat tangkap yang bersifat aktif. Menurut Nasution dan Rupawan (1997), alat tangkap yang tergolong pasif adalah empang (barrier and trap), corong (Filtering device), bingkai bila (bamboo pot trap), dan rawai (hooks and line). Alat tangkap yang bersifat aktif adalah jala (cast net), jaring (gillnet) dan langgian (scoop net).
Beberapa jenis alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap ikan gabus oleh nelayan di daerah rawa banjiran berdasarkan Samuel et al.(1997), Nasution dan Rupawan (1997) adalah jala, penggilar kawat, bengkirai bilah, tajur, rawai dan empang.

Makanan

Ikan gabus merupakan ikan karnivora dengan makanan utamanya adalah udang, katak, cacing, serangga dan semua jenis ikan. Menurut Allington (2002), pada masa larva ikan gabus memakan zooplankton dan pada ukuran fingeling, makanannya berupa seraangga, udang dan ikan kecil. Sementara itu menurut Anonim (2002), pada fase pascalarva ikan gabus memakan makanan yang mempunyai kuantitas yang lebih besar seperti Daphnia dan Cyclops, sedangkan ikan dewasa akan memakan udang, serangga, katak, cacing dan ikan. Pada penelitian Sinaga et al. (2002) di sungai Banjiran Jawa Tenga, diketahui makanan ikan gabus dengan kisaran panjang total antara 5,78-13,4 cm adalah serangga air, potongan hewan air, udang dan detritus. Sementara itu  berdasarkan penelitian Buchar (1998) di danau Sabuah Kalimantan Tengah, makanan ikan gabus adalah potongan hewan air, siput air, rotifera dan Rhizopoda.

 

Hubungan Panjang dengan Bobot

Pola pertumbuhan padaikan terdiri atas pertumbuhan isometrik, yaitu pertambahan bobot seimbang dengan pertambahan panjang, dan pola pertumbuhan allometrik yaitu pertambahan bobot tidak seimbang dengan pertambhan panjang. Berdasarkan hasil penelitian Kartamihardja (1994), ikan gabus yang diperoleh sebanyak 241 ekor dengan panjang total berkisar antara 15,2 – 62,8 cm dan bobot berkisar antara 45 – 1950 gr.  Hubungan panjang dan bobot ikan tersebut mengikuti persamaan W=0,0213L2,743. pola pertumbuhan ikan gabus di waduk kedungombo bersifat allometrik (b¹3).

Faktor Kondisi

Hile (1936) dalam weatherley (1972), melakukan penelitian pada populasi ikan cisco (Leucichthys artedi) di beberapa danau di Amerika Utara, hasilnya menunjukan bahwa perbedaan populai akan berpengaruh terhadap kondisi ikan tersebut.  Sedangkan hasil penelitian Allen (1951) dalam Weatherley (1972) padaikan Trout di sungai Harokiwi menyatakan bahwa faktor kondisi ikan juga di pengaruhi oleh musim, yaitu pada musim panas kondisi ikan Trout lebih baik di bandingkan pada musim lain. Di tambahkan juga oleh Weathersley (1972), yang melakukan penelitian di Tasmania, bahwa kondisi ikan Tench dewasa dengan ukuran 20 – 30 cm juga di pengaruhi proses pemijahan selain faktor musim.

 

Pertumbuhan

Dengan pertumbuhan ikan gabus pada beberapa jenis perairan yang di nyatakan dalam persamaan Von Beartalanffy adalah sebagai berikut : padaa perairan waduk kedungombo jawa tengah yaitu Lt = 66,93 {l-e-1,1(t-to)} dan di danau Tondano Sulawesi Utara yaitu Lt = 45,7 {l - -1,1(t-to) }.
Pertumbuhan ikan gabus di danau Tondano lebih rendah di bandingkan pertumbuhan ikan gabus di waduk kedungombo, keadaan tersebut dapat di lihat dari nilai Loo ikan gabus di waduk kedungombo yang lebih besar yaitu 66,93 cm di bandingkan di danau Tondano yaitu 47,7 cm (Kartamihardja, 1994 ; 2000).

Reproduksi

Ikan gabus membuat sarang di sekitar tumbuhan air atau pingiran perairan yang dangkal. Sarang ikan gabus membentuk busa di antara tanaman air di periran yang berarus lemah (Syfei et al.,1995; Alington, 2000).  Berdasarkan Anonim (2002), di Srilangka ikan gabus di alam memijah beberapa kali dalam setahun, sedangkan di Philipina ikan gabus dapat memijah setiap bulan. Ditambahkan oleh Allington (2002), ikan gabus dapat memijah pada umur 9 bulan dengan panjang total sekitar 21 cm. Musim pemijahan ikan gabus di Thailand antara bulan mei sampai oktober, dengan puncaknya pada bulan juli sampai september. Sementara itu berdasarkan duong nhut Long et al.I (2002), yang melakukan penelitian terhadap ikan gabus di delta Mekong, diperoleh ikan gabus yang matang kelamin lebih dahulu adalah ikan gabus betina. Berdasarkan penelitian Kartamihardja (1994), di waduk kedungombo Jawa Tengah ikan gabus betina mulai matang kelamin pada ukuran panjang total 16,5 cm.
Umumnya telur-telur yang telah dibuahi akan menetas dalam waktu 24 jam (pada kondisi alami) sedangkan pada kondisi laboratorium atau budidaya telur akan menetas setelah 48 jam Anonim, 2002). Umumnya induk jantan akan menjaga sarang dan telur selama periode inkubasi paling lama 3 hari. Benih ikan akan bergerombol dan salah satu dari induknya akan menjaga mereka sepanjang waktu (Syafei et al, 1985; Allington, 2002).

 

Tingkat Kematangan Gonad

Ukuran ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama (Effendie, 1979). Menurut Blay dan Egeson (1980), perbedaan ukuran ini terjadi akibat perbedaan kondisi ekologis perairan.
Menurut Utomo et al, (1992); Chen (1976), dalam Sinaga et al. (2000), ikan gabus dan jenis ikan rawa lainnya melakukan pemijahan di awal atau pertengahan musim hujan. Berdasarkan Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian di waduk Kedungombo Jawa Tengah di peroleh indeks kematangan gonad ikan gabus betina meningkat mulai dari 1,16% pada tingkat kematangan I sampai mencapai 4,15% pada tingkat kematangan V yang kemudian menurun tajam pada tingkat kematangan VI, yang menunjukkan penurunan berat gonad karena terjadinya pelepasan telur pada saat memijah.

Fekunditas

Fekunditas adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan dikeluarkan pada waktu memijah (Hunter et al, 1992). Pertumbuhan bobot dan panjang ikan cendrung meningkat fekunditas secara linier. Sebagai ikan mas (Cyprinus carpio) dengan panjang  15 cm mempunyai fekunditas 13512 butir, dan panjang 60 cm mempunyai fekunditas 2945000 butir (Bardach et al., 1972).
Menurut Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian biologi reproduksi populasi ikan gabus di Waduk Kedongombo Jawa Tengah, diperoleh kesimpulan bahwa ikan gabus di daerah tersebut memijah dengan perbandingan kelamin jantan dan betina 1 : 1. Fekunditas ikan gabus yang dihitung dari 24 individu dengan kisaran panjang total antara 18,5-50,5 cm, kisaran bobot antara 60-1020 g dan kisaran bobot gonad antara 2,70-16,02 g berkisar antara 2585-12880 butir. Fekunditas tersebut lebih besar dari rata-rata fekunditas ikan gabus yang terdapat di rawa-rawa Pekanbaru Riau yang berkisar antara 1190-11307 butir telur.  Hal ini karena ukuran ikan yang diteliti di rawa-rawa Pekanbaru lebih kecil yaitu antara 165-360 mm dengan bobot antara 35-375 g dan bobot gonad antara 0,82-7,84 g.

 

Diameter Telur

Pengukuran diameter telur pada gonad yang sudah matang berguna untuk menduga frekuensi pemijahan, yaitu dengan modus penyebarannya. Telur-telur ikan gabus yang telah dibuahi mengapung pada busa, diameter telur tersebut sekitar 1,5 mm (Anonim, 2002). Sedangkan berdasarkan Duong Nhut Long et al., (2002) ukuran telur ikan gabus rata-rata pada TKG IV adalah antara 0,10-1,6 mm.    
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan gabus sebaiknya ukurannya tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan. Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung dari selera pemilik dan lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pada minggu ke I samapi ke VI air harus dalam keadaan jernih, kolam bebas dari pencemaran meupun fitoplankton. Ikan gabus pada umur 7 – 9 minggu kejernihan airnya harus dipertahankan. Pada minggu ke 10 air dalam batas-batas tertentu masih diperbolehkan. Kekeruhan menunjukan kadar bahan padat yang melayang dalam air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi disk.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia ikan gabus (minggu) sesuai dengan angka secchi :
-          Usia 10 – 15 minggu, angka secchi = 30 - 50
-          Usia 16 – 19 minggu, angka secchi = 30 – 40
-          Usia 20 – 24 minggu, angka secchi = 30
Penyiapan Bibit
1). Menyiapkan Bibit
  1. Pemilihan Induk
  2. Syarat induk yang baik
  3. Induk harus sipa untuk memijah
  4. Perawatan induk ikan gabus
  5. Pemijahan
Pemeliharaan dan Pembesaran
1). Pemupukan
a.    Sebelum digunakan, kolam terlebiha dahulu dipupuk. Pemupukan bermaksud untuk  menumbuhkan plankton yang menjadi pakan alami bagi benih ikan gabus.
b.    Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam). Dengan dosis 500 – 700 gram/m2. dapat pula ditambah dengan Urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan Amonium Nitrat 15 gram/m2. selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c.    Kolam diisi kembali dengan air segar. Mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan selamaz 1 minggu sampai warna pada air kolam berubah menjadi kecoklatan atau kehijauan yang menunjukkan jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami benih ikan gabus.
d.    Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih gabus ditebar.
2). Pemberian Pakan
Makanan alami yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing dan serangga air. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomponema spp (golongan Diatome), anabaena spp (Golongan Cyanophyta), Navicula spp (golongan Diatome). Ikan gabus juga menykai pakan busuk yang berprotein serta kotorang yang berasal dari kakus.
Makanan tambahan dapat diberikan sisa-sia makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam, dan bangkai. Campuran dedak dan ikan rucah (9 : 1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2 : 1 : 1).
Pakan buatan (pellet) dapat diberikan dengan komposisi (% berat) : tepung ikan = 27; bungkil kacang kedelai 20; tepung terigu 10,50; bungkil kacang tanah 18; tepung kacang hijau 9; tepung darah 5; dedak 9; vitamin 1; mineral 0,5. cara pemberian pakan pellet mulai dikenalkan pada benih ikan gabus pada umur 6 minggu dan diberikan 10 – 15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung. Pada minggu ke 7 dan seterusnya sudah dapat diberikan pakan berpa pellet. Hindarhan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu suhu tinggi dapat mengurangi nfsu makan ikan gabus.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002. Budidaya Ikan Air Tawar. Deputi Manegeristik Bidang Pendayagunaan dan Kemasyarakatan IPTEK. Jakarta.
Djuanda, Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.
http://m.epetani.deptan.go.id/budidaya/studi-pembuatan-konsentrat-protein-ikan-gabus-1941
http://usahasuksesmandiri.blogspot.com/2011/05/budidaya-ternak-ikan-gabus.html

Sentis Y. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Gabus Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Jumat, 24 Agustus 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN SEPAT MUTIARA

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN SEPAT MUTIARA

Penyakit yang menyerang sepat mutiara, tidak jauh berbeda dengan penyakit yang menyerang ikan lainnya.  Penyakit dapat ditimbulkan oleh serangan parasit (virus, jamur, bakteri, protozoa dan bangsa udang renik), selain itu dapat juga disebabkan oleh kualitas air dan pakan yang buruk.  Namun, penyakit yang sering menyerang sepat mutiara adalah parasit golongan bakteri, cacing, jamur.
Untuk menghindari terjadinya serangan penyakit, perlu dilakukan pencegahan sebelum terjadi dan pengobatan apabila ikan sudah menunjukkan tanda-tanda terserang penyakit, serta pemusnahan seluruh ikan apabila serangan penyakit tidak bisa diatasi lagi.
Pencegahan Serangan Penyakit
            Untuk mencegah serangan penyakit dalam usaha budidaya Ikan Sepat mutiara dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : dekontaminasi peralatan, dekontaminasi aquarium, dan dekontaminasi ikan itu sendiri.
Dekontaminasi Peralatan
            Semua peralatan yang akan dan telah digunakan harus dibersihkan, supaya kuman-kuman yang menempel pada peralatan tersebut mati dan ikan tidak terserang oleh kuman tersebut.
            Dekontaminasi peralatan dapat dilakukan dengan cara merendam semua peralatan ke dalam larutan PK dosis rendah (3 – 20 mg/l) selama 30 menit.
 Dekontaminasi Aquarium
            Aquarium yang akan digunakan untuk pemeliharaan dan pemijahan dibersihkan terlebih dahulu.   Pembersihan aquarium dapat dilakukan dengan cara pencucian dan penjemuran aquarium.  Selain itu dapat digunakan obat kimia Kalium Permagnat (PK) 20 mg/l dengan cara merendam aquarium dengan larutan tersebut, kemudian dijemur.
 Dekontaminasi ikan
            Ikan juga perlu diberi perlakuan agar tidak menjadi penyebab timbulnya wabah penyakit.  Dekontaminasi ikan dilakukan dengan teknik karantina ikan dengan cara memelihara ikan dalam wadah khusus selama waktu tertentu.  Dengan cara ini dapat diketahui apakah ikan terkena serangan penyakit atau tidak dan segera diambil langkah pengamanannya.
            Ikan juga dapat diberi imunisasi dan vaksinasi.  Pemberian imunisasi dan vaksinasi dapat meningkatkan kekebalan tubuh ikan terhadap infeksi penyakit.  Pemberiannya dengan cara penyuntikan dan pelapisan dengan pakan.
Penanganan Ikan yang Sakit
Identifikasi Penyakit
            Secara umum, sepat mutiara yang terinfeksi penyakit menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
Gejala
Diagnosis penyakit
1. Rontok sirip
2. Sisik kasar
3. Serabut pada kulit
4. Pendarahan pada tubuh
a. Parasit Gyrodactylus sp.
b. Bakteri Flexybacter
a. infeksi bakteri
a. Jamur Saprolegnia sp.
a. Infeksi Bakteri
b. Infeksi trichodina spp.
            Penyakit yang disebabkan oleh senyawa beracun di dalam air umumnya sulit untuk diidentifikasi, sebab efek dari senyawa beracun ini terhadap ikan relatif cepat, tetapi dapat langsung diambil tindakan untuk mengatasinya.
Penggantian Air dan pencucian Aquarium
            Langkah ini merupakan salah-satu cara untuk mengatasi serangan penyakit yang disebabkan oleh senyawa beracun atau kualitas air aquarium yang kurang memadai.
            Ikan yang ada secepatnya dipindah ke tempat yang lain yang tidak mengandung senyawa beracun.  Untuk aquariun yang telah dicuci, kemudian dijemur untuk lebih memastikan bahwa aquarium telah steril.
Pengobatan ikan yang Terinfeksi Parasit
 Tabel 1. Pengobatan ikan yang Terinfeksi Parasit
Penyakit
Gejala
Pengobatan
Kimia
Alami
Gyrodacylus sp.
Ikan yang terserang akan menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi.  Sirip ekor sering rontok dan tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna.  Ikan juga sering menggosok-gosokkan badannya dengan sengaja pada dasar dan dinding aquarium.
Ikan dapat direndam dalam larutan Methylene blue (1 gr/100 cm3 air), larutan garam 2,5 persen selama 10 – 15 menit.
Dapat digunakan kulit akar Mengkudu (Morinda citrifolia L.).  Kulit akar ini mengandung unsur kimia Soranjidiol yang dapat berkhasiat sebagai obat cacing. 
Uraian:
            a.  Gyrodactylus sp.
        Organisme ini termasuk kelas Trematoda.  Gyrodactylus sp. Menyerang kulit dan sirip ikan.  Ikan yang terserang akan menjadi kurus dan kulitnya tidak kelihatan bening lagi.  Sirip ekor sering rontok dan tutup insang tidak dapat menutup dengan sempurna.  Ikan juga sering menggosok-gosokkan badannya dengan sengaja pada dasar dan dinding aquarium.
·      Pengobatan dengan bahan kimia
Ikan dapat direndam dalam larutan Methylene blue (1 gr/100 cm3 air), larutan garam 2,5 persen selama 10 – 15 menit.
·      Pengobatan dengan bahan alami
Dapat digunakan kulit akar Mengkudu (Morinda citrifolia L.).  Kulit akar ini mengandung unsur kimia Soranjidiol yang dapat berkhasiat sebagai obat cacing.  Kulit akar yang digunakan ± 150 gr : 0,2 liter air (untuk ekstrak), kemudian ekstrak ini dicampur ke dalam air ± 30 liter air dan ikan direndam di dalamnya.  Perlakuan ini diteruskan sampai ikan sembuh.
          
