BUDIDAYA CACING SUTERA
1. BIOLOGI CACING SUTRA
Cacing sutra (Tubifex sp) merupakan salah satu pakan alami yang paling banyak digunakan bagi kegiatan budidaya ikan khususnya pembenihan. Cacing sutra dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama Cacing rambut atau Cacing darah karena ukurannya yang sangat kecil seukuran rambut dan warnanya kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm. Cacing sutra ini bisa diperoleh dari hasil tangkapan di alam (perairan umum) atau mengkultur sendiri (budidaya). Cacing sutra merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat dipilih untuk ikan fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias.
2. KLASIFIKASI CACING SUTRA
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp
Cacing sutra (Tubifex sp) tidak memiliki insang dan bentuk tubuh kecil dan tipis. Cacing sutra membuat tabung pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan Cacing sutra akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior tubuh dari Cacing sutra dapat membantu fungsi pernafasan. Cacing sutra tergolong hewan hermaprodit yang berkembang biak melalui telur dengan pembuahan secara eksternal. telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi dua sebelum saat menetas.
3. SYARAT HIDUP CACING SUTRA
Cacing sutra dikenal juga sebagai Cacing rambut ini dapat hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman antara 0 – 4 cm. Pada prinsipnya hidupnya sama dengan hewan air lainnya yaitu ketergantungan dengan air. Air memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting untuk hidup dan dalam tumbuh kembangnya. Kualitas air yang cocok untuk budidaya Cacing sutra adalah:
pH antara 5. 5 – 8. 0
Suhu antara: 25 – 28o c
DO (oksigen terlarut ) : 2, 5 – 7, 0 ppm
Jumlah debit air secukupnya dan tidak terlalu besar mengingat Cacing ini sangat kecil.
4. PEMILIHAN LOKASI
Lokasi yang cocok untuk budidaya Cacing sutra harus mendapatkan cahaya matahari yang cukup
Kondisi air untuk budidaya harus mengandung lumpur dan kaya akan bahan organic
5. PERSIAPAN BIBIT
Bibit Cacing sutra yang akan tebar, terlebih dahulu dikarantina selama 2-3 hari dengan cara dialiri air bersih dengan debit yang kecil sehingga bibit Cacing memiliki kandungan oksigen yang cukup dan kesehatan Cacing sutra akan terpelihara, jauh dari bakteri patogen yang sangat membahayakan bagi ikan yang memakannya
Ciri morfologi Cacing sutra cecara mikroskopik adalah tubuhnya berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Pada setiap segmen di bagian punggung dan perut akan keluar seta dan ujungnya bercabang dua tanpa rambut. Bentuk tubuh agak panjang dan silindris, mempunyai dinding yang tebal terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya
6. WADAH DAN MEDIA KULTUR TUBIFEX
A. Kolam tanah
Media kultur Cacing Tubifex dengan wadah kolam tanah adalah berupa lumpur selokan setebal 5 cm yang dicampur rata dengan kotoran hewan (ayam, Kambing, burung dll) sebanyak 100 - 250 g/m2 atau dedak sebanyak 200-250 g/m2. Rendam media tersebut selama 3-4 hari. Kotoran hewan yang akan dipakai sebagai media harus dibersihkan dari bahan-bahan lain dan dijemur di bawah terik matahari selama 1 hari atau dalam kondisi kering. Setelah di rendam selama 3-4 hari, aliri media dengan air secara kontiniu dengan debit yang kecil
B. Bak semen
Wadah kultur dengan bak semen dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengisi dasar bak dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan mencapai 10 cm. selanjutnya masukkan kotoran hewan kering sebanyak tiga karung atau sesuaikan dengan luas wadah, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya diaduk dengan lumpur. Setelah dianggap rata kemudian genangi bak semen tersebut dengan air dengan kedalaman maksimum 5 cm atau sesuaikan dengan panjang pipa pembuangan. Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di bak semen yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar kandungan gas hilang.
C. Media Tray / Nampan Plastik
Media dengan mengunakan nampan plastik dilakukan dengan sistim rak. Saluran masuknya air cukup ditaruh pada nampan paling atas. Kemudian beri lubang pada samping nampan tepat ditengah. Sehingga nampan paling atas jika sudah terisi setengah kelebihan air akan mengalir pada nampan dibawahnya. Dan untuk bagian paling bawah . Sebelum diisi air, beri nampan campuran lumpur sawah dan pasir. Untuk menambah nutrisi, beri lumpur yang telah dicampur dengan kotoran hewan dan ampas tahu yang sudah difermentasi dengan EM4. Diamkan dahulu 5 hari. Kemudian air dimasukkan setinggi 5 cm,
D. Rak Terpal Bersusun
Media budidaya yang digunakan pada metode rak terpal bersusun adalah dengan melakukan proses fermentasi campuran tanah, pasir, dan kotoran hewan dengan bahan EM-4. Setelah media terfermentasi dengan baik, kemudian dilakukan pemindahan media kedalam wadah rak terpal bersusun. Selanjutnya wadah tersebut digenangi air setebal 5 cm dari permukaan media. Kemudian dibiarkan sampai media tidak berbau.
7. PEMUPUKAN
Pemupukan perlu dilakukan sebagai Asupan makanan untuk pertumbuhan Cacing sutra. Pemupukan dilakukan dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/m2 sebagai sumber makanan Cacing sutra. Cacing sutra sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya. Pemupukan ulang dengan menambahkan kotoran ayam sebanyak 9 % dari volume awal dapat dilakukan setiap minggu.
8. PENANAMAN BIBIT
Setelah media dalam setiap wadah kultur Cacing sutra direndam selama 5-7 hari atau sampai media kultur tidak berbau. Dilakukan penebaran Bibit yang telah dibersihkan. Bibit Cacing ditebar 1 liter/m2 kedalam lubang-lubang kecil dalam media kultur dengan jarak antara lubang sekitar 10-15 cm. Cacing sutra ini ditebarkan secara merata. Selama proses budidaya wadahpemeliharaan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban).
9. PEMELIHARAAN
- Selama pemeliharaan, air dialirkan kedalam media secara terus menerus dengan debit air yang cukup untuk menjamin ketersediaan oksigen dalam media
- Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan
- Selama pemeliharaan Cacing diberi pakan sebanyak 100% dari bobot biomassa dengan frekuensi 3 hari sekali
- Bahan pakan yang diberikan berupa ampas tahu atau campuran (ampas tahu + molase+ probiotik)
10. PEMANENAN
- Panen bisa dilakukan setiap dua minggu sekali selama beberapa minggu secara berturut-turut selama budidaya berlangsung.
- Pemanenan Cacing sutra dilakukan dengan menggunakan serok dengan bahan yang halus/lembut
- Cacing sutra yang baru panen masih bercampur dengan media budidaya, dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air kira –kira 1 cm diatas media budidaya. Kemudian ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam hingga Cacing sutra naik ke permukaan media budidaya.
- Cacing rambut yang sudah menggerombol diatas media kemudian diambil dengan tangan, kemudian dipindahkan ke wadah bersih yang telah dipasang aerasi
SUMBER:
Direktorat Pakan, 2016. Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp). Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan Dan Perikanan, Jakarta
Cacing sutra (Tubifex sp) merupakan salah satu pakan alami yang paling banyak digunakan bagi kegiatan budidaya ikan khususnya pembenihan. Cacing sutra dikenal oleh masyarakat Indonesia dengan nama Cacing rambut atau Cacing darah karena ukurannya yang sangat kecil seukuran rambut dan warnanya kemerahan dengan panjang sekitar 1-3 cm. Cacing sutra ini bisa diperoleh dari hasil tangkapan di alam (perairan umum) atau mengkultur sendiri (budidaya). Cacing sutra merupakan salah satu alternatif pakan alami yang dapat dipilih untuk ikan fase larva hingga benih ataupun untuk ikan hias.
2. KLASIFIKASI CACING SUTRA
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Tubificidae
Genus : Tubifex
Spesies : Tubifex sp
Cacing sutra (Tubifex sp) tidak memiliki insang dan bentuk tubuh kecil dan tipis. Cacing sutra membuat tabung pada lumpur di dasar perairan, di mana bagian akhir posterior tubuhnya menonjol keluar dari tabung bergerak bolak-balik sambil melambai-lambai secara aktif di dalam air, sehingga terjadi sirkulasi air dan Cacing sutra akan memperoleh oksigen melalui permukaan tubuhnya. Getaran pada bagian posterior tubuh dari Cacing sutra dapat membantu fungsi pernafasan. Cacing sutra tergolong hewan hermaprodit yang berkembang biak melalui telur dengan pembuahan secara eksternal. telur yang dibuahi oleh jantan akan membelah jadi dua sebelum saat menetas.
3. SYARAT HIDUP CACING SUTRA
Cacing sutra dikenal juga sebagai Cacing rambut ini dapat hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman antara 0 – 4 cm. Pada prinsipnya hidupnya sama dengan hewan air lainnya yaitu ketergantungan dengan air. Air memiliki peranan dan fungsi yang sangat penting untuk hidup dan dalam tumbuh kembangnya. Kualitas air yang cocok untuk budidaya Cacing sutra adalah:
pH antara 5. 5 – 8. 0
Suhu antara: 25 – 28o c
DO (oksigen terlarut ) : 2, 5 – 7, 0 ppm
Jumlah debit air secukupnya dan tidak terlalu besar mengingat Cacing ini sangat kecil.
4. PEMILIHAN LOKASI
Lokasi yang cocok untuk budidaya Cacing sutra harus mendapatkan cahaya matahari yang cukup
Kondisi air untuk budidaya harus mengandung lumpur dan kaya akan bahan organic
5. PERSIAPAN BIBIT
Bibit Cacing sutra yang akan tebar, terlebih dahulu dikarantina selama 2-3 hari dengan cara dialiri air bersih dengan debit yang kecil sehingga bibit Cacing memiliki kandungan oksigen yang cukup dan kesehatan Cacing sutra akan terpelihara, jauh dari bakteri patogen yang sangat membahayakan bagi ikan yang memakannya
Ciri morfologi Cacing sutra cecara mikroskopik adalah tubuhnya berwarna merah kecoklatan karena banyak mengandung haemoglobin. Pada setiap segmen di bagian punggung dan perut akan keluar seta dan ujungnya bercabang dua tanpa rambut. Bentuk tubuh agak panjang dan silindris, mempunyai dinding yang tebal terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya
6. WADAH DAN MEDIA KULTUR TUBIFEX
A. Kolam tanah
Media kultur Cacing Tubifex dengan wadah kolam tanah adalah berupa lumpur selokan setebal 5 cm yang dicampur rata dengan kotoran hewan (ayam, Kambing, burung dll) sebanyak 100 - 250 g/m2 atau dedak sebanyak 200-250 g/m2. Rendam media tersebut selama 3-4 hari. Kotoran hewan yang akan dipakai sebagai media harus dibersihkan dari bahan-bahan lain dan dijemur di bawah terik matahari selama 1 hari atau dalam kondisi kering. Setelah di rendam selama 3-4 hari, aliri media dengan air secara kontiniu dengan debit yang kecil
B. Bak semen
Wadah kultur dengan bak semen dapat dilakukan dengan terlebih dahulu mengisi dasar bak dengan lumpur halus yang berasal dari saluran atau kolam yang dianggap banyak mengandung bahan organik hingga ketebalan mencapai 10 cm. selanjutnya masukkan kotoran hewan kering sebanyak tiga karung atau sesuaikan dengan luas wadah, kemudian sebar secara merata dan selanjutnya diaduk dengan lumpur. Setelah dianggap rata kemudian genangi bak semen tersebut dengan air dengan kedalaman maksimum 5 cm atau sesuaikan dengan panjang pipa pembuangan. Pasang atap peneduh untuk mencegah tumbuhnya lumut di bak semen yang sudah tergenang air tersebut dibiarkan selama satu minggu agar kandungan gas hilang.
C. Media Tray / Nampan Plastik
Media dengan mengunakan nampan plastik dilakukan dengan sistim rak. Saluran masuknya air cukup ditaruh pada nampan paling atas. Kemudian beri lubang pada samping nampan tepat ditengah. Sehingga nampan paling atas jika sudah terisi setengah kelebihan air akan mengalir pada nampan dibawahnya. Dan untuk bagian paling bawah . Sebelum diisi air, beri nampan campuran lumpur sawah dan pasir. Untuk menambah nutrisi, beri lumpur yang telah dicampur dengan kotoran hewan dan ampas tahu yang sudah difermentasi dengan EM4. Diamkan dahulu 5 hari. Kemudian air dimasukkan setinggi 5 cm,
D. Rak Terpal Bersusun
Media budidaya yang digunakan pada metode rak terpal bersusun adalah dengan melakukan proses fermentasi campuran tanah, pasir, dan kotoran hewan dengan bahan EM-4. Setelah media terfermentasi dengan baik, kemudian dilakukan pemindahan media kedalam wadah rak terpal bersusun. Selanjutnya wadah tersebut digenangi air setebal 5 cm dari permukaan media. Kemudian dibiarkan sampai media tidak berbau.
7. PEMUPUKAN
Pemupukan perlu dilakukan sebagai Asupan makanan untuk pertumbuhan Cacing sutra. Pemupukan dilakukan dengan dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/M2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/m2 sebagai sumber makanan Cacing sutra. Cacing sutra sangat menyukai bahan organik sebagai bahan makanannya. Pemupukan ulang dengan menambahkan kotoran ayam sebanyak 9 % dari volume awal dapat dilakukan setiap minggu.
8. PENANAMAN BIBIT
Setelah media dalam setiap wadah kultur Cacing sutra direndam selama 5-7 hari atau sampai media kultur tidak berbau. Dilakukan penebaran Bibit yang telah dibersihkan. Bibit Cacing ditebar 1 liter/m2 kedalam lubang-lubang kecil dalam media kultur dengan jarak antara lubang sekitar 10-15 cm. Cacing sutra ini ditebarkan secara merata. Selama proses budidaya wadahpemeliharaan dialiri air dengan debit 2-5 Liter/detik (arus lamban).
9. PEMELIHARAAN
- Selama pemeliharaan, air dialirkan kedalam media secara terus menerus dengan debit air yang cukup untuk menjamin ketersediaan oksigen dalam media
- Makanannya adalah bahan organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan
- Selama pemeliharaan Cacing diberi pakan sebanyak 100% dari bobot biomassa dengan frekuensi 3 hari sekali
- Bahan pakan yang diberikan berupa ampas tahu atau campuran (ampas tahu + molase+ probiotik)
10. PEMANENAN
- Panen bisa dilakukan setiap dua minggu sekali selama beberapa minggu secara berturut-turut selama budidaya berlangsung.
- Pemanenan Cacing sutra dilakukan dengan menggunakan serok dengan bahan yang halus/lembut
- Cacing sutra yang baru panen masih bercampur dengan media budidaya, dimasukkan kedalam ember atau bak yang diisi air kira –kira 1 cm diatas media budidaya. Kemudian ember ditutup hingga bagian dalam menjadi gelap dan dibiarkan selama enam jam hingga Cacing sutra naik ke permukaan media budidaya.
- Cacing rambut yang sudah menggerombol diatas media kemudian diambil dengan tangan, kemudian dipindahkan ke wadah bersih yang telah dipasang aerasi
SUMBER:
Direktorat Pakan, 2016. Budidaya Cacing Sutra (Tubifex sp). Direktorat Pakan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan Dan Perikanan, Jakarta