PENDAHULUAN
Sidat merupakan salah satu komoditas hasil perikanan yang
prospek pasarnya cerah dengan konsumen yang tinggi terutama diluar
negeri.Popularitas sidat terkenal dengan rasa daging yang khas dan kandungan
yang tinggi, dan beberapa konsumen menyatakan bahwa mengkonsumsi daging sidat
dapat meningkatkan tenaga dan menyembuhkan penyakit pada kulit.
Dalam budidaya sidat sering mengalami kerugian yang cukup
besar yang disebabkan oleh penyakit sehingga mematahkan semangat
pembudidayanya.Penyakit sidat adalah segala sesuatu yang menimbulkan gangguan
terhadap sidat yang disebabkan oleh organisme dan kondisi lingkungan yang
kurang menujang kehidupan sidat.Serangan penyakit dikolam diakibatkan
ketidakserasian interaksi antara sidat, kondisi lingkungan, dan organisme
penyakit yang menyebabkan stress pada sidat sehingga mekanisme pertahanan diri
menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.
Untuk mengatasi hal-hal yang merugikan maka dilakukan suatu
usaha penanggulangan yang dapat menekan angkah kematian.Beberapa pendekatan
yang telah dilakukan terutama terhadap penggunaan bahan kimia. Namun kandungan
bahan-bahan kimia ini ada yang tidak bisa dikendali oleh tubuh ikan sehingga
terakumulasi dalam tubuhnya yang akan berpengaruh juga terhadap pengkonsumsi
ikan sidat.
Suatu pendekatan yang dilakukan yaitu dengan penggunaan
bahan-bahan alami.Selain mudah
didapatkan juga dari segi ekonomi harganya murah dan tersebar diseluruh
daerah-daerah serta dikenal oleh lapisan masyarakat. Bahan-bahan seperti daun
sirih, mahkota dewah, daun samiloto, kunyit dan sejenisnya merupakan
obat-obatan alami yang dipercaya masyarakat dapat menyembuhkan berbagai
penyakit.
Dengan demikian digunakan suatu pertimbangan alami untuk
memanfaatkan bahan tersebut untuk mengatasi penyakit yang menyerang sidat. Juga
hal ini bermanfaat untuk pengkomsumsi yang aman dari bahan-bahan kimia yang
terkandung dalam tubuh ikan.
MENGENAL IKAN SIDAT
Sidat mempunyai bentuk
yang relatif serupa dengan belut tetapi keduanya memiliki ordo yang berbeda.
Menurut Bleeker, sidat mempunyai kasifikasi sebagai berikut
Filum : Chordata
Klas : Pisces
Ordo : Apodes
Famili : Anguillidae
Genus : Anguilla
Spesies : Anguilla sp
Ciri utama sidat dewasa adalah bentuk tubuhnya menyerupai
belut, namun jika diperhatikan ada beberapa perbedaan morfologi yaitu, sidat
memiliki sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur yang sempurna. Sedangkan
belut tidak memiliki sirip sama sekali. Sirip sidat dilengkapi dengan jari-jari
lunak yang dapat dilihat dengan mata biasa.Ketiga sirip yang dimiliki saling
berhubungan menjadi satu mulai dari punggung keekor dan berakhir dibagian
ventral tubuhnya.
Sidat mempunyai kulit lembut dan sangat berlendir.Sidat
memiliki sisik yang ukurannya kecil yang terletak dibawah kulit. Dengan tidak
adanya sisik yang besar, kemampuan sidat bernafas melalui permukaan kulit sama
baiknya dengan melalui insang.
Sidat memiliki bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap
getaran terutama dibagian samping.Bagian tubuh yang sensitif ini membantu
pergerakan sidat sebab kemampuan penglihatannya kurang baik.Disampnng itu organ
penciuman, yang sangat pekah juga membantu mengatasi kelemahan daya
penglihatannya.
Sidat merupakan hewan yang bersifat katadrom yaitu mampu
hidup diair tawar dan air asin.Sidat kecil hidup diar tawar dan setelah dewasa
bermigrasi ke laut untuk memijah. Pada proses migrasi pertama, elver berukuran
panjang sekitar 7 cm dan pada migrasi tahap kedua yaitu berukuran 15-20 cm dan
besarnya seperti pensil.
Larva sidat (Leptocephalus) berukuran 5 mm secara
fasif terapung mendekati pantai dan muara sungai. Setelah berumur 4 tahun
hingga 8 tahun, sidat sudah matang kelamin dan akan berusaha mencapai perairan
yang dapat mengantarkannya kelaut dalam untuk memijah.
Perpindahan sidat (migrasi) sidat menuju daerah
baru yang cocok untuk melakukan
pemijahan dikenal dengan ruaya yang merupakan kebutuhan dasar dan merupakan
mata rantai dalam mempertahankan kelestariaannya. Ruaya tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan sidat dengan tujuan tertentu yaitu, untuk mengadakan aktivitas
pemijahan dan untuk mencari makan dan menuju daerah asuhan serta mendapatkan
lingkungan baru karena lingkungan asalnya tidak menunjang lagi.
Dalam beruaya untuk mengadakan aktivitas pemijahan, sidat
yang telah matang kelamin menuju kelaut yang dalam antara 4.000.- 5.000 m.
telur sidat melayang dan bersifat
planktonis. Telur sidat yang berhasil
menetas akan menghasilkan larva yang di kenal dengan sebutan lepthocephalus
yang bergerak kepermukaan air sesuai dengan perkembangan tubuhnya dan menyebar
keberbagai arah dengan menghanyutkan diri mengikuti arus permukaan laut.
Pada saat memasuki
perairan tawar, terjadi perubahan bentuk tubuh larva sidat yang berbentuk pipih
dan transparan menjadi elver yang tubuhnya berbentuk silinder. Bersamaan dengan
itu sidat akan berubah menjadi lebih pendek, bertambah gelap, dan terjadi
pergantian gigi susu menjadi gigi permanen.
Elver yang berhasil mengatasi semua hambatan akan hidup di
air tawar dan tumbuh menjadi dewasa. Setelah mencapai matang kelamin, sidat
dewasa secara naluri akan berusaha kembali ke laut dalam melakukan aktivitas
pemijahan.
Di air tawar sidat hidup dihabitat bebatuan yang digunakan sebagai tempat
perlindungan terutama dari terik matahari. Dan sering dijumpai didaerah
berlubang-lubang gelap atau membenamkan dirinya dalam Lumpur di dasar perairan.
Matang kelamin sidat jantan relatif lebih cepat daripada
induk betina. Sidat jantan matang kelamin pada usia 3 thn – 4 thn dan betina
pada umur 7 – 8 tahun. Sidat yang matang kelamin panjang tubuhnya 60 – 160 m cm
dan ditandai dengan perubahan tubuhnya yang semakin gelap, bagian perutnya
berwarna orange terang, dan dasar sirip dada berwarna kuning keemasan.
Sidat jantan dan betina yang telah matang kelamin akan
berusaha mencari jalan keluar untuk beruaya menuju laut. Dalam upaya menuju
kedaerah pemijahan, sidat akan berenang dibawah permukaan air. Ruaya sidat ini
biasanya dilakukan pada malam hari, saat suasana lingkungan disekitarnya sudah
cukup gelap.
Jumlah gerombolan sidat yang akan beruaya dapat mencapai
ribuan sehingga sering menimbulkan perubahan warna perairan yang dilaluinya.
Mereka bergerak secara berpasang-pasangan, sebab telur sidat yang telah
dikeluarkan oleh induk betina harus segera dibuahi oleh sperma dari induk
jantan.
Selama perjalanan ketempat pemijahan, induk sidat
menghentikan aktivitas makan sehingga warna tubuhnya yang semula cokelat
kehitam-hitaman berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi keperak-perakan.
Akibat lain yang timbulkan karena berhenti makan adalah rusaknya saluran
pencernaan sehingga setelah melaksanakan aktivitas pemijahan induk sidat akan
menemui ajalnya.
PEMELIHARAAN SIDAT
Di Indonesia pemeliharaan sidat masih tergolong baru,
sehingga teknologinya belum banyak dikuasai petani ikan secara
benar.Pemeliharan sidat pada umumnya masih merupakan usaha pembesaran, yaitu
benih yang ditangkap dialam dipelihara dikolam hingga
mencapai ukuran tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.
Benih sidat berasal dari alam biasanya ditangklap
oleh petani saat akan menuju perairan tawar. Penangkapan elver biasanya
dilakukan di mulut sungai pada saat air sedang pasang. Ukuran panjang benih sidat bervariasi antara 5 cm – 7 cm,
tergantung pada benih sidat. Tubuh benih sidat umumnya berwarna bening dan
beratnya antara 0,15 g – 2,0 g.
Tahap Pemeliharaan
Sidat
Ada dua tahap pemeliharaan sidat , yaitu pemeliharaan
impunan dan pemeliharaan lanjutan.
Pemeliharaan impunan adalah pemeliharaan sidat yang dilakukan dikolam elver
sejak ditangkap dari perairan hingga siap ditebar dikolam pemeliharaan
pertama.Pemeliharaan lanjutan adalah pemeliharaan sidat dikolam kedua, yaitu
sejak sidat dipanen dari hasil pemeliharaan dikolam elver atau kolam
pemeliharaan pertama.
1. Pemeliharaan di Kolam Elver
Pemeliharaan
sidat dikolam elver adalah pemeliharaan benih sidat yang baru diperoleh dari
alam (elver). Benih yang akan ditebarkan diperiksa untuk mengetahui dan
mencegah terjadinya luka, penyakit, atau lemah.
Padat
penebaran benih sidat biasanya antara 150 g – 300 g/m2. pada pemeliharaan sidat
secara intensif maka padat penebarannya dapat ditingkatkan hingga mencapai 600
g – 1.200 g/m2. tingkat kelangsungan hidup benih pada pemeliharaan intensif
adalah berkisar antara 80% - 90% setelah benih sidat mencapai ukuran 1 gram.
Pakan
yang terbaik pada saat pemeliharaan elver adalah cacing tubifex. Pada lima hari pertama pakan diberikan dengan
ditebarkan disekitar dinding kolam. Selanjutnya areal pemberian pakan tersebut
dipersempit hingga akhirnya pemberian pakan dipusatkan pada satu tempat
tertentu. Dengan cara ini sidat diperbiasakan makan pada tempat tertentu dan
waktu tertentu.
Pemberian
pakan pada dua minggu pertam adalah dua kali yaitu pagi dan sore hari pada
minggu ketiga dan keempat pemberian pakan mmulai dilakukan dengan
mengkombinasikan pakan alami dan pakan buatan. Secacra pelan-pelan, jumlah
pakan buatan ditingkatkan sehingga pada akhirnya seluruh pakan benih sidat
adalah pakan buatan.
Lama
pemeliharaan elver dikolam impunan kurang lebih satu bulan. Benih sidat
diseleksi dan dipelihara dikolam berikutnya. Kolam pemeliharaan sebaiknya
ditebari elver yang berukuran relatif sama untuk menghindari kanibalisme elver
yang lebih besar tehadap elver yang kecil.
2. Pemeliharaan
Dikolam
Pertama
Pemeliharaan dikolam
pertama adalah pemeliharaan sidat hasil panen dari kolam pemeliharaan elver.
Lama pemeliharaan dikolam pertama berkisar antara empat bulan sampai enam bulan,
tergantung pada ukuran sidat yang dikehendaki.
Cara
pemliharaan dikolam pertama pada prinsipnya merupakan lanjutan dari cara
pemeliharaan kolam elver, tetapi tingkat kepadatannya ditambah yaitu 3 kg – 6
kg/m2. benih yang diperoleh dari kolam elver diseleksiberdasarkan bobot tubuh.
Benih sidat yang ukurannya relatif sama dipelihara dalam satu kolam dan yang
lainnya dipelihara dalam kolam terpisah.
3. Pemeliharaan
di Kolam Kedua
Pemeliharaan
dikolam kedua adalah pemeliharaan sidat yang diperoleh dari kolam pemeliharaan
pertama. Lam pemeliharaan dikolam kedua biasanya dilakukan hingga sidat
mencapai usia atu tahu atau lebih.
Pada
suatu peride pemeliharaan selalu dijumpai sekelompok sidat yang mempunyai
lajupertumbuhan relatif lebih baik dibanding dengan yang lain. Pemeliharaan
sidat dikolam kedua ini sebaiknya dilakukan seleksi kembali terhadap benih yang
diperoleh dari kolam pemeliharaan pertama.Tujuan dilakukan seleksi ini adalah
menghindari pemeliharaan sidat dengan ukuran yang berbeda.
Padat
penebaran sidat pada pemeliharaan kolam kedua ini sedikit lebih tinggi daripada
pemeliharaan sebelumnya, yaitu 9 kg – 21 kg/m2.
DAFTAR
PUSTAKA
Daelani, Deden.
2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ghufron, M.2004. Hama
dan Penyakit Ikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Hermanto, Ning,
2004. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Liviawaty, E dan
Afrianto, Eddy, 1998. Pemeliharaan Ikan Sidat. Penerbit, Kanisius, Yokyakarta.
Mangayu S. dan
Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Sidat Sehat Produksi Meningkat”.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan,
Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar