Budidaya Rotifera
Kegiatan pertama untuk
budidaya Rotifera adalah menyiapkan wadah yang bersih dan sudah disanitasi.
Adapun cara penyiapan wadah dan air untuk budidaya Rotifera ini sama dengan
persiapan dan air pada budidaya Chlorella. Jika populasi fitoplankton sudah
mencapai puncak maka sebagian fitoplankton bersama media dipindahkan ke wadah
Rotifera. Wadah fitoplankton yang sudah berkurang volume airnya, biasanya
ditambahkan 50% kembali air tawar, lalu dipupuk ulang. Penambahan
fitoplankton ke wadah Rotifera dilakukan setiap hari. Penambahan dilakukan
sampai hari ke 4 dan biasanya pada hari ke 5 panen Rotifera dapat dilakukan.
Pada pemindahan Chlorella sp. Perlu digunakan saringan berupa kantong penyaring
(plankton net) yang lubangnya 100 mm, untuk mencegah kemungkinan terbawanya
copepoda, yang nantinya akan memakan Rotifera. Pada budidaya Rotifera
dengan menggunakan Chlorella sp. sebagai pakannya diperlukan wadah/bak budidaya
Chlorella sp. dan wadah/bak budidaya Rotifera sebanyak 6 : 1 (dalam volume).
Artinya untuk menyiapkan makanan Rotifera dalam satu wadah diperlukan 6 wadah
fitoplankton. Hal ini dilakukan karena populasi Chlorella sp. harus disediakan
setiap hari untuk makanan Rotifera. Populasi Chlorella sp. akan mencapai puncak
5-6 hari, dan Rotifera 2–3 hari. Artinya untuk satu siklus budidaya Rotifera
diperlukan tiga kali panen Chlorella sp., supaya budidaya Rotifera berlanjut
maka diperlukan wadah Chlorella sp. 2 x 3 wadah, yaitu 6 wadah (volume). Budidaya Rotifera
dengan menggunakan Chlorella sp. sebagai pakannya umum dilakukan di Panti Benih
ikan karena biayanya murah. SUMBER:Mokoginta I., 2003.
Modul Budidaya Rotifera. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta. REFERENSI:Delbare, D. and Dhert, P. 1996. Cladoecerans, Nematodes and Trocophara Larvae, p. 283 – 295. In
Manual on The Production and Use of Live Food (P. Lavens and P. Sorgelos, eds). FAO Fisheries Technical Paper 361.Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh konsentrasi ragi yang
berbeda terhadap pertumbuhan populasi Daphnia
sp. Skripsi. FPIK. IPB.
Budidaya Daphnia
Daphnia merupakan salah satu pakan alami yang penting dalam kegiatan
pembenihan ikan konsumsi dan ikan hias air tawar. Dalam Modul Budidaya Daphnia
akan dipelajari tentang identifikasi Daphnia, bagaimana menyiapkan
wadah dan media untuk budidaya Daphnia, bagaimana cara memelihara Daphnia,
seperti identifikasi dan inokulasi, pemupukan dan pemberian pakan serta
pemanenan.
Gambar 1.
Daphnia
Wadah dan volume yang dapat digunakan untuk membudidayakan Daphnia
ada beberapa macam antara lain adalah: bak semen, bak fiber, kolam atau
akuarium. Pemilihan wadah budidaya ini sangat bergantung kepada skala produksi
budidaya Daphnia. Wadah budidaya Daphnia ini sebaiknya
ditempatkan di ruang terbuka.
Daphnia adalah jenis zooplankton yang hidup di air tawar yang mendiami
kolam-kolam, sawah dan perairan umum (danau) yang banyak mengandung bahan
organik. Sebagai organisme air, Daphnia dapat hidup di perairan yang
berkualitas baik. Beberapa faktor ekologi perairan yang berpengaruh terhadap
perkembangbiakan Daphnia antara lain adalah kesadahan, suhu, oksigen
terlarut dan pH.
Cara membudidayakan Daphnia dapat dilakukan dengan melakukan
pemupukan pada wadah budidaya. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan
phytoplankton di dalam wadah budidaya yang digunakan oleh Daphnia sebagai
makanannya agar tumbuh dan berkembangbiak.
Pada budidaya Daphnia di kolam pupuk yang digunakan
berupa kotoran ayam (kering) dengan dosis 1 kg/m2. Selain kotoran ayam,
pemupukan dapat dilakukan dengan menggunakan kotoran burung puyuh. Dalam membudidayakan
Daphnia sebaiknya wadah budidayanya diletakkan di ruang terbuka yang
mendapat sinar matahari yang cukup dan sangat dibutuhkan untuk proses
fotosintesa phytoplankton.
Kedalaman air pada wadah budidaya Daphnia sebaiknya
lebih dari 60 cm, agar Daphnia bisa terhindar dari intensitas cahaya
matahari yang tinggi pada siang hari. Biasanya pada siang hari Daphnia akan
berenang ke dasar wadah untuk menghindari intensitas cahaya dan suhu yang tinggi.
Sebaliknya tingginya intensitas
cahaya matahari akan merangsang phytoplankton untuk tumbuh cepat. Untuk
menghindari meluapnya air pada saat hujan, sebaiknya wadah budidaya Daphnia diberi
naungan dengan atap yang terbuat dari plastik/fiber yang transparan.
Daphnia merupakan
salah satu hewan yang sangat sensitive terhadap kontaminasi bahan kimia.
Sebagai contoh apabila wadah budidayanya baru dibuat maka wadah tersebut harus
direndam/dibilas dengan air sampai wadah tersebut tidak berbau. Untuk budidaya Daphnia,
air yang digunakan sebaiknya memiliki kesadahan 250 mg/liter CO3 dan pH air
dipertahankan sekitar 7 – 8 dengan cara dilakukan pengapuran di dalam wadah
budidaya dengan kapur pertanian. Selain itu sebaiknya di dalam wadah budidaya Daphnia
juga diberi aerator yang berfungsi untuk menghasilkan oksigen di dalam
wadah budidaya agar nilai oksigen terlarut di wadah tersebut diatas 3,5 ppm dan
kadar ammonia kurang dari 0,2 mg/liter.
Gambar 2. Wadah budidaya Daphnia
Dari beberapa parameter kualitas air yang telah diuraikan sebelumnya
dapat diketahui bahwa Daphnia memerlukan kualitas air yang prima untuk
media hidupnya. Sama halnya dengan ikan, oksigen sangat diperlukan oleh Daphnia
untuk mendukung kehidupannya, sedangkan amonia bersifat racun yang dapat
mengakibatkan kematian.
Untuk mempertahankan kondisi air selama masa budidaya agar
tetap prima, maka air harus diaerasi secara kontinyu serta dilakukan pergantian
air. Pergantian air pada media budidaya Daphnia dapat dilakukan dengan
cara penyiponan, yaitu air didalam wadah budidaya dibuang dengan cara
menggunakan selang. Pergantian air ini sangat bergantung kepada kebutuhan Daphnia
di dalam media budidaya.
SUMBER:
Mokoginta I., 2003. Modul Budidaya
Daphnia - Budidaya Pakan Alami Air Tawar. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.
REFERENSI:
Delbare, D. and Dhert, P. 1996. Cladoecerans, Nematodes and Trocophara
Larvae, p. 283 – 295. In Manual on The Production and Use of Live Food (P.
Lavens and P. Sorgelos, eds). FAO Fisheries Technical Paper 361.
Sulasingkin, D. 2003. Pengaruh konsentrasi ragi yang berbeda
terhadap pertumbuhan populasi Daphnia sp. Skripsi. FPIK. IPB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar