PENDAHULUAN
Menjadi salah satu makanan favorit sebagian besar masyarakat Indonesia Lele dumbo merupakan komoditas ikan air tawar
yang dikenal masyarakat karena harganya relatif murah dibanding ikan lainnya, namun
cita rasanya banyak disukai masyarakat. Ikan lele dumbo senang hidup dalam
eadaan air yang agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya
jelek, keruh, kotor dan miskin akan oksigen seperti air genangan, air limbah
atau buangan. Hal itu disebabkan ikan lele mempunyai pernapasan tambahan
disamping insangnya yang biasa.
Masalah yang banyak timbul dimasyarakat dalam usaha
budidaya lele dumbo adalah cara menghasilkan benih yang lebih banyak namun
tetap dapat berkesinambungan. Salah satu upaya peningkatan produksi benih lele
dumbo adalah dengan pembenihan secara buatan, pemeliharaan secara intensif dan
pengendalian penyakit.
DISKRIPSI
Klasifikasi lele dumbo
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostareophyci
Famili : Claridae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias
gariepinus
Morfologi
Bentuk badan memanjang, bagian kepala gepeng atau pipih,
batok kepala umumnya keras dan meruncing kebelakang. Seluruh bagian tubuhnya
mulai dari ujung moncong mulut hinga bagian ekornya tidak bersisik.
Seluruh bagian tubuhnya menjadi pucat bila terkena sinar
matahari, dan akan diwarnai noda hitam atau putih dan totol-totol bila stress,
naun keadaan ini akan segera normal apabila habitatnya sesuai dengan kemampuannya.
Ikan ini dijuluki catfish, karena kumisnya mirip dengan kumis kucing, yakni
memiliki empat pasang sungut disekitar mulut. Sepasang sungut hidung,, sepasang
sungut maksilar dan dua pasang sungut mandibular. Sungut maksilar berfungsi
sebagai tentakel yakni alat untuk meraba. Insangnya berukuran keci dan terletak
dikepala bagian belakang. Lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri
dari sirip pasangan dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip
dada, dan sirip perut. Sedangkan yang tunggal adalh sirip punggun dan sirip
ekor. Serta sirip dubur. Pada sirip dada dilengkapi dengan patil atau taji
tidak beracun. Selain kemampuannya meloloskan diri dari kolam piaraan dengan
cara melompat,
iapun sanggup merangkak diatas tanah tanpa air dalam waktu cukup lama asalkan lembab. (Santoso 1994).
Habitat
Semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau
habitat lele dumbo seperti waduk, danau, rawa dan genangan air tawar lainnya.
Dialalm bebas, ikan ini lebih menyukai air yang arusnya mengalir secara
perlahan atau lambat. Lele dumbo awalnya hidup liar disungai- sungai ,rawa dan
semua habitat air tawar. Setelah diternakan secara intensif, ternyata lele
dumbo dapat tumbuh dengan cepat. Sungai, karamba, drum, adalah tempat yang
cocok untuk pemeliharaan atau pembesaran., bahkan air comberan, tanah sawah
dengan kedalaman 10 cm sekalipun asalkan terdapat tempat berlindung seperti
bebatuan, karang atau kaleng bekas bisa digunakan.
Tingkah laku
Salah satu sifat lele dumbo adalah suka menloncat kedarat
terutama pada malam hari. Munculnya sifat ini karena lele dumbo merupakan
binatang malam yakni banyak melakukan aktivitasnya dimalam hari (nocturnal).
Sifat ini akan tampak saat lele dumbo akan mencari makan. Itulah sebabnya lele
dumbo akan lebih suka berada ditempat gelap dibanding ditempat yang terang.
Kebiasaan makan
Lele dumbo memiliki kebiasaan mencari makan didasar
kolam (bottom feeder) sehingga air kolam
sering menjadi keruh. Lele dumbo juga dikenal rakus, karena mempunyai ukuran
mulut yang cukup lebar sehingga mampu menyantap makanan alami didasar perairan,
dan pakan buatan seopert pellet. Oeh karenanya lele dumbo digolongkan sebagai
pemakan segala (omnivora). Makanan seperti bangkai
ayam, bebek ,angsa, dan unggas lainnya di lahapnya dengan menggunakan gigi
nya yang terletak pada rahang dan mencabik-cabiknya higga tinggal tulang (scavenger).
BUDIDAYA
Perkembang biakan
Perkembang biakan lele dumbo dapat dilakukan secara alami
dan atau secara buatan. Pemijahan alami dapat dilakukan dalam bak semen atau
bak kayu yang dilapisi plastik berukuran 2x1x1 meter, dilengkapi kakaban
sebagai substrat untuk penempel telur dan penutup bak dari kayu, seng atau
kawat kasa agar lele tidak meloncat keluar. Sedangkan pemijahan buatan atau
lebih populer dengan istilah kawin suntik, dilakukan dengan jalan menyuntikan
hormon tertentu kedalam tubuh ikan yang akan dipijahkan untuk merangsang terjadinya
ovulasi. Hormon yang digunakan untuk penyuntikan biasanya menggunakan kelenjar
hypophisa ikan sejenis atau ikan mas yang bersifat universal, dan atau
menggunakan hormon buatan seperti HCG, LHRH atau ovaprim yang sudah banyak
dijual dipasaran. Dalam prosesnya, pemijahan buatan pada lele dumbo dapat
dilakukan melalui pembuahan alami dan pembuahan buatan.
