SAPTA USAHA BUDIDAYA PERIKANAN
Kegiatan perikanan meliputi semua kegiatan pada perikanan tangkap dan perikanan budidaya, akan tetapi perikanan tangkap pada saat ini sudah mengalami titik jenuh sehingga hasilnyapun akan semakin menurun dan dikhawatirkan tidak bisa memenuhi kebutuhan akan protein hewani di masa mendatang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perikanan budidaya memiliki peranan yang sangat besar.
Budidaya ikan merupakan usaha manusia dengan segala tenaga dan kemampuannya untuk memelihara ikan ikan dengan cara memasukan ikan tersebut dalam tempat dengan kondisi tertentu atau dengan cara menciptakan kondisi lingkungan alam yang cocok bagi ikan. Sistem budidaya pada awalnya merupakan usaha pemeliharaan ikan di kolam yang melibatkan sedikit aktivitas manusia dan mengandalkan energi hanya dari makanan alamiah yang tersedia di perairan tersebut. Berdasarkan pengalaman, pada kolam yang subur dapat dipelihara ikan dengan tingkat kepadatan yang lebih tinggi daripada kolam yang kurang subur karena di dalamnya tersedia jumlah makanan alami yang lebih banyak.
Kesesuaian lingkungan hidup untuk setiap jenis ikan berbeda. Jenis ikan tertentu menghendaki kondisi lingkungan tertentu pula untuk dapat tumbuh dan berkembang. Untuk memperoleh hasil panen yang baik maka lokasi usaha budidaya harus sesuai dengan jenis ikan yang dipelihara, dengan demikian akan terjadi interaksi yang positif antara lingkungan dan kehidupan ikan. Kriteria umum lokasi kawasan budidaya adalah sebagai berikut :
- Sumber air tersedia sepanjang tahun dan tidak dipengaruhi oleh musim
- Tanah liat dan sedikit berpasir dan dapat menahan air dengan baik sehingga tidak mudah merembes dan bocor.
- Lahan berada pada ketinggian dan suhu sesuai dengan jenis ikan yang akan dibudidayakan.
- Bebas dari kemungkinan terjadinya banjir.
- Bebas dari pencemaran, baik yang berasal dari limbah industri, pertanian maupun pemukiman.
- Didukung dengan sarana/prasarana yang dibutuhkan.
Peningkatan produksi dapat dicapai dengan penerapan manajemen usaha budidaya ikan yang sering disebut dengan penerapan sapta usaha budidaya. Sapta usaha budidaya ikan terdiri dari :
1. Kegiatan Persiapan Kolam
2. Kegiatan Penyediaan Air
3. Kegiatan Penanganan Penebaran Benih.
4. Kegiatan Pengelolaan Kualitas Air
5. Kegiatan Pengelolaan Pakan
6. Kegiatan Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan
7. Kegiatan Panen, Pascapanen dan Pemasaran
I. KEGIATAN PERSIAPAN KOLAM
Keberhasilan suatu usaha budidaya ditentukan oleh persiapan kolam yang meliputi penjemuran tanah dasar, pengapuran, pemupukan dan pengaturan air.
A. Penjemuran Tanah Dasar :
Kolam dibiarkan kering (tidak ada airnya) selama 10 hari sehingga celah-celah kolam akan terkena panas sinar matahari. Bila kolam sudah terlalu lama dioperasikan, lumpur kolam sebaiknya diangkat terlebih dahulu.
Tujuan Penjemuran :
1. Membunuh hama, bakteri dan parasit yang ada di kolam,
2. Mempercepat perubahan bahan organic menjadi bahan mineral yang berguna,
3. Menguapkan gas-gas racun,
4. Memperkaya oksigen tanah dasar, atau dan
5. Menaikkan pH tanah dasar.
B. Pengapuran
Pengapuran dilakukan setelah penjemuran dan pembalikkan tanah dasar.
Tujuan Pengapuran :
Dengan kapur Pertanian (Ca CO3)
Jenis kapur ini merupakan yang paling baik, sebaiknya digiling sampai halus agar cepat bereaksi dengan air atau lumpur. Dapat diberikan dengan dosis 20 gram / m2.
Mengurangi kandungan ammonia dan nitrit yang berbahaya;
Mempercepat proses mineralisasi;
Mencegah perubahan pH secara dratis;
Menaikkan dan mengatur pH yang dikehendaki.
Dengan kapur sirih (CaO) atau kapur tembok (Ca(OH)2)
Kapur ini harus digunakan dengan dosis yang tepat karena jika digunakan dengan dosis tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan pH yang terlalu tinggi pula dan dapat berakibat pada kematian ikan. Dosis yang dapat diberikan sebesar 50 gram/m2.
C. Pemupukan
Pemupukan kolam bertujuan untuk meningkatkan kesuburan kolam sehingga tumbuhan air atau biota air yang menjadi makanan alami ikan dapat tumbuh dengan baik. Pemupukan dapat menggunakan pupuk kandang (organik), kompos jerami dan pupuk buatan (anorganik).
Pemupukan dengan pupuk kandang dilakukan dengan cara ditebarkan merata pada dasar kolam, dosisnya adalah 200 gram / m2. setelah pupuk ditaburkan kolam diisi air secukupnya hingga becek dan dibiarkan selama 2 – 3 hari. Setelah pakan alami tumbuh kolam diisi air lagi sampai kedalaman tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Kemudian kolam dibiarkan sampai diperkirakan pakan alami sudah tumbuh dengan baik, dapat diamati dari warna air kolam hijau agak kecoklatan ( + 10 hari).
Pemupukan dengan pupuk buatan (urea dan SP) dapat diberikan secara susulan setelah kolam berisi air dan ikan. Pupuk urea dapat diberikan apabila kesuburan kolam menurun. Pemupukan ini dapat dilakukan dengan cara memasukan pupuk kedalam kantong plastik yang dilubangi secara kecil-kecil, kemudian ditenggelamkan dibeberapa tempat secara merata diseluruh kolam. Pupuk tersebut mudah larut dalam air sehingga sangat efektif untuk pertumbuhan plankton sebagai makanan alami ikan.
II. KEGIATAN PENYEDIAAN AIR
Pengisian air dilakukan 1 – 15 hari kemudian sampai setinggi 40 - 50 cm, biarkan selama 7 – 21 hari untuk memberikan kesempatan bakteri probiotik atau pakan dasar tumbuh. Air ditinggikan sesuai dengan tujuan, untuk pendederan 60 – 110 cm, sedangkan untuk pembesaran minimal 120 cm. Bila plankton ingin ditumbuhkan, ketika tinggi air mencapai 70 – 80 cm dipupuk dengan campuran (urea 30 gram + TSP 2,5 gram)/m2.
III. KEGIATAN PENANGANAN PENEBARAN BENIH
A. Pemilihan Benih
Pilih benih berukuran seragam, sehat dan tidak cacat. Ambil benih dari pembenih terpercaya, atau dan pedagang terpercaya. Tanda-tanda benih sehat :
- Perenang aktif, gerakkannya normal, tanggap terhadap rangsangan fisik, dan tidak ada luka;
- Badan bersih, berkulit/bersisik licin, tidak ada tanda-tanda terserang jamur, atau parasit;
- Berbadan memanjang, padat dan berisi;
B. Perlakuan Benih
1. Benih ditenangkan 2 – 5 jam untuk mengurangi stress akibat pengangkutan.
2. Ikan diadaptasikan perlahan-lahan yang disebut dengan aklimatisasi. Aklimatisasi suhu dilakukan dengan cara mengapungkan kantong plastik dipermukaan air sedangkan aklimatisasi peubahan lainnya dilakukan dengan memasukan air kedalam kantong plastik sedikit demi sedikit.
3. Benih ditebarkan secara perlahan-lahan.
4. Hitung Jumlah benih untuk menentukan kepadatan dan kebutuhan pakan. Dibawah ini padat tebar yang direkomendasikan untuk beberapa jenis ikan budidaya.
Tabel 1. Padat tebar pada beberapa jenis ikan budidaya
No
|
Jenis Ikan
|
Ukuran
|
Rata-rata Berat Badan
|
Padat Tebar
|
(Cm)
|
(Gram)
|
Ekor / m3
| ||
1
|
Lele
|
4 - 6
|
2
|
120 - 250
|
2
|
Patin
|
4 - 6
|
4
|
25 - 35
|
3
|
Nila
|
7 - 9
|
10
|
100 - 150
|
4
|
Gurami
|
3 - 4
|
6
|
15 - 30
|
Sumber : CP Group
C. Waktu Penebaran
1. Paling baik dilakukan pagi hari, atau sore hari ketika air kolam sudah dan masih sejuk;
2. Pilih cuaca yang cerah. Bila mendung ada kemungkinan sesudah penebaran turun hujan, mengakibatkan ikan mudah stress, bahkan dapat mematikan.
IV. KEGIATAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR
Didalam budidaya ikan memelihara ikan berarti memelihara air yang bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi ikan agar tetap bisa hidup dan tumbuh maksimal. Prinsip dalam pengelolaan air adalah memasukan bahan yang bermanfaat (terutama O2 ) dan mengatur kebutuhan ke dalam sisitem produksi dan mebuang bahan yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan ke luar sistem produksi). Bentuk pengaturan air yang lainnya adalah pengaturan suhu, cahaya, dan sebagainya.
1. Parameter Fisika
a. Suhu
Suhu air adalah salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu air dapat mempengaruhi pertukaran zat-zat atau metabolisme makhluk hidup dan dapat mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu perairan, semakin sedikit oksigen yang dapat terlarut di dalamnya.
Suhu air optimal untuk daerah tropis biasanya berkisar 25-30 oC. Menjaga suhu optimal untuk pertumbuhan merupakan suatu hal yang penting. Ikan akan mengalami kerentanan terhadap penyakit pada suhu yang kurang optimal. Perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi 5 oC dan tidak boleh terjadi perubahan suhu secara mendadak/drastis. Fluktuasi suhu yang terlalu besar akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan.
b. Kekeruhan Air
Kekeruhan air dapat dilihat dan dirasakan oleh panca indra kita. Air yang terlalu keruh tidak baik untuk kehidupan ikan. Kekeruhan yang disebabkan oleh lumpur dapat mengganggu pernapasan dan mempengaruhi nafsu makan ikan. Namun apabila kekeruhan tersebut disebabkan oleh plankton justru sangat diharapkan karena selain sebagai sumber pakan alami juga dapat menjadi produsen primer penghasil oksigen (phytoplankton).
Cara termudah untuk membedakan kekeruhan tersebut adalah dengan mengambil contoh air dalam gelas kaca dan membiarkannya beberapa saat. Apabila terlihat endapan lumpur di dasar gelas, berarti kekeruhan disebabkan oleh lumpur. Sebaliknya bila air masih terlihat berwarna seperti awalnya tanpa endapan lumpur, berarti kekeruhan disebabkan oleh plankton.
Air berwarna coklat kehijauan (baik) dan coklat kekuningan dan air tetap jernih baik bagi pertumbuhan dan kehidupan ikan.
Air berwarna hijau mengkilap, hijau kebiru-biruan, atau merah --- tidak baik bagi kehidupan ikan.
Tanah dasar berwarna hitam; banyak bahan organic menumpuk, atau dan terjadi pembusukan --- tidak baik bagi kehidupan ikan peliharaan.
2. Parameter kimia
Oksigen terlarut
Ikan memerlukan oksigen terlarut yang cukup untuk hidup dan pertumbuhannya. Kadar minimum oksigen terlarut yang diperlukan untuk kelangsungan hidup ikan bervariasi. Ikan kadang-kadang sanggup hidup dalam keadaan kadar oksigen terlarut rendah selama beberapa jam tanpa menimbulkan pengaruh yang berarti, tetapi akan segera mati bila keadaan tersebut berlangsung selama beberapa hari.
Kandungan Oksigen harus lebih dari 5 ppm untuk kelangsungan hidup ikan. Pada perairan dengan konsentrasi kurang dari 5 ppm ikan masih dapat bertahan hidup akan tetapi nafsu makannya rendah atau tidak ada asama sekali sehingga pertumbuhannyapun akan terhambat.
Konsntrasi Oksigen terlarut dapat ditingkatkan menggunakan aerasi, meningkatkan intensitas pertukaran air atau menjarangkan jumlah ikan yang ditebar di dalam kolam.
Derajat Keasaman (pH)
Keasaman air atau populer dengan istilah pH sangat berperan bagi kehidupan ikan. Umumnya pH yang cocok untuk semua jenis ikan antara 6,5 – 7,5. Namun ada beberapa jenis ikan yang daat bertahan hidup pada kisaran pH yang sangat tinggi maupun rendah, sekitar 4-9, karena lingkungan hidup aslinya di rawa misalnya ikan sepat siam.
3. Parameter Biologi
Biota air yang terdapat dalam perairan juga perlu diperhatikan. Biota yang diamati tidak hanya yang dijumpai pada badan air saja namun juga di dasar perairannya. Semakin banyak dan beragam biota dalam sutau perairan berarti semakin tinggi pula tingkat kesuburan perairan tersebut.
V. KEGIATAN PENGELOLAAN PAKAN
Pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan ikan.Setiap jenis ikan mempunyai kebiasaan makan dan jenis pakan yang berbeda. Ada dua jenis pakan yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami tersedia atau disediakan alam dalam keadaan hidup seperti plankton. Pakan alami lainnya berasal dari daun-daunan, biji-bijian maupun pakan dari daging hewan lainnya. Sementara pakan yang telah mengalami proses peramuan dari berbagai macam bahan makanan dengan campur tangan manusia disebut dengan pakan buatan.
Pengelolaan pakan yang baik akan menaikkan produktifitas kolam, meningkatkan daya guna pakan dan memperkecil nilai konversi pakan sekaligus dapat menekan biaya operasional kolam.
Prinsip-prinsip manajemen pakan meliputi :
1. Tepat mutu nilai gizi pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan;
Kualitas pakan berkaitan dengan jenis ikan yang dipelihara. Ikan lele dan patin relatif membutuhkan kadar protein yang lebih tinggi. Produktivitas kolam dapat meningkat apabila ditunjang dengan kestabilan kualitas pakan yang tinggi. Berikut disampaikan jenis dan komposisi pakan ikan/pelet.
Tabel 2. Jenis dan Komposisi Pakan
No.
|
Jenis pakan
|
Jenis Ikan
|
Kadar Protein
|
(%)
| |||
1
|
Terapung
|
lele (benih)
|
38
|
lele (induk)
|
36
| ||
lele (budidaya)
|
28-30; 31-33
| ||
gurami
|
25
| ||
nila
|
28
| ||
2
|
Tenggelam
|
mas
|
28-30
|
lele
|
28
| ||
nila
|
25
| ||
patin
|
28
|
Sumber : PT Matahari Sakti
2. Tepat jenis, disesuaikan umur, ukuran dan jenis ikan;
Jenis pakan di dalam budidaya ikan terdiri dari empat kelompok yaitu pakan hidup (pakan yang diberikan pada ikan dalam keadaan hidup), pakan segar (pakan yang diberikan dalam keadaan segar/dibekukan dalam freezer dan bentuk asli pakan ini sama seperti ketika masih hidup), pakan tambahan dan pakan buatan (pakan yang dibuat dari berbagai bahan makanan kemudidan diramu dengan resep tertentu sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi lengkap).
3. Tepat bentuk, disesuaikan dengan umur dan cara makan ikan ;
Ukuran pakan ditetapkan dengan mempertimbangkan ukuran bukaan mulut ikan. Semakin besar ukuran ikan, bukaan mulutnya semakin lebar, maka ukuran pakannya juga semakin besar. Bentuk pakan baik kering maupun lembab sangat beragam. Pakan kering dapat dibuat dalam bentuk pelet, remah (Crumble), butiran (granular), tepung (meal atau mash) dan lembaran (flake). Pakan lembab dapat berupa bola atau bakso (ball) dan roti kukus (cake). Untuk pakan basah umumnya berbentuk bubur atau pasta (paste).
Pellet dapat dibuat dalam beragam bentuk seperti batang, bulat atau bulat memanjang. Dibawah ini disajikan bentuk pakan buatan untuk ikan sesuai dengan umur ikan.
