Selasa, 30 Oktober 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN CUPANG

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN CUPANG

Setidak-tidaknya ada tiga penyebab pokok yang biasa mematikan cupang-cupang kesayangan kita. Antara sebab yang satu dengan lainnya kadang-kadang erat kaitannya. Penyebab utama adalah hama ikan. Batasan hama di sini adalah segala macam makhluk, baik di dalam air ataupun di luar air yang biasa memangsa ikan cupang. Penyebab kedua adalah parasit, yaitu makhluk air atau non air yang menyebabkan ikan terserang penyakit dan akhirnya ikan bisa mati. Penyebab ketiga adalah nonparasit, yaitu selain parasit yang juga mampu menyebabkan cupang sakit, dan akhirnya mati.

Hama

Seperti sudah disinggung di atas hama adalah segala bentuk makhluk hidup yang ‘doyan’memangsa cupang, entah barasal dari dalam air atau dari luar. Hama yang kerap menjadi pemangsa cupang adalah burung, kucing, kadal, kodok, ular, anjing air dan lain sebagainya.

 
Menghalau hama tersebut secara total memang tidak mungkin dilakukan, karena sifatnya yang hidup. Namun mengurangi serangannya dengan menghambat hama tersebut menghambat mendekati cupang mungkin merupakan cara yang efektip. Tentu saja upaya penanggulangan ini baru efisien apabila kita memiliki suatu unit buddaya cupang, dan bukannya hanya satu atau dua ekor saja.
8
Untuk menghindari burung, biasanya para petani cupang memasang jaring diatas kolam-kolam cupang. Tentu saja tidak perlu jaring yang bagus, karena mahal harganya. Jaring bekas dan sudah bolong di sana sini cukup memadai untuk keperluan ini. Bagian yang bolong kita tambal sulam dulu dengan tali rafia atau benang. Untuk menunjang benang jaring, biasa juga diberi pita kaset bekas yang direntangkan di sana sini. Kilauan sinar matahari yang menyilaukan dari pantulan pita tadi akan mengurangi keinginan burung mendekati kolam cupang. Beberapa petani memasang kincir angin yang dapat berbunyi untuk menakut-nakuti burung pemangsa.

Jaring bermata halus dapat juga digunakan sebagai penghambat ular pengganggu cupang. Jaring tersebut dipasang sekeliling kolam dan akan menjerat apabila ular mencoba menerobosnya. Agar areal kolam cupang jangan sampai didekati ular, biasanya orang membersihkan rumput-rumput liar dan menaburinya dengan garam krosok.  Cara ini sering dilakukan orang yang baru pindah rumah, agar terhindar dari ular yang nyasar.
Kucing merupakan binatang rumah,yang sering dipelihara untuk teman anak-anak. Namun jika kita hendak mengusahakan cupang,kehadirannya diusahakan tidak mengganggu cupang-cupang. Hal ini bisa ditempuh dengan menaruh cupang ditempat yang tertutup. Enceng gondok atau daun-daunan yang dapat dipakai cupang sebagai tempat ’berteduh’ biasanya cukup menolong. Cupang-cupang yang ada di bawah perakaran enceng gondok paling tidak akan selamat dari keusilan kucing.
Anjing air terenal sebagai hama yang sangat rakus memangsa ikan-ikan dan sulit diberantas. Bahkan pada areal budidaya ikan konsumsi, anjing air ini terkenal sebagai perampok nomor satu, terutama kita tinggal didaerah baru yang masih banyak tumbuh tanaman yang besar dan dekat dengan sungai. Anjing ini akan datang berbondong-bondong pada malam hari dan menyikat habis ikan dalam kolam. Untuk mengamankannya, harus dilihat dari mana anjing ini datang, kemudian tempat itu kita tanami pandan berduri rapat-rapat. Hanya dengan cara itulah kita boleh berharap anjing air tidak datang, karena jika hanya kawat berduri anjing ini masih dapat menerobos.
     

