Rabu, 19 Desember 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN GURAME

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN GURAME


Permasalahan hama dan penyakit pada budidaya ikan Gurame merupakn kendala yang serius, karena dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi  yang nantinya akan mengakibatkan produksi ikan Gurame akan menurun, terutama pada fase benih.
Berikut ini adalah penyakit yang sering menyerang ikan Gurame :
1.  White Spot
Penyakit ini sering disebut juga penyakit ich. Penyakit ini disebabkan olehIchtyopthirius multifiliis. Parasit ini menyerang ikan pada bagian sirip punggung dan sisiknya.
Ikan yang terserang oleh parasit ini terlihat seperti bintik-bintik putih pada bagian-bagian sirip atau sisik.
Parasit ini sering menyerang pada saat ikan mengalami stres dan pada saat daya tahan tubuhnya menurun. Terutama pada saat suhu air rendah, parasit ini menyerang secarasporadis.

2.  Dactylogyrus dan Gyrodactylus
Parasit Dactylogyrus dan Gyrodactylus termasuk keluarga cacing (Monogenea ). Kedua jenis cacing ini berbentuk bulat memanjang dan pada ujung tubuhnya terdapat alat penempel dan mulut penghisap. Dactylogyrus menyerang insang sedangkan Gyrodactylusmenyerang tubuh dan sirip
Gejala klinis ikan gurame yang terserang penyakit ini adalah ikan menjadi lemah, kurang napsu makan, dan mengap-mengap seperti kekurangan oksigen.
3.  Aeromonas hydrophila
Bakteri Aeromonas hydrophila ini bersifat pathogen yang dapat menyebabkan penyakit sistematik serta dapat mengakibatkan kematian iakan secara masal. Bakteri ini berbentuk batang pendek berukuran 2-3 mikron dan bersifat gram neganif. Bakteri ini menginfeksi luka dan menyebabkan 80-100 % setelah satu minggu ikan gurame terinfeksi. Selain pada luka, bakteri ini dapat ditemukan juga di hati dan ginjal ikan gurame.
Ikan gurame yang terserang penyakit ini akan memperlihatkan tanda-tanda seperti terdapat luka infeksi pada bagian tubuh ikan, sisik terkuak, perut busung, lemah, dan sering berada dipermukaan air dan dasar kolam.
4.  Argulus sp.
Argulus sp atau yang lebih dikenal dengan kutu ikan air ini termasuk keluarga udang renik dengan badang yang berbentuk bulat pipih. Kutu air ini menyerang kulit dan insang ikan lalu mengisap darahnya. Telur argulus ditempelkan pada benda-benda dan tanaman dalam air. Setelah menetas, kutu air ini akan berenang mencari mangsa atau inang yang baru.  
Gejala ikan yang terserang penyakit ini adalah pada kulitdan insang ikan tanpak adanya kutu yang menempel kuat dan terjadinya pendarahan pada bekas gigitan. 
5.  Tricodina sp
Parasit ini termasuk protozoa yang bertbentuk bult dan memiliki bulu getar. Gejala klinis ikan yang terserang parasit ini adalah ikan terlihat lemah, warn tubuh pucat dan sering menggosokan tubuhnya pada substrat, dinding, atau dasar kolam.
6.  Saprolegnia
Saprolegnia merupakan jamur yang tumbuh di tubuh ikan. jamur-jamur ini tumbuh, sebagian besar karena adanya luka yang terdapat pada ikan dan luka terrsebut tidak ditanggulangi sehingga tumbuhlah jamur-jamur saprolegnia ini.
     Berikut ini adalah tabel beberapa penyakit yang sering menyerang ikan gurame dan cara pengendaliannya :

NO

PENYAKIT
GEJALA-GEJALA
PENGANGGULANGAN
KIMIAWI
TREATMEN ALAMI
1.
Ichtyopthirius multifiliis
Penyakit White Spot
§  Banyak mengeluarkan lendir
§  Terlihat bintik putih pada sirip/ kulit/ insang
§  Sering terdapat pada permukaan air
Perendaman
§  dalam NaCl 25 % 10-15 menit
§  formalin 25mg/L ditambah malachite green 0,2 mg selama 24 jam
Menggunakan Lengkuas dengan dosis 1 gr/l air 

NO

PENYAKIT
GEJALA-GEJALA
PENGANGGULANGAN
KIMIAWI
TREATMEN ALAMI
2.
Gyrodactylus Sp, danDactylogyrus sp
Borok Ikan
§  Nafsu makan ikan berkurang
§  Banyak lendir pada bagian kulit luar
§  Kulit/ badan mengeluarkan darah
§  Ikan seringberenang ke permukaan air dan tubuhnya sering molompat-lompat
Perendaman dalam
§  Formalin 2,5 ml  dalam 10 menit.
§  NH4Cl 25 gram = 1 lt ±15 menit
menggunkan kunyit dengan dosis 1 gr/l air
3.
Aeromonas hydrophila
Bercak Merah
§  Tedapat luka infeksi di bagian tubuh
§  Sisik terkuak
§  Perut busung, lemah
§  Sering berada di permukaan air atau dasar kolam
§  Napasnya mengap-mengap
Perendamn dalan larutan
§  Oxytetracycline 2-5 mg/L selama 24 jam yang dilakukan 3 kali berturut-turut
§  Malachite green oxalate 0,5 mg/L selama 1 jam.
Menggunakan daun miana dengan dosis 10 lembar/100 liter air

NO

PENYAKIT
GEJALA-GEJALA
PENGANGGULANGAN
KIMIAWI
TREATMEN ALAMI
4.
Argulus sp (kutu ikan)
§  Pada kulit dan insang tampak adanya kutu yang menempel kuat
§  Terjadi pendarahan pada bekas gigitan
Perendaman dalam garam dapur sebanyak 10-15 kg/m3 atau 10-15 g/L.
Menggunakan  mahkota dewa dengan dosis 50 iris/3 gelas air (600 cc)
5
Trcodina sp
§  ikan terlihat lemah
§  warna tubuh pucat
§  terdapat luka pada disertai infeksi sekunder
§  ikan sering menggosokan tubuhnya pad substrat, dinding atau dasar kolam.
Perendaman
§  Formalin sebanyak 40 mg/L.
Diberikan ekstrak daun sambiloto
6
Saprolegina danAchlya
§  Adanya benag-benang krem dan bergumpal menyerupai kapas pada tubuhnya.
Perendaman
§  Menggunakan garam dapur sebanyak 400 gr/m3 atau 20 mg/L selama 1 jam.
§  Malachite green oxalate dengan dosis 0,1-0,5 mg/L selama 12-24 jam
Menggunakan daun sirih dengan dosis 10 lembar/l air
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Gurame Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Harmanto, Ning. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa, Jakarta : Penebar Swadaya, 2004.
Jangkaru, Z. Memacu Pertumbuhan Gurame, Jakarta : Penebar Swadaya, 2003.
Khairuman dan Khairul Amri. Pembenihan Dan Pembesaran Gurame Secar Intensif, Jakarta : Agromedia Pustaka, 2003.

Sendjaja, Julius Tirta. Usaha Pembenihan Gurame, Jakarta : Penerbit Swadaya,2002.

Senin, 17 Desember 2018

PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BELUT

PENCEGAHAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BELUT


HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT BELUT
          Karena belut memiliki beberapa keistimewaan mulai dari sex dan perkembangbiakan serta tempat / habitat hidup yang berada dalam tanah dengan membuat lobang / sarang , menyebabkan ikan ini ( belut ) sulit terinfeksi oleh penyakit maupun hama, bahkan belut merupakan Pest, Competitor serta sebagai Predator bagi ikan ikan air tawar lainnya.
Sampai saat ini belum ada referensi / literature yang mengindentifikasi tentang Hama dan Penyakit yang menyerang belut, dan tidak jarang terjadi hama/predator sebangsa atau jenis crusteceae yang berfungsi sebagai patogen pembawa penyakit menjadi makanan empuk bagi ikan ini (belut).
          Dari hasil pengamatan pengalaman dilapangan penyebab kematian belut mendadak atau belut mengalami kematian yang cepat, disebabkan hanyalah karena factor perlakuan/penanganan saat penangkapan atau panen, yang mengakibatkan belut sering stress (penurunan system kekebalan tubuh), hilangnya keseimbangan serta produksi Mucus  pada tubuh yang tidak normal. 
TINDAKAN PREVENTIF UNTUK MENCEGAH KEMATIAN BELUT
KEADAAN/ KONDISI
PENYEBAB/DIAGNOSA
PENCEGAHAN
KEMUNGKINAN PENCEGAHAN SECARA ALAMI
 Stress
Dalam melakukan penangkapan / panen dialam sering memakai alat yang dapat melukai atau racun dari getah tanaman dan sejenis belerang.
*Hindarkan terjadinya iritasi atau luka saat melakukan penangkapan / panen.
*Jangan biasakan melakukan penangkapan belut dengan bahan beracun atau sejenisnya yang juga dapat merusak kelestarian/
lingkungan.
*Setelah melakukan penangkapan / panen tempatkan belut dalam bak penanmpungan yang terlindung cahaya dan banyak kandungan oksigen.
* Kalau terjadi luka /iritasi dapat diberi anti septic dengan daun sirih atau dengan merendam dalam larutan FK
* Jika menangkap dengan mempergunakan getah akar setelah ditangkap segera masukan kedalam air yang jernih dan banyak mengandung oksigen .
DAFTAR PUSTAKA
B. Sarwono, 1987. Budidaya Belut dan Sidat  Seri Perikanan   XVIII/77/87. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
Departemen Pertanian, 1984.  Penyakit Ikan Air Tawar  oleh Badan Pendidikan Latihan dan Penyuluhan Pertanian, Jakarta.
Gufri dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Belut Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
R.H.Simanjuntak B.Sc.1988. Budidaya BelutPenerbit Bhratara Karya Aksara Jakarta  1988.

Jumat, 14 Desember 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN BANDENG

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN BANDENG


Penyakit dan Penyebab timbulnya Penyakit
Penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulan gangguan pada ikan, sehingga dapat menimbulan kerugian dalam bereproduksi.
Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan oleh ketidakserasian antara 3 faktor, yaitu kondisi lingkungan, kondisi ikan itu sendiri, dan organisme patogen.
Kemungkinan adanya serangan penyakit pada budidaya ikan bandeng dapat terjadi dalam setiap tahapan dalam kehidupannya mulai dari telur sampai bandeng dewasa.
Ada 2 cara yang dapat dilakukan dalam menanggulangi kemungkinan adanya serangan penyakit pada ikan bandeng yaitu tindakan pencegahan dan pengobatan.
Pencegahan
Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif untuk menanggulangi timbulnya penyakit, upaya pencegahan dapat ditempuh dengan 2 cara yaitu proteksi dan prevensi
a.  Proteksi
Proteksi adalah bagaimana mengkondisikan lingkungan seoptimal mungkin agar dapat mendukung kehidupan ikan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkondisikan lingkungan tersebut adalah : 
- Kualitas air
Air yang masuk ke dalam tambak harus dipastikan dalam kondisi bebas bibit penyakit, sehingga pada pintu air tersebut perlu dipasang filter. Kedalaman air juga tetap harus dipertahankan antara 1-1,2 m kedalaman air ini berkaitan dengan fluktuasi suhu sehingga dapat mengurangi terjadinya stress.
- Pakan
Kepadatan pakan alami plankton berkaitan dengan tingkat kecerahan air, semakin rendah kecerahan menunjukan kepadatan plankton semakin tinggi. Untuk menjaga kualitas air agar tetap layak untuk pertumbuhan bandeng, maka dilakukan penggantian air serta pemupukan susulan untuk penumbuhan klekap, kepadatan plankton dipertahankan pada kecerahan 35-45 cm.
- Monitoring
Kegiatan monitoring sangat penting dilakukan untuk mengetahui kondisi pertambakan, sehingga bila ditemui permasalahan dapat segera dilakukan tindakan penanggulangan.
b.  Prevensi
Prevensi yaitu mengkondisikan ikan agar tahan terhadap kemungkinan adanya serangan penyakit . Beberapa hal yang perlu kita lakukan yaitu:
- Seleksi Benih

 
Benih-benih bandeng yang akan ditebar dipastikan dalam kondisi sehat dan tidak membawa bibit penyakit dari tempat asalnya, oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan benih yang memenuhi kriteria tersebut.
- Mengurangi terjadinya stress
Ikan yang mengalami stress akan menurunkan daya tahan tubuhnya, sehingga dalam kondisi tersebut ikan mudah terserang penyakit
- Mengatur padat tebar
Padat tebar benih perlu diatur agar tidak terjadi persaingan dalam mendapatkan makanan, oksigen dan ruang gerak dan sedapat mungkin menghindari terjadinya pergesekan langsung yang dapat mengakibatkan luka dan dapat menjadi media bersarangnya penyakit.
Pengobatan
Tindakan pengobatan merupakan alternatif terakhir yang perlu kita lakukan apabila ikan bandeng terserang penyakit, meskipun akhir – akhir ini jarang ditemukan adanya serangan penyakit pada budidaya bandeng, namun demikian ada beberapa jenis ectoparasit yang pernah dilaporkan menyerang ikan ini. Oleh karena ikan bandeng merupakan ikan yang jarang terserang penyakit, sehingga tindakan pengobatan dengan penggunaan  jenis obat  dari bahan kimia belum ditetapkan secara pasti, oleh karena itu pendekatan alamiah dengan pemanfaatan obat alami saat ini lebih dikedepankan.
Untuk pengobatan dengan menggunakan bahan alami yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan tumbuhan “SAGA”.
-        Saga dapat ditemukan di hutan, semak belukar, atau ditanam sekitar pekarangan rumah sebagai tanaman obat, merupakan tumbuhan topis dan subtropis serta dapat ditemukan dari 1-1.000 m dpl.
-        Khasiat ; Membunuh parasit, anti radang, melancarkan pengeluaran nanah, bercak-bercak berwarna pada kulit yang terpapar, penyejuk pada selaput lendir.   
-        Adapun jenis penyakit yang pernah dilaporkan menyerang ikan ini berikut penyebab dan pengobatannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
NO
JENIS PENYAKIT/ PENYEBAB
GEJALA SERANGAN
PENGOBATAN
KIMIA
ALAMI
1.
Sisik/kulit kotor:
Caligus Sp
Piscicolla Sp
Nafsu makan berkurang,Susunan sisik rusak,
Ikan terlihat malas
-
Batang+daun 15-20 g ditumbuk halus  +larutan NaCl 1l, rendam 2-3 jam.
2.
Sirip ekor :
Fiorrot disease
Sirip-sirip terutama sirip ekor menjadi  patah dan rusak
-
Akar+Biji +Daun saga 10-15 gram direbus dalam 1ltr air+0,5 larutan garam, lakukan perendaman 1-2 jam sampai terlihat gejala kesembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional, 1998. Produksi Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Kelas benih Sebar. Departemen Pertanian. Jakarta.
http://rajanyabandeng.wordpress.com/2013/01/01/ikan-bandeng-vs-ikan-salmon-part-ii/
Murthala, Dia. 2004. Pembesaran Ikan Bandeng di BBPBAP Jepara Jawa Tengah. Jurusan Penyuluhan Perikanan STPP Bogor. Bogor.
Murtidjo, B. 2002. Budidaya dan Pembenihan  Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Wijayakusuma, Hembing dkk. 1995.  Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia. Pustaka Kartini. Jakarta
Santoso B. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Bandeng Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

PEMBENIHAN IKAN KOI

PEMBENIHAN IKAN KOI


Ikan koi sebenarnya bukan jenis ikan baru di Indonesia. hanya saja waktu itu koi kalah populer bila dibandingkan dengan mas koki. Keduanya masih merupakan kerabat karena termasuk dalam famili Cyprinidae. Koi (Cyprinus carpio) berkumis sedangkan mas koki asli bentuknya mirip koi hanya saja tanpa kumis, yaitu Carassius auratus.
Namun dengan perkembangan zaman sekarang ini ikan Koi berkembang dengan pesat, karena sebagian besar petani ikan dan juga para hobiis yang ada di Indonesia sudah benyak yang membudidayakan. Hal ini dikarenakan budidaya ikan Koi mudah dilakukan dan mempunyai harga jual yang tinggi.
Meski sekarang koi sudah populer, tapi tidak semua hobiis paham akan ikan cantik ini sebab tidak jarang mereka terkecoh dengan ikan mas lauk yang berwarna. Memang repot, karena antara ikan mas lauk dengan ikan Koi kedua-duanya dari spesies Cyprinus carpio. Dan mungkin tidak bisa terlalu disalahkan benar apabila para hobiis (terutama pemula) menganggap bahwa koi adalah ikan mas lauk yang berwarna.

Klasifikasi
Ikan Koi (Cyprinus carpio) masih tergolong satu species dengan ikan mas konsumsi, karena memiliki sistematika yang sama yaitu :
Ordo              : Ostariophysi
Sub Ordo        : Cyprinoidae
Famili             : Cyprinidae
Sub Famili       : Cyprinidae
Genus             : Cyprinus
Spesies           Cyprinus carpio
Morfologi
Badan koi berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, subuah sirip anus, dan sebuah sirip ekor.
Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah. Sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor terdapat gurat sisi (linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang berada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.
Fisiologi
Koi merupakan hewan yang hidup di daerah yang beriklim sedang dan hidup pada perairan tawar. Mereka dapat hidup pada temperatur 8o C sampai 30o C. Oleh karenanya koi dapat dipelihara di seluruh wilayah Indonesia, mulai dari pantai hingga daerah pegunungan. Koi tidak tahan mengalami goncangan suhu drastis. Penurunan suhu hingga 5o C dalam tempo singkat sudah bisa membuat ikan ini kelabakan. Jika tubuhnya diselimuti lapisan putih hingga 7o C, biasanya koi akan beristirahat di dasar kolam, statis. Kadang-kadang koi dapat bertahan hidup pada suhu 2o – 3o C, tapi kebekuan air umumnya akan menyebabkan kematian, kecuali dalam kolam dipasang alat sirkulasi untuk mencegah terjadinya kebekuan. Koi asli merupakan ikan air tawar, tapi masih bertahan hidup pada air yang agak asin sekitar 10 permil (10o/oo) kandungan garam dalam air masih bisa untuk hidup koi.
Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk yang baik dan layak untuk dipijahkan adalah sebagai berikut :
-       Induk matang kelamin.
-       Tidak cacat (sehat, berenang normal).
-       Umur minimal 2 tahun pada jantan dan 3 tahun pada betina.
-       Sisik tersusun rapi.
-       Kepala relatif lebih kecil dari badan.
-       Gerakan harus tangkas dan gesit, lincah terutama pada induk jantan.
Pemijahan
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan sekitar pukul 1600 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jantan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sekali meloncat ke udara. Aktivitas betina ini segera diikuti oleh induk jantan dengan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur yang jatuh ke dasar kolam. Proses perkawinan selesai pada pagi hari, dan induk segera dipisah dengan telurnya karena jika terlambat telur bisa dimakan habis oleh induknya.
Penetasan Telur
Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air tetap konstan. Jika suhu air terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama, sedangkan jika suhu air terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk.
Agar telur dapat terendam semua, rangkaian kakaban harus “ditenggelamkan” ke dalam kolam. Untuk itu bisa memakai jasa gedebog pisang. Potong 3 buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu diletakkan di atas kakaban dengan ruas bambu sebagai alasnya. Agar bisa stabil, gedebog pisang diratakan salah satu sisinya.
Dalam tempo 2 – 3 hari telur sudah mulai menetas. Setelah menetas kakban diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Benih koi yang berumur 1 minggu masih sangat lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi dalam happa yaitu kantong yang bermata lembut yang bisa untuk menampung benih. Di happa, benih koi lebih mudah dikumpulkan dan tidak hanyut dibawa oleh aliran air. Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan pakannya yang pertama.
Pendederan
Setelah benih berumur 5-7 hari sejak telur menetas segera di pindahkan kekolam pendederan. Pemindahan ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah yaitu pada waktu pagi atau sore hari. Dalam pemindahan benih dikolam sebaiknya dilakukan penyesuaian suhu terlebih dahulu, agar benih tidak mengalami stress akibat perubahan suhu yang mendadak.
Kegiatan pendederan ini umumnya berlangsug 30 hari (1 bulan). Sedangkan untuk pakan yang diberikan biasnya hanya mengandalkan pada pakan alami. Untuk menutupi danpak terjadinya danpak kekurangan pakan alami, biasanya dapat di gantikan dengan pakan buatan yaitu kuning telur yang di rebus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus koi.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perikanan DKI Jakarta, “Pengangkutan Ikan Hidup” (Jakarta: 1987).
Pelealu N. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Koi Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanto Heru, “Ikan Koi”. Penebar Swadaya. Jakarta : 2002.

Widjanarko, B. “Ikan Koi ’Tukang Tes’ Limbah Industri”. Suara Karya : 1989.

Selasa, 11 Desember 2018

PENGOLAHAN IKAN GURAME

PENGOLAHAN IKAN GURAME A.       Potensi Ikan Gurami Ikan  Gurami  adalah jenis  ikan air tawar  yang sangat populer dan digemar...