Tabel 3. Bentuk pakan buatan untuk ikan
No
|
Umur Ikan
|
Bentuk Pakan
|
1
|
Sampai dengan umur 20 hari
|
Emulsi
|
2
|
Umur 20 – 40 hari
|
Tepung halus
|
3
|
Umur 40 – 80 hari
|
Tepung kasar
|
4
|
Umur 80 120 hari
|
Remah
|
5
|
Umur lebih dari 120 hari
|
Pelet
|
Sumber : Mudjiman, 2004
4. Tepat saji, disesuaikan dengan kebiasaan makan ikan (permukaan, melayang, atau dasar);
5. Tepat dosis, disesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah ikan harian, waktu dan cuaca harian;
Persentase pakan harian disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jenis ikan dan ukurannya sebagai berikut :
Tabel 4. Persentase pakan harian pada beberapa jenis ikan
No.
|
Jenis Ikan
|
Masa awal
|
Masa pertumbuhan
|
Masa akhir
| |||
Berat ikan rata-rata
|
2-20 gr
|
20-50 gr
|
50-100 gr
|
100-300 gr
|
300-600 gr
|
> 600 gr
| |
1
|
lele
|
6-8 %
|
4-6 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
2
|
patin
|
6-8 %
|
4-6 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
3
|
nila
|
5-6 %
|
4-5 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
4
|
mas
|
5-6 %
|
4-5 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
5
|
gurami
|
3-4 %
|
3-4 %
|
3-4 %
|
2-3 %
|
2-3 %
|
1-2 %
|
Sumber : CP Group
6. Tepat waktu, disesuaikan dengan waktu lapar (pagi, siang, sore atau/dan malam);
7. Tepat frekuensi, semakin muda, kecil dan pendek alat pencernaan akan lebih sering (dapat lebih dari 5 kali /hari). Setiap frekuensi volume (sub dosis) tidak harus sama;
8. Tepat cara pemberian, dionggokkan dianco, disebar selang-seling, atau disebar merata keseluruh permukaan air.
VI. KEGIATAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN
A. Hama Ikan
Hama adalah hewan yang berukuran besar dan mampu menimbulkan gangguan pada ikan. Hama dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
1. Predator / hama pemangsa
Hama ini bersifat memangsa ikan seperti serangga, ular, linsang, burung, ikan liar dsb.
Pencegahan antara lain dengan :
a. Semprot dengan minyak tanah 1 ml/m2 permukaan air;
b. Kunjungan ke kolam sesering mungkin;
c. Sebar garam dapur, minyak tanah, atau oli bekas pada permukaan tanggul luar/tanggul utama;
d. Tanam tumbuhan yang menyengat (kamijara, burus dll.)
2. Kompetitor / Hama Pesaing Pakan, Ruang Gerak, dll. ;
Hama ini menimbulkan persaingan dalam mendapatkan oksigen, pakan dan ruang gerak. hama ini berupa ikan liar dan tumbuhan air.
Pencegahan antara lain dengan :
a. Pasang saringan berlapis pada pintu air masuk;
b. Jaga kedalaman air minimal 70 cm.
c. Pengontrolan air media & kolam diintesifkan.
3. Pencuri
Pencuri ini merupakan ’hama’ yang paling ditakuti oleh pembudidaya ikan.
B. Parasiter
Parasiter adalah organisme yang dalam memenuhi kebutuhan hidup menempel pada organisme lain yang hidup ataupun benda mati (plankton, tanaman & hewan air, moluska, dll.). organisme parasit ini dapat berupa virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. Dengan melaksanakan kegiatan I – V pada sapta usaha secara baik.
2. Virus dapat hidup pada benda mati;
Pencegahan dan pengendalian antara lain dengan menaikan/menjaga suhu air maksimal pada kisaran suhu pertumbuhan.
3. Bakteri dapat hidup pada benda mati; Pencegahan dan pengendalian antara lain dengan : Menjaga kandungan amoniak tidak melibihi batas pertumbuhan ikan; Memperbaiki kualitas pakan; Mengurangi kandungan bahan organic di kolam.
4. Jamur/Fungi : Pencegahan dan pengendalian; Menaikan pH air maksimal pada kisaran pertumbuhan ikan/udang peliharaan.
5. Protozoa ; Pencegahan dan pengendalian; Menaikan pH air maksimal pada kisaran pertumbuhan ikan/udang peliharaan.
C. Penyakit :
Adalah suatu micro-organisme yang menyebabkan salah satu fungsi organ ikan terganggu. Kesalahan penanganan dalam pemeliharaan akan menimbulkan bermacam penyakit seperti :
1. Penyakit non-infeksi / tidak menular,
a. Stress diakibatkan terjadi perguncangan lingkungan atau karena turunan;
b. Kurang gizi diakibatkan mutu pakan jelek;
c. Keracunan diakibatkan air tercemar; perombakan bahan organik/pakan-alami, atau mutu pakan jelek;
d. Cacat diakibatkan faktor turunan.
2. Penyakit infeksi sangat menular
a. Penyakit Viral, diakibatkan virus;
b. Penyakit bacterial, diakibatkan bakteri;
c. Penyakit parasiter, diakibatkan oleh jamur, protozoa
VII. KEGIATAN PANEN, PASCA PANEN DAN PEMASARAN
1. Panen ikan
Panen ikan merupakan proses pengumpulan hasil produk dari kegiatan budidaya. Panen dibedakan menjadi dua yaitu panen serentak dan pemanenan parsial. Jenis panen digunakan tergantung pada jenis komoditas yang dipelihara. Umumnya pemanenan serentak dilakukan pada tahap pembenihan, sedangkan pemanenan parsial dilakukan pada tahap pembesaran pada jenis ikan tertentu.
Pemanenan serentak dilakukan dengan cara menangkap dan menjual semua ikan yang dipelihara dengan mengeringkan kolam. Sedangkan pemanenan parsial dilakukan hanya pada ikan dengan ukuran tertentu yang diminati oleh konsumen atau pasar. Pemanenan ini dilakukan dengan menyurutkan sebagian volume air di dalam kolam pemeliharaan.
Panen harus dilakukan pada kondisi temperatur air yang relatif rendah sehingga stress pada ikan dapat ditekan sekecil mungkin. Paling baik berlangsung pagi hari dan diharapkan sebelum jam 08.00 sudah selesai panen. Keadaan temperatur yang tinggi akan mempengaruhi kandungan gas terlarut, daya racun gas tertentu dan proses metabolisme naik, maka penangkapan pada temperatur tinggi akan mudah mengakibatkan stress.
2. Pasca-panen
Pasca-panen merupakan kegiatan perlakuan terhadap ikan baru tertangkap sampai ikan siap dipasarkan. Seperti penampungan, pemilihan mutu, pengemasan, dan pendistribusian. Ini sangat penting, karena apabila sampai gagal akan mengakibatkan kualitas ikan turun drastis dan dapat menyebabkan harga jatuh.
1. Penampungan
Ikan harus ditampung terlebih dahulu untuk memulihkan kondisi akibat penderitaan selama proses penangkapan. Petak penampungan dapat berfungsi sebagai tempat pemilihan : ukuran, jenis kelamin, pemeriksaan kesehatan ikan, dan pemberokan untuk persiapan pengangkutan.
Lama waktu penampungan tergantung kepada tujuan. Apabila ditujukan untuk mengistirahatkan maka lama penampungan cukup dengan waktu antara 2 - 5 jam ; ditujukan untuk penganngkutan keluar daerah maka lama penampungan antara 1 – 5 hari tanpa diberi pakan : kalau ditujukan untuk menghilangkan aroma tertentu maka lama penampungan antara 12 – 21 hari dengan air mengalir dan diberi pakan.
2. Pemilihan Mutu / Seleksi Ikan
Seleksi ikan sangat penting dilakukan karena efisiensi dan konversi pakan sangat bergantung pada ukuran ikan dan jenis pakan yang diberikan. Kegiatan pemilihan dapat dilakukan sebelum atau ketika dalam petak penampungan.
Alat pemilihan mutu, dapat berupa kolam parit dengan kisi-kisi dari berbagai ukuran, atau dengan jaring (grader) dengan mesh-size (ukuran mata jaring) tertentu yang ditarik sepanjang kolam, atau dengan ayakan yang disesuaikan dengan ketebalan/diameter tubuh ikan, atau dengan tangan di meja seleksi . Penanganan seperti di atas dapat menimbulkan stress atau luka hingga memudahkan ikan terserang penyakit.
3. Pengemasan
Wadah pengangkut ikan harus kuat, ringan tidak mencemari air, higenik, ekonomis dan tidak melukai ikan. Ukuran disesuaikan dengan jenis, sifat, ukuran dan jumlah ikan. Wadah yang berasal dari plastik berupa drum atau kantong merupakan tempat yang ideal, kemungkinan terjadi luka akibat gesekan dengan wadah kecil. Hindari pengemasan ikan dengan kantong plastik terutama bagi ikan yang memiliki duri keras (nila), patil (lele), atau bersisik keras (ikan gurameh dan sejenisnya).
Sistem pengemasan pada prinsipnya dikelompokkan menjadi ; sistem kering, sistem basah, terbuka dan tertutup. Penggunaannya tergantung pada tujuan, jenis dan ukuran ikan, jarak yang ditempuh, lama waktu, dan macam kendaraan pengangkut. Air kemasan harus memenuhi kualitas air media dan sesuai dengan jenis ikan tersebut, sedang kuantitas air bergantung pada ukuran, jumlah ikan, dan lama pengangkutan.
4. Distribusi
Pengangkutan ikan, kebanyakan dilakukan bersama air (sistem basah). Perbandingan air, oksigen dan jumlah ikan akan membatasi lama waktu pengangkutan. Oleh karenanya, pada setiap pengangkutan ikan harus dalam kondisi mengkonsumsi oksigen sekecil mungkin oleh karena itu ikan dikondisikan tidak makan (puasa), suhu air rendah 20-24 0C (didinginkan dengan es), atau pada kondisi mati rasa. Penambahan oksigen selama pendistribusian dapat dilakukan dengan; memperluas kontak permukaan air dan udara, memompakan/menambah aliran udara dalam air, atau (sistem terbuka), dan pemberian oksigen murni (sistem tertutup).
Pendistribusian harus dilakukan pada kondisi yang memungkinkan tidak terjadi perubahan temperatur diluar kisaran yang sesuai bagi kehidupan ikan tersebut. Penyimpanan kemasan ikan terbaik diruang yang bersuhu rendah dan stabil. Kendaraan pengangkut sistem tertutup lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pengatur suhu ruangan, dan atau penyuplai udara.
Pengangkutan di malam hari lebih baik, mengingat keadaan temperatur relatif rendah dan lama waktu tempuh dapat lebih pendek. Ikan sebaiknya telah sampai ditempat tujuan (penampungan/pasar) pada waktu pagi sebelum jam 06.00 dan diharapkan penebaran ikan (benih /induk) telah selesai sebelum jam 10.00 sehingga pengaruh pemanasan matahari masih kecil dan ikan dapat beradaptasi dengan baik.
3. Pemasaran
Dalam usaha perikanan, terjaminnya pemasaran dari produk yang dihasilkan merupakan salah satu kunci yang berperan dalam kesuksesan dan kesinambungan usaha tersebut. Jika pasar tidak dapat menyerap produk yang dihasilkan, proses berputarnya roda produksi akan terganggu dan usahapun menjadi tersendat.
Langkah yang harus dilakukan sebelum terjun dalam bisnis perikanan adalah menentukan target pasar dari produk yang akan dihasilkan karena masing-masing mempunyai spesifikasi yang jelas dan berbeda. Selain itu penentuan kategori pasar dari jenis komoditas yang diproduksi merupakan hal penting lainnya.
VIII. PENUTUP
Demikian makalah budidaya ikan ini di buat, semoga bermanfaat dan dilaksanakan dalam kegiatan budidaya ikan. Amiin....
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. dan E. Liviamaty. 1988. Beberapa Metode Budidaya Ikan. Kanisius. Yogyakarta. 103 hal.
________. 2001. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta.89 hal.
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar Ikan Gurami, Ikan Nila, Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta. 113 hal.
Effendi, H. 2003. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta. 188 hal
Khairuman dan Amri K. 2008.Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Jakarta. 358 hal.
Mudjiman. 2004. Makanan Ikan Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. 191 hal.
Nugroho E dan Kristanto A.H. 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.163 hal.
Saparinto C. 2008. Panduan Lengkap Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. 188 hal.
http://penyuluhankelautandanperikanan.blogspot.com/2017/08/sapta-usaha-budidaya-perikanan-kegiatan_6.html#more
Tidak ada komentar:
Posting Komentar