Penyakit Parasiter

10
 
Sebagaimana telah disinggung diatas, penyakit parasiter adaah penyakit yang disebabkan oleh parasit, yaitu sebangsa hewan renik yang menyebaban ikan cupang sakit dan mati. Berbeda dengan hama, umumnya parasit berukuran lebih kecil dari pada cupang, dan menyerang pada salah satu atau beberapa bagian tubuh ikan. Bila parasit menyerang beberapa saat kemudian ikan-ikan akan mati.
Beberapa parasit yang biasa menyerang cupang adalah kutu ikan, bintik putih velvet, dan jamur lain sebagainya. Cupang yang terserang penyakit ini biasanya mengalami perubahan pada seluruh bagian tubuhnya, selain perilakunya. Perubahan perilaku yang sering tampak adalah cara berenangnya, mogok makan dan memilih untuk tetap tinggal dipermukaan air. Perubahan warna juga terjadi pada seluruh badannya, dan tidak jarang beberapa bagian siripnya hilang.Kutu ikan adalah sebangsa udang renik primitif, yang hidup secara berpindah-pindah dari satu ikan ke ikan lain dan mengisap darah mangsanya. Cupang dapat ditulari kutu ikan dari telur-telurnya yang secara tidak segaja terbawa serokan atau menempel ditempat pemeliharaan.
Cupang yang terserang kutu ikan (Argulus indicus) dapat dikenali dari badannya yang ditempeli kutu ikan ini (berwarna putih kelabu). Dalam jumlah sedikit kutu ikan ini dapat diambil dengan pinset (penjepit), emudian bekas lukanya diobati dengan obat merah.Untuk mencegah menjangkitnya penyakit ini, sebelum dipaai bak harus dibersihkan dan dikeringkan. Bak yang lama tidak dibersihkan dan airnya arang diganti dapat memungkinkan hidupnya kutu ikan. Kutu ikan tidak sama dengan kutu air yang biasa untuk makanan cupang. Sejumlah garan yang dimasukkan kedalam akuarium yang berisi ikan sakit, dapat menghilangkan kutu ikan ini.
Jamur dapat menyerang tubuh ikan cupang apabila tubuh cupang terluka dan kemudian terinfeksi oleh jamur. Jamur merupakan infeksi sekunder dan bukannya penyebab pertama ikan-ikan sakit. Cupang-cupang yang telah selesai diadu atau berantem secara tidak segaja, kemungkinan besar akan terserang jamur, jika tidak dilakukan langkah-langkah pencegahan. Jamur bias hadir diakuarium atau bak, apabila terdapat organ yang mati atau rusak. Untuk mengobati cupang yang terserang jamur dapat dipakai Malachygreen.
Bintik putih disebabkan oleh Ichthyophthirius multifiliis yang banyak jumlahnya dalam tubuh cupang, sehingga membentuk bintik putih (white spot) pada tubuh cupang. Parasit ini dapat merusak tubuh ikan, dan menyebabkan pendarahan pada sirip dan insang ikan. Pada tahap yang sudah kronis dapat menyebabkan ikan mati. Serangannya cepat menyebar pada seluruh bak, atau pada bak lain apabila terjadi kontak lewt serokkan atau ikan yang dimasukkan pada bak lain. Cupang-cupang yang terserang bintik putih sebaiknya dipisahkan dan diobati dengan Malachytgreen dan Metheleneblue. Sedangkan ikan-ikan lainnya juga diobati, dan bak atau tempatnya dibersihkan dan dikeringkan.
Penyakit lain yang sering menyerang ikan cupang adalah penyakit yang dikalangan petani terkenal dengan sebutan penyakit stip. Tubuh cupang terserang, sirip punggung ataupun ekornya gosong atau hitam. Petani umumnya mengobati dengan tetra ½ sendok dan 1 sendok garam yang dilarutkan dalam 25 liter air. Ikan-ikan yang sakit, kemudian dilarutkan kedalam larutan ini dan dibiarkan selama beberapa saat sehingga keadaannya baik kembali. Seperti halnya pada penyakit-penyakit lainnya, untuk mencegah penularan dan penyerangan ulang, sebaiknya tempat cupang dibersihkan dan dikeringkan.
7
 
Penyakit lainnya adalah penyakit sariawan, yang ditandai dengan timbulnya keputih-putihan pada mulut ikan ikan. Ikan yang terserang sariawan bisa juga diobati dengan cara mengobati stip.

Penyakit Non-Parasiter

Penyakit non-parasiter adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh parasit. Artinya, selain parasit yakni organ diluar cupang yang jelas-jelas dapat menyebabkan ikan sakit, ada hal-hal lain bersifat teknis yang juga dapat menyebabkan ikan cupang sakit bahkan mati.
Penyakit non-parasiter umumnya berupa perubahan suhu yang mendadak, suhu yang terlalu tinggi atau rendah,kandungan karbon dioksida yang terlalu tinggi dalam kolam/bak, dan lain sebagainya.
Yang paling sering dialami oleh para pemula adalah tidak cocoknya air dipakai saat pertama kali. Mereka yang menggunakan air baru akan mengalami hal seperti ini. Air harus diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam baru kemudian digunakan. Jika mengganti air, bisa saja dipakai air yang benar-benar baru, asalkan masih tersisa air lama minimal setengahnya.
Yang juga sering terjadi, pada saat memasukkan ikan baru, sering kali ikan sakit atau bahkan ikan mati jika langsung dimasukkan tanpa mengalami proses adaptasi terlebih dahulu. Juga pada saat pengangkutan pada siang hari yang terik, tanpa mengindahkan ikan cupang yang kepanasan, biasanya kita akan temukan ikan-ikan cupang yang setengah mati ketika sampai dirumah.
Hal-hal tersebut seperti diatas aan menyebabkan ikan sakit atau mati, padahal jelas bukan parasit penyebabnya. Oleh karena itu penyakit seperti ini disebut penyakit non-parasiter.
NO
JENIS PENYAKIT DAN PENYEBABNYA
GEJALA
PENGOBATAN
SECARA KIMIA
SECARA ALAMI
1
white spot(Bintuk Putih)
Ichthyophthirius multifiliis
Terdapat banyak bintik putih pada permukaan tubuh.
Berenang dipermukaan air.
Ikan berkumpul ditempat yang dangkal.
Ikan menggosokan tubuhnya ke dinding atau benda yang keras.
Gerakan tutup insang lebig cepat.
Di rendam dengan larutan Methylen blue 10 gr/l air selama 24 jam.
Perendaman dengan larutan Malachite green oxalate 0,1 gr/ m3air selama 24 jam.
Perendaman dengan formalin 25 ml/m3 air selama 10 menit.
Dengan menggunakan daun ketapang kering yang direndam 10 lembat/l air.
Dengan rendaman estrak kunyit 0,5ml/l air selama 5 menit.
DAFTAR PUSTAKA
Daelami, D.  2002.  Agar Ikan Sehat.  Penebar Swadaya.  Jakarta
Hardjamulia, A. 1978. BudidayaDepartemen Pertanian Badan Pendidikan dan Penyuluhan Pertanian. SUPM Bogor
Hermanto dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Cupang Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Kusumah, H. 1985. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian Badan
Susanto, Heru.  1992. Memelihara Cupang. Kanisius.Tanggerang

Jumat, 26 Oktober 2018

PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN IKAN BAWAL

PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN IKAN BAWAL


Taksonomi dan Morfologi
 Sistematika ikan bawal  menurut Bryner adalah sebagai berikut :
Filum                : Chordata
Kelas                : Pisces
Ordo                : Cypriniformes
Famili               : Characidae
Genus               : Colossoma
Spesies             : Colossoma Macropomum



 Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangankan bagian bawah berwarna putih.  Pada bawal dewasa, bagian bawah sirip ekor berwarna merah, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Dibandingkan dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas.  Matanya kecil dengan lingkaran berbentuk seperti cincin.  Rahangnya pendek dan kuat serta memeliki gigi seri yang tajam.
Penyebaran dan Habitat
Ikan bawal telah berkembang dan menyebar dari kawasan Amerika selatan sampai Asia Tenggara. Ikan bawal termasuk jenis ikan tawar yang mudah beradaptasi dengna perubahan lingkungan. Ikan bawal mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan perairan tenang ataupun mengalir. Ikian bawal juga mudah dibiasakan hidup di perairan yang airnya mengalir deras.
Makan dan Kebiasaan Makan
      Ikan bawal merupakan jenis ikan pemakan segala (omnivora).  Meskipun tergolong omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai adalah Crustasea, Cladoceta, Copepoda, dan Ostracoda. Meskipun ikan bawal tergolong ikan omnivora, dalam pemeliharaannya dapat diberi pakan tambahan berupa pellet, ikan-ikan kecil, dan daging keong mas.
Kebiasaan Berkembang Biak
      Bawal biasanya memijah pada awal dan selama musim hujan.  Di Brazil dan Venezuela, kejadian itu terjadi pada bulan Juni dan Juli.  Sedangkan di Indonesia kematangan gonad bawal terjadi pada bulan Oktober sampai April.
Pembenihan Ikan Bawal
1.   Seleksi Induk
Postur tubuh induk betina melebar dan pendek,  warna kulit lebih gelap. Abdomen dan bibir urogenital berwarna merah atau kemerah-merahan. Perut lembek dan dan lubang kelamin agak membuka. Sedangkan postur tubuh induk jantan relatif lebih langsing, panjang, dan operkkulumnya agak kasar.
2.   Pemijahan Induk
Pemijahan ikan bawal diawali dengna ovulasi telur induk betina dan sperma induk jantan. Menjelang ovulasi, induk jantan biasanya mengejar dan berenang membuntuti dan menghimpit induk betina. Pemijahan ikan bawal terjadi pada musim penghujan.
3.   Penetasan telur dan Perawatan Larva
Telur akan menetas dalam waktu 18-24 jam dengan persentase 80 %. Perawatan larva di akuarium atau di kolam selama 14 hari. Dalam kurun waktu tersebut, benih yang dihasilkan sudah mencapai 1/2 – 3/4 inci.
4.   Pendederan
Pendederan merupakan kegiatan pemeliharaan benih hingga mencapai ukuran 4 inci (25 gram) yang siap dijual sebagai ikan hias atau dipelihara di kolam pembesaran.
Pembesaran Ikan Bawal
Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan secara kovensional dikolam besar (luas )tanpa dilakukan pengelolaan pakan dan pembesaran secara intensif yang terkontrol dan di kelolah secara baik.
Pengelolaan pakan secara efisien dapat di kalkulasikan berdasarkan nilai food corversy ration (FCR), yaitu perdandingan jumlah pakan yang diberikan dan berat ikan (daging) yang dipanen (dihasilkan ).  Nilai FCR untuk pembesaran ikan adalah 1- 1,2 Artinya, jumlah (berat) pakan yang diberikan hampir sebanding berat ikan yang dihasilkan. 
Ikan bawal yang dipelihara kolam bersifat garang, cenderung ganas (buas), dan suka menyerang ikan-ikan lain , terutama ikan –ikan yang lemah dan berukuran kecil oleh karena itu,pembesaran ikan bawal  di lakukan secara monokultul dikolam tertutup atau kolam tenang tanpa penggantian air atau kolam air mengalir, termasuk air deras dan jala apung yang di pasang di pinggir waduk (danau).



DAFTAR PUSTAKA
Abaas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya  Ikan Bawal. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Anonim, 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Arie Usni. 2000.  Budidaya Bawal Air Tawal.  PT  Penebar Swadaya,   Jakarta.
Suryati dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Bawal Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Wijayakusumah, H. dkk, TANAMAN BERKHASIAT OBAT DI INDONESIA. Penerbit Pustaka Kartini

PEMBENIHAN IKAN GURAME

PEMBENIHAN IKAN GURAME


1.       Pendahuluan
Sampai saat ini ikan gurame (osphronemus gouramymasih menduduki nilai pasar teratas untuk jenis ikan konsumsi air tawar, ada beberapa hal yang menjadi latar belakang mahalnya harga, sehingga masih kurangnya pemenuhan kebutuhan pasar.

Secara alami pertumbuhan ikan gurame tergolong lambat pertumbuhannya, karena kantong kemih yang ada relatif kecil bila dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi lainnya seperti ikan mas dan ikan lele. Faktor lambatnya pertumbuhan ikan ini menjadi kendala bagi investor untuk menanamkan modalnya.

Faktor tersebut dapat disiasati dengan segmen budidaya, yaitu bermain dalam usaha budidaya pada segmen tertentu, artinya tidak semua segmen usaha dikuasai sendiri dari mulai pemijahan sampai dengan pedaging, setidaknya kita dapat memilih pada 4 (empat) segmen yaitu : Pemijahan, Pendederan, Pembenihan dan Pedaging.

Pola usaha seperti diatas sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini yaitu penciptaan lapangan kerja untuk tersedianya pangan, dalam rangka pengembangan agribisnis budidaya gurame, yang pada tujuan akhirnya masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya sehingga mampu hidup sejahtera.

Faktor lain yang masih sering dihadapi dalam pengembangan agribisnis budidaya ikan gurame adalah masih terbatasnya sumber daya manusia yang memiliki keahlian khusus dalam penanganannya, selain itu tingkat mortalitas (kematian) cukup tinggi mulai dari telur sampai pembenihan, tingginya biaya produksi belum mampu dijangkau oleh petani golongan ekonomi lemah untuk mengembangkan usaha ini khususnya pada segmen usaha pedaging.



2.       Pengelolaan Indukan
Kolam yang digunakan sebagai kolam indukan dan kolam pemijahan gurame di P4S Kopses berukuran 3 x 5 m 2 . Perbandingan jumlah induk jantan : induk betina adalah sebagai berikut:
1.    Kolam ukuran 3 x 5 m2 = 10 ekor , 2 jantan dan 8 betina
2.    Kolam ukuran 10 x 10 m= 40 ekor 8 jantan dan 32 betina
Model pintu inlet (air masuk) dan pintu outlet kolam induk berupa paralon berdiameter 2,5 inchi suplay air harian, dengan maksud menambah oksigen di perairan. Kolam induk berdinding dan dasar kolam berupa tanah. Ketinggian air kolam induk 80 Cm.
Pemberian pakan berupa daun sente ( Alocasia macrohiza Schott) dan pellet. Pakan pellet diberikan 2 kali dalam sehari (pagi dan sore), dalam sehari jumlah pellet yang diberikan sebanyak 3 % dari berat badan dengan kadar protein 28 %, pemberian pakan daun sente 1 kali selang 2 hari sebanyak 8 % dari berat badan, induk yang diberi pakan berupa daun dengan prosentase banyak, maka telur yang dihasilkan akan terurai dan tidak akan diselubungi selaput lemak. Dengan kondisi seperti ini, telur akan lebih mudah dibuahi sperma. Sebaliknya bila induk diberi pakan pellet dalam jumlah  berlebihan maka telur akan menjadi lengket karena telur diselubungi oleh selaput lemak.

3.       Pemijahan
Pemijahan dilaksanakan dalam satu kolam secara alami. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pemijahan adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air pemijahan. Cara menentukan kematangan gonad  induk jantan adalah melihat tingkah lakunya yang selalu berenang beriringan bersama induk betina sambil mulai menyusun sarang. Sedangakan kematangan gonad betian dapat diketahui dengan meraba perut yang membesar dan terasa lunak serta dengan melihat tingkah lakunya di kolam yang selalu berenang berpasangan dengan induk jantan.

Ketika berada di habitat alaminya, induk gurami akan membuat sarang dari rerumputan atau bahan lainnya yang ada di perairan untuk dijadikan sarang telut. Induk yang dipelihara di kolam disesuaikan habitat aslinya dengan membuat tempat sarang dan bahan sarang. Sarang telur ditempatkan 1-2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 5-10 cm dari permukaan air. Tempat sarang dibuat dari anyaman bambu (sosog) atau keranjang sampah dengan posisi mendatar sejajar permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang.

Bahan sarang yang dipakai adalah sabut kelapa , rajutan karung atau injuk dan diletakkan di atas para-para atau anyaman tali. Para-para tersebut ditempatkan di tepi kolam dengan tujuan untuk memudahkan induk jantan menyusun sarang telur. Pembuatan sarang berlangsung antara 1 hari – 2 minggu. Kualitas air media pemijahan ikan gurami di P4S Kopses adalah suhu 280 C, pH air 5,5, laju pergantian air 10-15% / hari dan ketinggian air kolam 40-60 cm.
Sarang yang berisi telur ditandai dengan adanya minyak di permukaan air, bau amis, adanya ikan predator menyerang dan induk berjaga-jaga. Selanjutnya untuk memastikan adanya telur di sarang dilakukan pengecekan dengan meraba lubang sarang, apabila sarang tertutup berarti terdapat telur. Pengambilan telur dilakukan dengan cara memegang sisi luar sarang paling bawah lalu menarik keluar secara perlahan-lahan. Kemudian ujung lubang dihadapkan keatas dengan posisi berdiri. Sikap hati-hati bertujuan untuk mencegah telur dalam sarang terlepas.

Kandungan minyak menyebabkan telur mengambang di permukaan air. Untuk mengurangi resiko kegagalan dalam penetasan telur, telur berwarna kuning keruh dibuang karena telur tersebut tidak akan menetas. Sarang yang  telah terangkat dimasukan kedalam ember berisi air setengah volume dari ember, selanjutnya telur beserta sarang dibawa ke saung penyimpanan.

Ciri-ciri induk ikan gurami jantan dan betina

Ciri Fisik
Induk Jantan
Induk Betina
Kepala
Ada Benjolan
Lonjong
Bibir
Bagian Bawah Besar
Bagian bawah Kecil
Warna
Merah dan Hitam Terang
Realtif Terang
Ujung Sisik Ekor
Lurus
Cekung
Gerakan
Lincah
Lamban
Susunan Sisik
Normal
Membuka
Perut
Membentuk Sudut Tumpul
Membulat
Dasar sirip dada
Keputih-putihan
Gelap kehitam-hitaman
Dagu
warna kuning
keputih-putihan / coklat

Ciri-ciri induk jantan dan betina yang baik

Induk Jantan
Induk Betina
-    warna gelap
-    perut dekat anus lancip
-    susunan sisiknya teratur
-    gerakannya lincah
-    umur 4 – 7 tahun
-    warna terang
-    perut membulat
-    badan relatip panjang
-    susunan sisiknya teratur
-    umur 5 – 10 tahun


 Gambar induk ikan gurame jantan 


Gambar induk ikan gurame betina


4.       Penetasan Telur
Sarang berserta telur akan diambil dari kolam pemijahan dan dipisahkan dengan cara mengambil sedikit demi sedikit sabut kelapa atau rajutan karung atau injuk yang menyelubungi telur. Telur dihitung memakai ciduk atau sendok makan untuk mengetahui berapa jumlah telur yang didapat dari tiap sarang. Setelah selesai dihitung, telur dimasukan kedalam bak penetasan ataupun akuarium.

Kepadatan telur dapat dihitung per satuan luas permukaan sesuai sifat telur yang mengambang. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, didalam bak atau akuarium ditambahkan aerasi kecil agar telur tidak teraduk.

Telur gurame menetas dalam kurun waktu 41 jam. Larva yang baru menetas posisi badannya terbalik, yiatu bagian perut berada diatas, sedangkan bagian punggungnya dibawah. Selama empat sampai lima hari gerakan benih ikan gurami hanya berputar-putar, selanjut larva sudah dapat berenang secara normal.

Larva gurame menggunakan kuning telurnya sendiri yang banyak mengandung protein untuk membentuk jaringan tubuh baru, seperti tulang, sisik, sirip dan ekor. Sedangkan kadar protein pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, disamping faktor-faktor lain seperti kesesuaian kandungan asam amino antara pakan dengan ikan tersebut juga kompoisi pakan selain protein. Bila pakan dengan kadar protein tinggi tetapi serat kasarnya juga tinggi, maka pakan tersebut akan sulit dicerna menjadi makanan yang dapat diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan dan akan mengakibatkan pertumbuhan ikan akan rendah.

5.       Pendederan
Lama pemeliharaan benih tergantung pada target yang dikehendaki. Benih berumur 40 hari dapat mencapai ukuran 1-2 cm (setara ukuran kuku di masyarakat), benih berumur 80 hari dapat mencapai ukuran 2-4 cm (setara ukuran jempol), benih berumur 120 hari dapat mencapai ukuran 4-6 cm (setara ukuran silet), dan benih berumur 160 hari dapat mencapai ukuran 6-8 cm (setara ukuran bungkus korek).

Pendederan dilaksanakan setelah larva berumur 12 hari. Perawatan yang dilakukan selama pendederan di bak atau akuarium antara lain pergantian air, penyiponan, pengambilan benih yang mati, serta pemberian obat.

Pergantian air dilakukan dengan menambah volume air dari ketinggian 21 cm menjadi 30 cm atau sekitar 40%. Selama pemasukan air, penyiponan dilakukan memakai selang air untuk membuang sisa makanan dan Feases benih yang ada dalam bak atau akuarium. Pergantian air dianggap selesai setelah air kelihatan jernih.

Pakan yang diberikan pada benih berupa daphnia sp. yang berukuran kecil dengan frekuensi pemberian 2 kali dalam 24 jam. Daphnia sp.  dibiarkan agar tetap hidup Karena ikan gurame lebih cenderung suka mengejar makanannya.

Setelah berumur 22 hari, benih dipanen dari hapa / akuarium untuk ditempatkan di kolam pendederan. Sebelum digunakan, kolam dipupuk memakai pupuk kandang sebanyak 10 kg satu minggu sebelumnya. Tujuan pemupukan adalah untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah 4-5 hari air kolam dipupuk, perairan kolam akan dipenuhi diatome sehingga perairan terlihat berwarna kecoklatan.

Selain pakan alami, pakan buatan yang diberikan berupa pellet. Cara pemberiannya dengan menghaluskan pellet tersebut memakai blender. Hal itu dilakukan agar pakan dapat termakan oleh benih, karena sisa pakan yang tidak termakan akan mencemari perairan kolam. Frekuensi pemberian pakan sebanyak dua kali dalam satu hari, yaitu pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB.

6.       Hama dan Penyakit
Faktor utama terjadinya hama penyakit pada ikan secara tidak langsung adalah pada kolam itu sendiri. Kolam yang akan dengan mudah dijangkiti penyakit adalah kolam yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.    Kolam yang banyak mengandung bahan-bahan organik yang berupa sampah domestik, sisa-sisa pemupukan dan pakan tambahan yang tertimbun di dasar kolam.
2.    Pengairan kolam yang tidak lancar
3.    Suhu yang terlalu tinggi
4.    Penebaran ikan yang terlalu padat

Penyakit yang menyerang benih ikan gurame adalah ektoparasit jamur jenisSaprolegnia sp, parasit tersebut merupakan penyakit sekunder pada benih. Penyebab kematian diindikasikan  karena  pengaruh nonparasit. Gejala tersebut tampak pada perilaku benih yang selalu berenang ke permukaan kolam dan adanya benang-benang  yang berwarna krem dan bergumpal menyerupai kapas pada tubuhnya, karena gumpalan tersebut diperkirakan benih mengalami gangguan saluran pernafasan.

Kondisi tersebut mengakibatkan daya tahan tubuh benih lemah sehingga ektoparasit ikan lebih mudah menempel pada daerah tubuh tertentu dan akan menjadi sumber infeksi penyakit. Dalam budidaya ikan, penambahan vitamin C dalam diet dapat meningkatkan daya tahan toleransi terhadap  kontaminasi lingkungan, stress dan peningkatan daya tahan tubuh terhadap patogen. Dalam keadaan stress, kesehatan benih akan mudah terganggu akibat nafsu makan menurun dan akhirnya pertumbuhan terlambat bahkan mengalami kematian. Penanggulangan benih yang terserang parasit tersebut memakai bahan alami, seperti kunyit dalam bentuk serbuk. Sedangkan pengobatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan oxcytetraclin sebanyak 55 ppm selama satu kali dalam dua hari.


7.       Pakan Ikan Gurame
1.    Pakan alami hewani : Daphnia sp, Rotifera, Infusoria, Kutu Air, Artemia, Jentik Nyamuk, Cacing sutera
2.    Pakan alami nabati : daun dan batang sente, daun talas/lompong/bolang, daun emprak, daun solempat, daun badur, daun pepaya kuning / kering, kecambah kacang hijau / kedelai, daun kangkung, daun sawi, daun kol, daun ubi jalar, dll
3.    Pakan buatan : Pelet, Emulsi, Suspensi, Roti Kukus
4.    Cara Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame :
-    Umur 0 – 12 hari           : tidak diberi pakan
-    Umur 13 – 30 hari          : Pakan alami hewani
-    Umur 1 bulan                : Pakan alami hewani, pellet halus
-    Umur 2 bulan                : Pakan alami hewani, pellet halus
-    Umur 3 bulan                : Pakan alami hewani, pellet halus
-    Umur 4 bulan                : Pakan alami hewani, pellet kecil
-    Umur 5 bulan                : pellet besar, daun-daunan

8.       Pengeringan Kolam

Pengeringan kolam dilakukan dengan membuka pintu air keluar dan menutup pintu air masuk. Pengeringan dilakukan kurang lebih 3 hari atau ketika dasar kolam terlihat retak-retak. Tujuan pengeringan kolam ini adalah untuk mematikan bibit penyakit atau hama ikan kecil yang masuk secara tidak sengaja melalui pintu masuk dan nantinya akan mengganggu dalam proses pemijahan dan juga sebagai kompetitor dalam memperoleh makanan, serta untuk memberikan rangsangan alami bagi induk-induk yang sedang matang gonad. Bau yang muncul dari pengeringan tersebut terbukti mampu sebagai perangsang terutama pada ikan yang dipijahkan dengan memanipulasi lingkungan.

9.       Perbaikan Kolam

Perbaikan kolam dilakukan dengan cara memperbaiki pematang yang bocor dengan jalan menambalnya. Tindakan ini sekaligus berfungsi untuk memusnahkan sarang hama yang terdapat disekitar pematang. Saluran air juga harus diperhatikan pada saat perbaikan kolam. Di dalam pengaliran kolam terdapat saluran-saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air (inlet) yang tentunya terdapat penyumbatan yang disebabkan oleh sampah baik itu plastik maupun rumput, yang akan menyebabkan air yang mengalir tidak lancar atau terjadi penyumbatan total. Perbaikan kolam ini meliputi penggantian pemancang / tiang yang telah rusak, para-para / sarigsig, pergantian sosog / wadah serta ikatan wadah pada pemancang. Perbaikan ini bertujuan supaya pada saat pengisian air, wadah (tempat sarang) tidak hanyut atau mengapung, selain itu juga memudahkan pengontrolan telur (sarang) nantinya.





10.    Pengapuran

Pengapuran dilakukan pada saat kolam masih kering, dengan cara menebarkan kapur ke dasar dan dinding kolam. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikan PH tanah dan air, mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan zat hara terbebas, mengendapkan koloid yang melayang-layang dalam air kolam, selain itu juga untuk membunuh ikan-ikan kecil dan crustacea. Perairan yang terlalu asam dapat menyerap fosfat yang merupakan nutrien penting sebagai bahan penyubur perairan sehingga kesuburan kolam akan terganggu.
                                                                                                         
11.    Pemupukan

Setelah beberapa hari dari pengapuran dilakukan pemupukan yang berfungsi untuk menambah unsur hara yang nantinya akan menumbuhkan plankton sebagai pakan alami. Pemupukan dilakukan setelah kolam dialiri air terlebih dahulu. Ketinggian air pada saat pemupukan sekitar 40 cm. Setelah kolam dialiri air barulah pemupukan dilakukan, tujuannya untuk menghindari polusi udara di sekitar kolam yang di sebabkan oleh bau dari pupuk tersebut. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, Karena pupuk tersebut lebih ekonomis dan tahan lama di perairan (tidak mudah terbawa arus) sehingga memungkinkan kesuburan perairan yang lebih stabil. Selain itu juga pupuk kandang  (organik) akan mengalami penguraian yang menghasilkan unsur anorganik. Pemupukan dilakukan dengan cara ditebarkan kolam dengan dosis pemberian 500 g/m2. Penyediaan pakan alami bagi larva, benih, dan induk merupakan faktor penentu untuk keberhasilan pengembangan budidaya ikan. Pemupukan kolam dilakukan dengan cara menaruh karung yang berisi pupuk kandang. Bagian bawah kemudian dibuka dan bagian atasnya ditarik perlahan mengelilingi kolam agar pupuk tersebar merata atau ditebar secara langsung.    

12.    Analisa Usaha
Analisa Usaha Pemijahan Ikan Gurame Skala Kecil ;
A. Modal yang dibutuhkan :
1.   Lahan dan Perlengkapan :
-    Sewa lahan  (12 bulan) 200 m x Rp.1.500                   Rp. 300.000
Kolam induk 15 m, saung penetasan 30 m,
kolam pendederan 50 m, Kolam pemijahan 80 m,
kebun sente 25 m 
-    Alat / Perlengkapan                                                 Rp.  311.500
  • 2 buah Sarigsig bambu                                   Rp.   10.000
  • 2 buah Sosog bambu                                     Rp.   10.000
  • 2 Bambu untuk tiang sarigsig                           Rp.   10.000
  • Karung Plastik/Sabut Kelapa                            Rp.   10.000
  • 5 buah Bak plastik  @ 12.000                          Rp.   60.000
  • 1 buah Ember plastik                                     Rp.     5.000
  • 1 Saringan teh                                             Rp.     1.500
  • Paralon saluran keluar masuk air                      Rp.    40.000
  • 3 buah Hapa halus @ 50.000                          Rp.  150.000
  • 3 buah Seser halus @ 5.000                           Rp.    15.000

-    Saung penetasan telur gurame 2 m x 3 m x Rp. 35.000  Rp.  210.000



Jumlah Biaya I                                                                  Rp. 821.500

          2.  Biaya Produksi
- 10 Ekor Induk Gurame x @ 75.000                             Rp.  750.000
- Pakan alami 2 Lbr daun sente x 10 x Rp. 50 x 365 hari   Rp.  365.000
-    Pakan Toko Dedak + Kuning telur
  (dengan perbandingan 1 : 1 )  x @ Rp. 2000 x 4 priode  Rp.     8.000  
-    Pakan Larva (Kuning Telur/Cacing Sutra/Indofeed)
   Rp. 9.000 x 12 bulan                                              Rp.  108.000
- Pakan (pellet) induk gurame Rp. 2.000 x 365 hari          Rp.  730.000
  Upah Pengolahan lahan 7 hari x Rp. 30.000                  Rp.  210.000
- Upah Kerja Rp.20.000 x 12 bulan (2 paket)                  Rp.  240.000



         Jumlah Biaya II                                                           Rp. 2.406.000

B. Hasil
1.    Kemampuan indukan gurame bertelur mencapai 1.500 - 4000 butir telur.
2.    Jika 1 indukan betina mampu bertelur rata-rata 2.500 butir dan dalam 1 tahun masing-masing bertelur 4 kali, maka untuk 8 ekor indukan betina menghasilkan telur 80.000 butir telur
3.  Taruhlah tingkat kematiannya (mortalitas) 30 % dari mengangkat telur sampe benih ukuran biji kwaci, maka yang dipanen adalah 56.000 ekor
4.  Jika harga benih umur 1 bulan (sebesar biji kwaci) Rp. 100 /ekor, maka penghasilan yang didapat Rp. 5.600.000-,-

C. Keuntungan
                                  Rp.    5.600.000     
                           Rp.    3.227.500
   
                                  Rp.    2.372.500

              -    Rp. 2.372.500 : 12 Bulan = Rp. 197.708  pendapatan per bulan.

Sumber: P4S KOPSES Bogor

PENGOLAHAN IKAN GURAME

PENGOLAHAN IKAN GURAME A.       Potensi Ikan Gurami Ikan  Gurami  adalah jenis  ikan air tawar  yang sangat populer dan digemar...