Tabel 2. Pengobatan ikan yang Terinfeksi Bakteri
Penyakit
Gejala
Pengobatan
Kimia
Alami
Bakteri Flexybacter
Gejalanya dapat menyebabkan ikan kehilangan nafsu makan, terdapat bintik putih dan kemudian menjadi merah karena pendarahan serta insang dan sirip rontok hingga tinggal tulang.
Larutan Copper sulfat (CuSO4) 500 ppm atau PK 2 – 4 ppm selama 1 – 2 menit. 
Digunakan rimpang kencur yang diambil ekstraknya.  Rimpang kencur ini mengandung unsur kimia yang beragan, diantaranya adalah Alkohol. 
Uraian:
b.  Bakteri Flexybakter columnaris
Bakteri ini tidak memiliki plagella sehingga dapat bergerak meluncur dengan membengkokkan badannya.  Penyebarannya melalui ikan ke ikan dan aliran air.  Kasus penyerangannya sering terjadi pada suhu 18 – 20 oC.
Infeksi yang ditimbulkan terdapat pada kulit kepala, badan bagian belakang, insang, dan badan bagian lainnya.  Gejalanya dapat menyebabkan ikan kehilangan nafsu makan, terdapat bintik putih dan kemudian menjadi merah karena pendarahan serta insang dan sirip rontok hingga tinggal tulang.
·         Pengobatan dengan bahan kimia
Ikan direndam ke dalam larutan Copper sulfat (CuSO4) 500 ppm atau PK 2 – 4 ppm selama 1 – 2 menit.  Pengobatan dengan PK apabila belum menunjukkan hasil, berarti dosis perlu ditambah menjadi 4,6 dan seterusnya.
·         Pengobatan dengan bahan alami
Untuk obat alami, dapat digunakan rimpang kencur yang diambil ekstraknya.  Rimpang kencur yang dibuat ekstrak ± 100 gr : 0,2 liter air, kemudian ekstrak ini dicampur dengan 30 liter air aquarium.  Ikan yang sakit direndam di dalam larutan tersebut.  Perlakuan ini dilanjutkan sampai ikan benar-benar sembuh.
Rimpang kencur ini mengandung unsur kimia yang beragan, diantaranya adalah Alkohol.  Kandungan kimia ini dapat melemahkan serangan bakteri Flexybakter pada ikan.
Tabel 3Pengobatan ikan yang Terinfeksi Jamur
Penyakit
Gejala
Pengobatan
Kimia
Alami
Jamur Saprolegnia sp.
karena ada sekumpulan benang halus seperti kapas sehingga disebut White cottony growth. Sedangkan telur yang terserang akan terlihat seperti kapur
Bisa direndam dalam larutan Malachite green 5 ppm selama 1 jam.
Ikan dan telur yang terserang jamur ini bisa direndam dalam air yang telah dicampur dengan ekstrak lengkuas. 
Uraian:
c.  Jamur Saprolegnia sp.
Serangan jamur ini akan meningkat apabila suhu air menurun dan ikan mengalami stres.  Ikan yang terserang jamur ini dapat diketahui dengan mudah, karena ada sekumpulan benang halus seperti kapas sehingga disebut White cottony growth.  Kumpulan benang ini sering terlihat dibagian kepala, tutup insang, dan disekitar sirip.  Sedangkan telur yang terserang akan terlihat seperti kapur.
·      Pengobatan dengan bahan kimia
Untuk telur yang terserang, bisa direndam dalam larutan Malachite green 5 ppm selama 1 jam.  Untuk ikan yang terserang dapat juga direndam dalam larutan ini dengan konsentrasi yang sama.
·      Pengobatan dengan bahan alami
Ikan dan telur yang terserang jamur ini bisa direndam dalam air yang telah dicampur dengan ekstrak lengkuas.  Untuk ekstrak digunakan rimpang lengkuas ± 100 gr : 0,2 liter air, kemudian dilarutkan ke dalam air ± 30 liter.  Lengkuas ini mempunyai kandungan kimia yang dapat mengobati penyakit jamur (anti fungi).  Perlakuan seperti ini setiap hari sampai ikan sembuh.
Tabel 4Pengobatan ikan yang Terinfeksi Trichodina spp
Penyakit
Gejala
Pengobatan
Kimia
Alami
Trichodina spp.
Gejala yang ditimbulkan diantarnya ikan kehilangan nafsu makan, gerakan melemah, produksi lendir bertambah dan pada tubuh bagian luar sering terjadi pendarahan.
Ikan yang terserang dapat direndam dalam larutan garam (NHCl) 30 ppm selama 1 jam.
Ikan yang terinfeksi Trichodina dapat diberi terafi dengan cara perendaman ikan ke dalam larutan ekstrak Lengkuas.
Uraian:
d.    Trichodina spp.
Trichodina dapat menimbulkan penyakit gatal (trichodiniasis).  Bagian yang diserang terutama kulit, sirip dan insang.   Gejala yang ditimbulkan diantarnya ikan kehilangan nafsu makan, gerakan melemah, produksi lendir bertambah dan pada tubuh bagian luar sering terjadi pendarahan.
·     Pengobatan dengan bahan kimia
Ikan yang terserang dapat direndam dalam larutan garam (NHCl) 30 ppm selama 1 jam.
·     Pengobatan dengan bahan alami
Ikan yang terinfeksi Trichodina dapat diberi terafi dengan cara perendaman ikan ke dalam larutan ekstrak Lengkuas 100 gr : 0,2 liter air(untuk ekstrak) yang kemudian dilarutkan ke dalam 30 liter air.  Perlakuan ini dilanjutkan sampai ikan sembuh.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto E. dan Evi Liviawati” Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan”. Kanasius. Yogyakarta 2000.
Azmi dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Sepat Mutiara Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Daelami, Deden A.S ” Agar Ikan Sehat”. Penebar Swadaya. Jakarta 2001.
Lingga, P dan Heru Susanto” Ikan Hias Air Tawar”. Penebar Swadaya. Jakarta 1989.
Wijayakusuma, Hembing. H.M, Setiawan Dalimarta dan A.S. Wrian” Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia”. Pustaka Kartini. Jakarta.
www. dkp.go.id. ”Penyakit Ikan”. 2005.

BUDIDAYA IKAN BETUTU

BUDIDAYA IKAN BETUTU


Ikan betutu diduga ikan asli indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan.  Namun sementara orang ada yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari Sumatra karena sejak dahulu sudah ada disana, bahkan menjadi maskot Kabupaten Talang Betutu.  Mengigat nama betutu menjadi nama tunggal di kabupaten tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatera . 
Ikan betutu mempunyai kemiripan dengan ikan gabus karena sepintas memang ada keserupaan, baik bentuk maupun sifatnya.  Bila diamati, antara keduanya mempunyai perbedaan yang cukup mencolok yaitu ikan betutu dapat bertahan bejam-jam tanpa bergeser dari tempatnya dan sering disebut dengan ikan malas.  Oleh karena itu,  sementara para ahli menduga bahwa ika betutu masuk dalan keluarga besar Eleotridae yang memiliki kekerabatan dengan kelurga Gobioidea (satu famili dengan ikan gabus). Jika dilihat sepintas, tampang betutu cukup menyeramkan, bentuk mukanya cekung dengan ujung kepala picak (gepeng), matanya yang besar menonjol keluar dan dapat digerak-gerakkan dan mata lebar, tebal dengan gigi kecil tajam. Cukuplah beralasan orang menyebutnya sebagai ikan hantu.
Klasifikasi dan Morfologi
Menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang dikemukakan ahli ikan Singapura, Lie Siauw Foey (1968), Ikan Betutu digolongkan sebagai berikut :
Kingdom         :    Animalia
Fylum             :    Chordata
Super-class     :    Pisces
Ordo              :    Perciformes
Sub-ordo        :    Gobioidea
Family            :     Eleotridae
Genus             :    Oxyeleotris
Species           :    Oxyeleotris marmorata. Blkr
Nama Lokal :  bloso, ikan malas (Jawa);  bakut, ikan hantu (Kalimantan);  bakut, beluru, bakutut (Sumatra);  ketutu, belantok, batutu, ikan hantu (Malaysia);  pla bu sai(Thailand);  ca bong tuong (Vietnam);  soon hock (Cina).
Nama Internasional   :  Marbled goby,  Sand goby

Ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotrismarmorata. Blkr) adalah sebagai berikut :
1.    Bentuk badan memanjang, bagian depan silindris dan bagian belakang pipih
2.    Kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak dan mulut lebar
3.    Sisik sangat kecil-kecil, halus dan lembut sehingga tampak hampir tidak bersisik
4.    Warna badan kecoklatan sampai gelap dengan bercak-       bercak hitam (seperti batik)  menyebar ke seluruh tubuh
5.    Bagian ventral berwarna putih/terang
6.    Tubuh ikan betina umunmnya lebih gelap dari pada jantan
7.    Panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat tujuh  kg/ekor
Habitat dan Penyebaran
Habitat betutu tersebar luas, meliputi perairan-perairan tawar didaerah beriklim tropis/subtropis.  Betutu menyukai tempat yang arusnya tenang dan agak berlumpur seperti rawa , danau atau muara sungai. Ikan ini gemar sekali membenamkan dirinya didalam lumpur.
Betutu tersebar  di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Kalimantan dan Jawa), hingga kepulauan Fiji di Pasifik.


Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan 
Ikan ini hidup didasar perairan, hanya sekali-kali saja menyembul ke permukaan.  Tempat agak gelap, terlindung dibalik batu-batuan atau tumbuhan air sangat disukainya sebagai tempat berlindung dan tempat mengintip mangsa serta melangsungkan proses pemijahan  .  Jika hari menjelang malam, betutu sering terlihat menyembulkan moncongnya di atas permukaan air, disekitar tempat persembunyiannya.
Jenis makanan yang disantapnya berubah dengan bertambahnya umur.  Ikan dewasa biasanya memangsa ikan lain, udang-udangan (crustacea) dan serangga air (insekta), sementara juvenilnya yang masih muda memakan kutu air (daphnia, cladocera dan copepoda), jentik-jentik serangga dan rotifera.  Pada stadia larva, betutu juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani berukuran renik.
          Kunci utama yang mesti di kuasai adalah pembenihan karena ketersediaan benih merupakan hal mutlak.  Penyediaan benih yang selama ini masih mengandalkan kemurahan alam, sebetulnya sudah dapat dilakukan secara terkendali.  Dengan teknik yang sederhana (alami) pun, benih betutu dapat di produksi secara massal hasil-hasil percobaan memberikan gambaran mengenai prospek produksi benih betutu sebagai sesuatu yang cukup mudah dan tidak membutuhkan modal terlalu besar.  Hanya saja, karena ikan ini belum terlalu populer maka masih jarang pembudidaya yang mencoba mengusahakan pembenihannya.
          Pembudidayaan betutu sedikitnya menyangkut dua tahap yakni produksi benih dan pembesaran.  Tahap produksi maupun pembesaran dapat dilakukan terpadu atau pun terpisah, tergantung pada ketersediaan unsur produksi.
Produksi Benih
Dari praktek yang sudah dilakukan para  pengumpul ikan, benih betutu umumnya diperoleh dari alam dan siap ditebarkan lebih lanjut di kolam pembesaran sampai menjadi ikan ukuran konsumsi.  Namun, benih betutu hasil tangkapan ini tidak dapat diandalkan karena secara jumlah maupun ukuran tentu saja tidak mencukupi.  Untuk itulah pengadaan benih dengan pemijahan perlu diupayakan.
Dalam tahap produksi benih, kegiatan yang dilakukan antara lain menyangkut;  pemeliharaan induk atau calon induk hingga siap memijah, pemijahan induk-induk ikan yang menghasilkan telur,  penetasan telur dan  perawatan larva (burayak) hingga menjadi benih.
Pembesaran
Kegiatan pembesaran meliputi pemeliharaan benih dari ukuran 50 gr hingga menjadi ikan konsumsi.  Kegiatan ini membutuhkan waktu kira-kira 8 – 10 bulan.  Data mengenai usaha pembesaran betutu masih sangat sedikit karena budidaya ikan ini belum popular dan kalau pun ada masih sebatas penelitian para ahli.
Pembesaran betutu dikolam bisa dilakukan secara polikultur bersama ikan-ikan lain, misalnya karper. Usaha  pembesaran sistem monokultur sudah dicoba pula di daerah Kalimantan Timur.  Pembesaran dengan sistem monokultur ini di kerjakan dalam keramba apung. Hasil panennya cukup memberikan harapan, dapat mencapai 30- 40 kg /m3/tahun. Namun, sayangnya kelanjutan usaha ini tidak terlalu lancar.  Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya benih secara teratur, padahal ikan ini memiliki prospek pasar yang cukup baik.  Teknik pembesaran di dalam keramba dan hampang ternyata sangat prospektif karena dapat dilakukan pada lahan relatif sempit dengan produksi yang cukup  tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, D.  2001.  Budidaya Ikan Betutu.  Kanasius. Yogyakarta.
Komarudin, Ujang.  2000.  Betutu; Pemijahan Secara Alami dan Induksi, Pemeliharaan di Kolam, Keramba dan Hampang.  Penebar Swadaya.  Jakarta.   
Kurniawan R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Betutu Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

PENGOLAHAN IKAN GURAME

PENGOLAHAN IKAN GURAME A.       Potensi Ikan Gurami Ikan  Gurami  adalah jenis  ikan air tawar  yang sangat populer dan digemar...