Pemeliharaan larva
Larva lele yang baru menetas masih mempunyai persediaan
makanan dalam bentuk kuning telur(yolk salc) sehingga tidak perlu diberi pakan
sampai umur 4 hari. Mulai hari ke 5, larva diberi pakan cacing tubifek yang
telah di cincang halus atau daphnia sampai larva siap ditebar kekolam atau bak
pendederan.
Pendederan
Persiapan kolam pendederan untuk lele dumbo sama halnya
seperti persiapan kolam pendederan untuk jenis ikan budidaya lainnya, Benih
yang akan ditebar sebaiknya sudah kuat dan lincah serta sudah terbiasa memakan
makanan tambahan. Padat tebar bisa bervariasi, dan tergantung pada kesuburan kolam, yang penting tidak
melebihi ambang daya dukung kolam (carrying capacity). Pakan tambahan yang diberikan adalah pelllet
yang telah digiling halus sebanyak 10-15 %, diberikan 3 kali perhari. Lama
pemeliharaan di kolam penderan I selama 21 hari, atau setelah benih mencapai
ukuran 2-3 cm. Produksi benih yang dihasilkan perkilogram induk bisa mencapai
40.000 – 60.000 ekor ukuran 2-3 cm.
PENGELOLAAN
PENYAKIT IKAN
|
Dengan demikian terjadinya wabah sebetulnya merupakan
akibat interaksi yang tidak seimbang antara ikan sebagai subyek patogen,
patogen itu sendiri serta kondisi lingkungan. Sebenarnya, semua jenis ikan
mempunyai kekebalan terhadap penyakit selama ikan tersebut hidup dalam kondisi
lingkungan yang baik dan tidak ada faktor yang memperlemah badannya. Penyakit
ikan dapat berkembang akibat bermacam macam faktor antara lain trauma
pengangkutan, kekurangan pakan, perubahan sifat fisika dan kimia air serta
epidemi dari suatu penyakit. Untuk mencegah dan mengobati suatu penyakit maka
perlu diketahui hal- hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit, cara cara
dan dosis pengobatan
yang tepat agar diperoleh hasil yang baik.
4.1. UPAYA PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan terutama ditujukan untuk mencegah
masuknya wabah penyakit kedalam tempat budidaya ikan, atau mencegah meluasnya wilayah yang terkena
serangan penyakit dalam upaya mengurangi kerugian produksi akibat timbulnya
wabah penyakit.
Beberapa tindakan upaya pencegahan antara lain melalui
sanitasi kolam, alat-alat, ikan yang akan dipelihara serta lingkungan tempat
budidaya.
a. Sanitasi kolam
Sanitasi
kolam dilaksanakan melalui pengeringan, pemjemuran dan pengapuran dengan kapur
tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m2 yang ditebar secara merata dipermukaan tanah
dasar kolam dan sekeliling pematang kolam. Setelah dikapur biarkan dalam
keadaan kering selama 3-5 hari, baru kemudian kolam dipupuk dan diairi. Bahan
lain yang bisa digunakan untuk sanitasi kolam diantaranya kalium permanganat
(PK) yang ditebarkan pada kolam yang telah diairi sebanyak 10-20 gram/m3 air
dan dibiarkan selama 2 jam, baru kemudian dimasukan air baru dan ditebari ikan
setelah kondisi air normal kembali.
b. Sanitasi perlengkapan dan peralatan.
Perlengkapan
dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaaan suci hama, dengan cara
merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selam 30-60 menit. Pengunjung
dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan memegang dan atau mencelupkan bagian
tubuh kedalam media air pemeliharaan sebelum disuci hamakan.
c. Sanitasi Ikan tebaran
Lele
dumbo yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa dahulu. Bila menunjukan
gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut harus dikarantinakan terlebih
dahulu untuk diobati. Namun lele dumbo yang akan ditebar dan dianggap sehat
pun, sebelum ditebar sebaiknya direndam dahulu dalam larutan PK dengan dosisi
20 gr/m3 air, atau dalam larutan methylin blue 20 ppm, atau dengan formalin
1cc/10 liter air, masing – masing selama 10 -15 menit. Bila sanitasi ikan
tebaran akan menggunakan obat-obatan alami dapat dilakukan dengan cara merendam
lele dumbo yang akan di tebar dalam ektrak cair sambiloto dengan dosis 25 ppm,
atau dalam ektrak cair rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm atau dapat juga
menggunkan ektrak cair daun dewa dengan dosis 25 ppm, perendaman masing masing
selama 30 -60 menit.
d. Menjaga lingkungan tempat
budidaya
Upaya
perlindungan gangguan dari penyakit lele dumbo adalah dengan menjaga kondisi lingkungan
atau kondisi ekologis perairan dengan cara setiap kolam /bak pemeliharaan lele
dumbo diusahakan mendapat air yang baru dan masih segar, telah melalui sistem
filtrasi dan diusahakan agar bahan- bahan organik seperti sampah yag
memungkinkan masuk kedalam kolam sedapat mungkin dihindari.
DAFTAR PUSTAKA
Prihartono Eko, Juansyah R, dan Usni Arie, Mengatasi
Permasalahan Budidaya Lele dumbo.
Penebar swadaya, Jakarta 2001.
Susanto, H. Ikan Lele. Kanisius Yogyakarta
Sudewo, Bambang. Tanaman Obat Populer, Agro Media
Pustaka, Jakarta. 2004.
Syambas M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan
“Lele Dumbo Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian,
Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar