Jumat, 30 November 2018

Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO

Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO

Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)

Jaring lingkar merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap menggunakan jaring yang dioperasikan dengan perahu atau kapal serta didukung sarana alat bantu penangkapan sesuai untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pengoperasiannya. Desian dan konstruksi jaring ingkar berkembang disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat bergagai bentuk dan ukuran jaring lingkar serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan yang digunakan.
Alat ini ditujukan sebagai penangkap ikan pelagis yang bergerombol di permukaan. Pada umumnya, alat ini berbentuk empat persegi panjang dilengkapi yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucut bagian bawah ini, jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akan membentuk semacam “mangkuk”.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap jaring lingkar terdiri dari :
– With purse lines (Purse seines)
b. One boat operated purse seines
c. Two boats operated purse seines
– Without purse lines (lampara)
Purse seine (Sumber: Subani dan Barus 1989)
2. Seine net (Pukat)
Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan terget ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pukat tarik serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pukat tarik terdiri dari :
– Beach seines
– Boat or vessel seines
a. Danish seines
b. Scottish seines
c. Pair seines
– Seine nets (not specified)
Pukat (Sumber: Subani dan Barus 1989)
3. Trawl
Secara teknis, baik menurut umum ataupun mengikuti standar ISSCFG (International Standard Statistical Classification Fishing Gear), FAO (Nedelec and Prado 1990) “Trawl” adalah alat penangkap ikan yang mempunyai target spesies baik untuk menangkap ikan maupun untuk udang. Trawl memiliki kreteria yaitu (a) jaring berbentuk kantong (pukat) baik yang berasal dari karakteristik asli maupun hasil modifikasi. (b) miliki kelengkapan jaring (pukat) untuk alat pembuka mulut jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan rentang (otter board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah kapal (c) Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela oleh dua buah kapal.
Trawl asli adalah jaring (pukat) trawl yang dirancang bukan dari hasil modifikasi tidak ada perubahan dari aspek desain – konstruksi, karakteristik dan metoda pengoperasian dengan ciri-ciri yaitu (a) karakteristik bentuk konstruksi masih sesuai ketentuan teknis jaring yang lazim (b) banyak menggunakan potongan miring (cutting rate) pada bagian¬ jaring (c) miliki bagian jaring berupa medan jaring atas (square) bagi trawl dasar (bottom trawl) atau medan jaring bawah (bosoom trawl) pertengahan permukaan (mid water trawl) (d) cara operasi dirancang dengan dihela / diseret oleh sebuah atau dua buah kapal.
Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl, karena adanya perubahan desain konstruksi , karakteristik jaring dan metode operasi penangkapan dengan ciri-ciri (c) ada perubahan bentuk dan ukuran dari jaring aslinya , terutama pemendekan ukuran sayap (b) teknik pemotongan bagian jaring masih menggunakan potongan lurus (all point dan all mesh), (c) kebanykan belum menambah bagian medan jaring (square) masih tetap seperti kondisi aslinya (d) ada penambahan kelengkapan janng berfungsi alat pembuka mulut jaring baik berupa palang/gawang (beam) maupun papan rentang (otter board) dad kondisi aslinya. Okda perubahan metode pengoperasian dari cara ditarik dari atas perahu atau pantai menjadi cara dengan diseret / dihela oleh sebuah kapal.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap trawl terdiri dari:
– Bottom trawls
a. beam trawls
b. otter trawls
c. pair trawls
d. nephrops trawls
e. shrimp trawls
f. bottom trawls (not specified)
– Midwater trawls
– Otter twin trawls
– Otter trawls (not specified)
– Pair trawls (not specified)
– Other trawls (not specified)
4. Dredge (Penggaruk)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya. Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu untuk menangkap kekerangan dan biota lainnya.
Desain dan konstruksi penggaruk disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran penggaruk serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap penggaruk terdiri dari : 1 ). Boat Dredges dan; 2). Hand Dredges.
Metode pengoperasian penggaruk dilakukan dengan cara menarik ataupun menghela pengaruk di dasar perairan sehingga hasil tangkapan berupa kekerangan, teripang, dan lainnya bisa terkumpul dan tertangkap serta masuk ke dalam penggaruk.
5. Lift net (Jaring Angkat)
Jaring angkat dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring nion yang menyerupai kelambu, karena ukuran mata jaringnya yang kecil (sekitar 0,5 cm). Jaring kelambu kemudian diikatkan pada bingkai bambu atau kayu yang berbentuk bujur sangkar.
Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu atau umpan untuk mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap, atau langsung.
Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat dapat mencakup bagan perahu, bagan tancap (termasuk kelong), dan serok
Jaring Angkat (Sumber: Subani dan Barus. 1989)
6. Falling gear (alat yang dijatuhkan)
Alat yang dijatuhkan atau ditebarkan merupakan alat penangkapan ikan yang pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau dijatuhkan untuk mengurung ikan dengan atau tanpa kapal.
Desain dan konstruksi alat yang dijatuhkan atau ditebarkan disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dihendaki. Berkaitan dengan hal ini maka terdapat berbagai bentuk dan ukuran serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan terdiri dari: 1) Cast nets; dan 2); Falling gears (not specified).
7. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal)
Jaring insang (gill net) merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah.
Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif.
Ada berbagai jenis jaring insang, yang terdiri dari satu lapis jaring, dua lapis, maupun tiga lapis jaring. Jaring insang memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh badan jaring. Jaring ini kemudian dibentangkan untuk membentuk semacam dinding yang dapat menjerat. Jaring insang dilengkapi dengan pelampung di bagian atas jaring dan pemberat pada bagian bawahnya.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap jaring insang terdiri dari:
– Set gillnets (anchored)
– Driftnets
– Encircling gillnets
– Fixed gillnets (on stakes)
– Trammel nets
– Combined gillnets-trammel nets
– Gillnets and entangling nets (not spicied)
– Gillnets (not specified)
Jaring Insang (Sumber: Subani dan Barus. 1989)
8. Trap (perangkap)
Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan atau bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal.
Desain dan konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap perangkap terdiri dari:
– Stationary uncovered pounds nets
– Pots
– Fyke nets
– Stow nets
– Barriers, fences, weirs, dll
– Aerial traps
– Traps (not specified)
9. Hook and line (pancing)
Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan.
Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari:
– Handlines and pole-lines (hand operated)
– Handlines and pole-lines (mechanized)
– Set longlines
– Drifting longlines
– Longlines (not specified)
– Trolling lines
– Hook and lines (not specified)
10. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)
Alat pengait/penjepit dan alat yang melukai merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara menerkam, mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap yang dilakukan dari atasu kapal atau tanpa menggunakan kapal. Desain dan konstruksi alat penjepit dan melukai mempunyai bentuk runcing/tajam pada salah satu ujungnya.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pengait dan alat yang melukai ini adalah harpoon.
11. Harvesting machine (mesin pemanen)
Yang dimaksud dengan Pump fishing adalah suatu alat tangkap tanpa menggunakan jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot ikan,udang,cumi-cumi dan krill plankton masuk ke dalam kapal. Alat tangkap ini dioperasikan pada kedalaman 110 meter dengan catchable area 20cm. Efektifnya menangkap cumi-cumi .
12. Alat tangkap lainnya.
Alat-alat lainnya merupakan alat penangkapan ikan yang tidak termasuk ke dalam penggolongan kelompok sebelumnya, dimana prinsip penangkapan tidak dengan cara menjerat, memancing, memerangkap, mencengkram, mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap.
Desain dan konstruksi alat tangkap lainnya ini merupakan konstruksi yang bentuknya tidak terdapat pada setiap kelompok sebelumnya. Sehingga dapat digolongkan sebagai kelompok tersendiri dan dimungkinkan akan mengalami perkembangan sesuai dengan modifikasi dan kreatifitas nelayan dalam rangka menciptakan rancang bangun alat penangkap ikan ke depan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi penangkapan ikan yang ada.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap lainnya ini adalah: Miscellaneous Gear. Sebagai informasi, di Indonesia alat tangkap muro ami, serok teri dan alat penangkap lobster termasuk dalam kategori alat tangkap ini.
Kajian Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut Klasifikasi Statistik Internasional Standar FAO
Metode yang digunakan dalam kajian keramahan alat tangkap ikan ini dengan pendekatan destkriptif yaitu menilai dan mengkaji karakteristik dari suatu alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO dengan ke-9 (sembilan) kriteria keramahan menurut standart FAO. Disebabkan karena banyaknya jenis alat tangkap dalam suatu klasifikasi, maka untuk memudahkan pengkajiannya penulis membatasi salah satu alat tangkap saja yang disebutkan sebagai dalam contoh yang termasuk dalam klasifikasi alat tangkap tersebut.
Selanjutnya mencatat kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan dan dari kriteria tersebut diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya. Adapun alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO :

a. Surrounding net (Jaring Lingkar)
Jaring Lingkar/Puse seine
Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap surrounding net, dua kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse seine yang ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah :
1. Selektifitas. Khusus selektifitas ini diperlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk mengetahui berapa spesies yang tertangkap dalam satu kali hauling dan ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) di fishing ground tertentu. Hal ini disebabkan dapat saja diketahui selektifitas yang berbeda pada fishing ground yang berbeda pula
2. Biaya investasi yang tinggi dalam satu unit penangkapan
Dari kedua kriteria tersebut dapat diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya. Biaya investasi yang tinggi dapat diatasi dengan memberdayakan kelompok nelayan,setiap anggota mempunyai saham sesuai dengan jenis dan besarnya kontribusinya.
b. Seine net (Pukat)
Pukat pantai/Beach seine
Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap pukat pantai, terdapat satu kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse seine yang ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah :
1. Selektifitas. Sama halnya dengan puse seine, pukat pantai juga diperlukan penelitian lebih lanjut dalam hal selektifitasnya ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) pada suatu fishing ground tertentu.
Dari kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya.
c. Trawl
Pukat dasar/bottom trawl
Pada alat tangkap trawl ini saat dioperasikan sesuai dengan habitat pengoperasiannya yaitu didaerah pasir atau lumpur maka, kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai botttom trawl yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitasnya rendah, hal ini disebabkan dapat menangkap ikan juvenil sampai yang dewasa
2. By-catchnya rendah, menangkap tidak saja pada target spesies tetapi juga terkadang banyak menangkap ikan non target spesies
3. Dampak pada biodiversity tinggi, sering juga tertangkap biota yang dilindungi seperti penyu,dll
4. Kadang menimbulkan koflik sosial, terutama dengan nelayan bubu
Dari ketiga kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas dan by-catch yang rendah diperlukan perbaikan mesh size terutama pada codend. Pada dampak biodiversity diperlukan pemasangan BED (By catch excluder devise) dan TED (Turtle excluder devise) dengan sistem pengawasan yang terpadu. Sedangkan konflik yang terjadi dengan nelayan bubu biasanya masalah pengoperasian alat tangkap yang sama dengan bubu, maka solusi yang dapat diberikan dengan pengaturan fishing ground trawl diluar zona I dan Zona II.
d. Dredge (Penggaruk)
Scoop Nets

Pada alat tangkap ini Ke-sembilan kriteria memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan.
d. Lift net (Jaring Angkat)
Bagan perahu

Pada alat tangkap bagan perahu ini kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitasnya rendah, khususnya ikan teri, bagan apung cukup selektif terhadap ikan ini
2. By-catch tinggi, menangkap tidak saja pada target spesies tetapi juga terkadang banyak menangkap ikan non target spesies
3. Konsumsi BBM
Dari ketiga kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas dan by-catch yang rendah diperlukan perbaikan mesh size. Untuk konsumsi BBM yang tinggi dianjurkan menggunakan solar cell sebagai alternatif yang perlu dicoba
e. Falling gear (alat yang dijatuhkan)
Jala Lempar/Hand cast nets

Pada alat tangkap jala lempar ini apabila dioperasikan di daerah pasir atau lumpur tidak dioperasikan di daerah karang maka, kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitasnya rendah, hal ini disebabkan dapat menangkap ikan kecil sampai ikan dewasa yang masuk dalam catchable area alat tangkap ini.
solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya ialah diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan meningkatkan selektifitasnya.
f. Gill net, entangling nets (jaring insang dan jaring puntal)
Trammel nets

Pada alat tangkap ini delapan kriteria memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan. Kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. By-catch, target spesies alat tangkap ini adalah udang tetapi juga menangkap ikan.seperti misalnya ikan gulamah. Perlu juga diketahui alat tangkap ini direkomendasikan untuk menggantikan pengoperasian trawl karena dapat menangkap udang dengan efektif. Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keramahannya ialah perbaikan mesh size terutama inner net dari bahan multifilamen.
g.Trap (perangkap)
Bubu

Pada alat tangkap bubu kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitas, perlu penelitian tentang ukuran panjang total dan ukuran lingkar tubuh ikan yang tertangkap dengan bubu untuk mengetahui selektifitasnya pada setiap fishing ground.
2. Dapat merusak habitat karang, apabila digunakan batu karang sebagai pemberat
Dari kedua kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hasil tangkapan hubungannya dengan selektifitasnya. Untuk penggunaan batu karang diperlukan modifikasi bahan seperti dengan menggunakan bahan dari besi,kawat dan sebagainya sehingga tidak diperlukan lagi batu karang sebagai pemberat.
h. Hook and line (pancing)
Pancing (Hand line)

Dari semua alat tangkap, yang dibahas dalam makalah ini pancing adalah alat tangkap yang paling selektif dan ramah terhadap lingkungan, sangat memenuhi dari Ke-sembilan kriteria persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan
i. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)
Tombak/Harpoon

Pada alat tangkap tombak atau harpoon kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Dapat membahayakan nelayan. Apabila digunakan tidak menggunakan prinsip kehati-hatian maka alat tangkap ini dapat melukai operator(nelayan). Solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya ialah dengan menggunakan pendekatan prinsip kehati-hatian dalam pengoperasian alat tangkap tombak.
j. Harvesting machine (mesin pemanen)
Pump fishing

Yang dimaksud dengan Pump fishing adalah suatu alat tangkap tanpa menggunakan jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot ikan,udang,cumi-cumi dan krill plankton masuk ke dalam kapal. Kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitasnya rendah
2. Menghasilkan ikan dengan kualitas yang rendah
3. By-catch tinggi
Solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya ialah untuk selektifitas dan dan by-catch yang rendah agar menggunakan alat bantu penangkapan seperti cahaya kemudian dalam catchable area yang remang-remang(cahaya redup) alat tangkap di tawing ke perairan sehingga cumi-cumi saja yang mendekat dan tertangkap(untuk metode ini perlu penelitian lebih lanjut)sedangkan untuk ikan yang berkualitas rendah sebaiknya alat tangkap ini menangkap cumi-cumi dan krill plankton saja agar untuk menghindari penurunan kualitas hasil tangkapan.
j. Alat tangkap lainnya.
Tangan , pisau dan sabit

Alat ini digunakan untuk mengumpulkan rumput laut dan kerang-kerangan.
Paling selektif dan ramah terhadap lingkungan, sangat memenuhi Ke-sembilan kriteria persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan.
Sumber :
suksesmina.wordpress.com/2016/03/23/jenis-jenis-alat-tangkap-ikan-menurut-klasifikasi-fao/

PAKAN ALTERNATIF UNTUK IKAN LELE

PAKAN ALTERNATIF UNTUK IKAN LELE


PAKAN ALTERNATIF UNTUK IKAN LELE

Saat sekarang ini banyak pembudidaya ikan yang mengeluhkan mahalnya harga pellet (pakan ikan) yang tidak diikuti dengan harga jual ikan yang memadai padahal banyak sumber bahan baku lokal yang belum dimanfaatkan. Untuk itu perlu diupayakan pembuatan pakan yang lebih praktis dan murah dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang ada di sekitar (Limbah : pertanian, pabrik makanan dan pengolahan ikan) dengan peralatan sederhana, sehingga meningkatkan keuntungan bagi pembudidaya. Berikut akan kami sampaikan proses pembuatan pakan dengan cara yang lebih praktis dan sederhana.
Alur Proses Pembuatan Pakan :
Pemilihan Bahan Baku
Dalam pemilihan bahan baku pakan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  • Bahan tidak mengandung racun
  • Kandungan gizi bahan harus diketahui
  • Tidak bersaing dengan kebutuhan pangan manusia
  • Bahan tersedia cukup secara kontinyu
  • Harga bahan murah
  • Pemanfaatan berbagai bahan baku lokal
Selanjutnya bahan baku yang terpilih di fermentasi dengan tujuan untuk menurunkan serat kasar, meningkatkan kecernaan (50-75%), meningkatkan protein (4,5 – 17%) dan memanfaatkan limbah pertanian menjadi bahan pakan ikan. Adapun proses fermentasinya adalah sebagai berikut :
  1. Bahan berserat tinggi dihaluskan
  2. Tambahkan air panas 250 ml/kg bahan
  3. Aduk secara merata
  4. Biarkan dingin
  5. Taburkan jamur Rhyzopus orycae (ragi tempe) 3-4 g/kg bhn
  6. Aduk secara merata, bahan disusun dengan ketebalan 5-10 cm.
  7. Tutup bagian permukaan adonan dengan daun atau plastic
  8. Biarkan selama 3x24 jam sampai jamur tumbuh dengan baik (Fermentasi dihentikan)
  9. Bahan siap disusun dalam formulasi/ditepungkan lagi.
Bahan pakan yang kering dihaluskan sampai menjadi partikel yang ukurannya seragam dan halus. Selanjutnya dilakukan penghitungan formulasi, pakan apa yang akan dibuat, % kadar protein pakan, kandungan gizi setiap bahan harus diketahui secara tepat (lewat analisa proksimat), dan metode perhitungan harus tepat.
Setelah semua bahan ditimbang sesuai prosentase masing-masing dalam hitungan formulasinya, dilakukan pencampuran bahan. Semua bahan kering dicampur mulai dari yang jumlahnya sedikit, selanjutnya dicampur dengan bahan yang jumlahnya banyak. Vitamin dan mineral dicampur terpisah dengan sumber lemak (minyak) dan selanjutnya dicampurkan ke campuran bahan kering.
Proses setelahnya yakni pencetakan. Pencetakan pakan menggunakan mesin pellet / seperti mesin penggiling daging. Ukuran pakan disesuaikan dengan ukuran mulut ikan, seperti 2 mm atau 3 mm. Kemudian pakan dikeringkan dengan pengering sederhana (almari pengering) atau memakai oven pengering < 70 0C. Pengeringan dapat juga dengan cara dijemur di bawah cahaya matahari tapi mengakibatkan banyak vitamin yang rusak. Pengeringan dilakukan hingga kadar air maksimal 10-12%.
Setelah pakan dipindah dari pengering kemudian didinginkansekitar 30 – 60 menit. Pakan yang sudah kering (8-10%), dikemas dalam kantong plastic (karung) dilapisi iner plastic pada bagian dalamnya. Tiap kantong diisi 30kg, selanjutnya ditutup dengan cara menjahit karung serapat mungkin. Pakan siap digunakan / disimpan. Syarat yang harus dipenuhi dalanm penyimpanan antara lain :
  • Tempat kering, sejuk dan berventilasi
  • Disimpan di atas rak kayu/falet
  • Hindari penyimpanan langsung di atas lantai
  • Disarankan tidak lebih 3 bulan
  • Pakan rusak jangan digunakan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas, yakni bahwa limbah pengolahan ikan, pertanian dan pabrik makanan dapat dibuat pellet dengan peralatan sederhana (mesin giling daging) atau mesin pellet biasa. Teknologi ini telah diikuti dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat.

Sumber :
dkp.jatengprov.go.id/index.php/artikel/bidangpukp/pakan-alternatif-untuk-ikan-lele

Jumat, 23 November 2018

TEKNOLOGI BUDIDAYA BANDENG

TEKNOLOGI BUDIDAYA BANDENG




Budidaya bandeng konsumsi sudah lama dilakukan oleh petambak di Indonesia dan merupakan salah satu ikan budidaya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan modal yang cukup rendah serta teknologi yang mudah digunakan, baik untuk konsumsi maupun umpan hidup dalam penangkapan ikan tuna. Indonesia mempunyai potensi produksi bandeng yang cukup besar dimana 1,5 miliar nener dihasilkan setiap tahun dan tersedia 6 juta ha lahan potensial untuk budidaya ikan. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1995) produksi bandeng dan tuna dari tahun 1985 – 1992 mengalami peningkatan merata masing 5,90% dan 16,91%.
PERSIAPAN
Perbaikan Kontruksi
Sebagai wadah pemeliharaan, kontruksi tambak harus disiapkan dengan matang agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan pada masa pemeliharaan berlangsung.
Perbaikan Pintu dan Saluran Air
Secara alami, kontruksi pintu air menggalami penyusutan sejalan dengan lama penggunaanya dan pada akhirnya terjadi kerusakan/lapuk. Perbaikan pintu air dilakukan dengan menganti komponen yang rusak, kemudian dibersihkan. Perbaikan saluran air dilakukan dengan membersihkannya dari sampah kemudian diperlebar dan diperdalam dengan mengangkat dan membuang lumpur yang terdapat pada dinding dan dasar saluran.
Perbaikan Pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan menutup bocoran yang disebabkan oleh organisme/hama penganggu seperti belut, kepiting, dan udang peletok. Ada bocoran pada pematang akan sangat merugikan karen nener yang ditebar dapat meninggalkan petak pemeliharaan bersama air yang keluar melalui bocoran tersebut.
Pengeringan
Sejalan dengan perbaikan kontruksi, dilakukan pengeringan selama 1 – 2 minggu atau hingga tanah dasar tambak retak – retak tetapi tidak berdebu.
Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk menaikkan dan menstabilkan pH tanah. Penggapuran dilakukan pada saat tanah benar – benar kering dengan menggunakan kapur pertanian (CaCO3) sebanyak 500 kg/ha. Kapur tersebut tersebar secara merata pada seluruh permukaan tanah dasar tambak.
PEMUPUKAN DAN PEMBERANTASAN HAMA
Pupuk yang digunakan dalam pemupukan tambak adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berupa kotoran ayam, sapi, dan dedaunan dengan dosis 1.000kg/ha atau pupuk urea 150 kg/ha ditaburkan secara merata di dasar tambak. Kemudian tanah dasar diairi macak – macak dengan tinggi air sekitar 5 cm pada bagian pelataran dan dibiarkan selama 1 minggu dalam kondisi terik matahari.
Pupuk anorganik berupa Urea dan TSP dengan dosis masing – masing 75 kg/ha diaplikasikan 2 hari setelah pemasukan air. Setelah klekap tumbuh, samponin diaplikasikan kedalam air tambak dengan dosis 15 ppm untuk membunuh ikan – ikan kecil, ikan liar dan hama lainnya. Adapun beberapa hama yang dimaksud sebagai berikut :  Berang – berang (Amblomix cineria), Werelu (Lutrogate perspicillata), Ular (Cerberus rhynchops), Biawak (Varamus salvator), Kakap (Lates calcalifer), Payus (Elops hawaiensis), Kerang – kerangan (Therapon meraps), Bulan – bulan (Megalops cyprinoids), Beloso (Butis butis), Kentul (Egretta intermedia), Blekok (Ardiola rellvides), Pecuk Ulo (Anhinga rufa melanogaster), Mujair (Oreocromis mossambicus), dan Udang Jambet (Mesodopsis orientalis).
Penanggulangan hama tersebut dapat dilakukan secara fisik, yaitu memonitor tambak sesering mungkin. Hama yang ditemukan segera disingkirkan dari areal budidaya.
Pada hari ke-2, ketinggian air ditingkatkan secara berangsur – angsur hingga mencapai 30 cm. Setelah klekap tampak cukup banyak yang ditandai dengan air berwarna hijau, ketinggian air ditingkatkan lagi menjadi 40 – 60 cm dan selanjutnya dilakukan penebaran benih ikan bandeng (nener).
PENEBARAN NENER
Penebaran dilakukan pada pagi hari dimana suhu udara dalam kondisi rendah. Bandeng yang ditebarkan berkisar antara 3000-5000 ekor/ha. Sebelum ditebar, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi suhu dan salinitas air tambak dengan cara menempatkan nener dalam satu wadah. Kemudian air tambak dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam wadah tersebut sehingga suhu dan salinitas air dalam wadah menjadi sama dengan kondisi air tambak. Setelah itu nener dapat ditebar secara hati – hati agar tidak mengalami stress dan kematian.
PEMBERIAN PAKAN
Secara alami, pakan utama ikan bandeng ditambak (klekap) dapat ditumbuhkan melalui pemupukan pada saat persiapan dan pengolahan tambak. Untuk memacu laju pertumbuhan ikan bandeng, dapat diberikan pakan tambahan berupa pellet khusus ikan bandeng sebanyak 5 – 10%BB/hari. Pakan tambahan tersebut pertama kali diberikan pada ikan telah mencapai umur   15 hari.
PENGELOLAAN KUALITAS AIR
Selama masa pemeliharaan berlangsung pengamatan kondisi tambak dilakukan terus – menerus untuk menjaga/ memprediksi kualitas air. Nilai parameter kualitas yang baik untuk ikan bandeng adalah: salintas 15-30 ppt, suhu 27-31oC, pH 7,5-8,5 ,kecerahan 20-30 cm, dan DO>3ppm.
PEMANENAN
Pemanenan bandeng dilakukan dengan setelah ikan berumur  4 – 6 bulan pemeliharaan dengan ukuran berkisar antara 3 – 4 ekor/kg. Pemanenan dilakukan mengunakan jaring insang.
Pemanenan pada saat air pasang.
Pemanenan pada saat air pasang dilakukan dengan memasukan air laut ke dalam tambak agar ikan – ikan bergerak ke arah pemasukan air. Kemudian digiring dengan jaring ke dekat pintu pemasukan. Ikan – ikan yang ter kurung segera dipindahkan kedalam penampung dengan seser.
Pemanenan pada saat air surut
Pemanenan pada saat air surut dilakukan dengan menyurutkan air tambak terlebih dahulu. Kemudian ikan – ikan digiring kesalah satu sudut tambak menggunakan jaring. Ikan – ikan yang terkurung segera dipindahkan ke dalam penampung.
Sumber :
dkp.jatengprov.go.id/index.php/artikel/bidangpukp/teknologi-budidaya-bandeng

MENGENAL KANDUNGAN GIZI PADA IKAN

MENGENAL KANDUNGAN GIZI PADA IKAN




MENGENAL KANDUNGAN GIZI PADA IKAN
IKAN terdiri dari ikan air tawar dan ikan laut. Keduanya adalah makanan sumber protein yang sangat penting untuk pertumbuhan tubuh. Ikan mengandung 18 % protein terdiri dari asam-asam amino esensial yang tidak rusak pada waktu pemasakan. Kandungan lemaknya 1-20 % lemak yang mudah dicerna serta langsung dapat digunakan oleh jaringan tubuh. Kandungan lemaknya sebagian besar adalah asam lemak tak jenuh yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan dapat menurunkan kolesterol darah.
Macam-macam ikan mengandung jumlah lemak yang bervariasi, ada yang lebih berlemak dan ada yang kurang berlemak. Lemak merupakan salah satu unsur besar dalam ikan, unsur lainnya adalah protein, vitamin, dan mineral. Orang telah menyadari makan ikan dari laut dan air tawar lebih baik nilai gizinya, namun hanya orang di pesisir yang gemar makan ikan laut. Orang di daerah pedalaman jarang mengkonsumsi ikan laut, mungkin karena kesegarannya kurang terjamin sehingga bisa mengubah rasa ikan tersebut. Di daerah pedalaman yang ada sungai, empang, dan danau tentu banyak ikan air tawar yang tidak kalah nilai proteinnya dan juga bermanfaat untuk pertumbuhan tubuh.
Ikan sering disebut sebagai makanan untuk kecerdasan. Ikan sebagai makanan sumber protein yang tinggi. Kalau dalam menu sehari-hari kita menghidangkan ikan, maka kita memberikan sumbangan yang tinggi pada jaringan tubuh kita. Absorpsi protein ikan lebih tinggi dibandingkan daging sapi, ayam, dan lain-lain. Mengapa demikian?
Daging ikan mempunyai serat-serat protein lebih pendek daripada serat-serat protein daging sapi atau ayam. Oleh karena itu ikan dan hasil produknya banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengalami kesulitan pencernaan sebab mudah dicerna. Vitamin yang ada dalam ikan juga bermacam-macam, yaitu vitamin A, D, Thiamin, Riboflavin,dan Niacin. Ikan juga mengandung mineral yang kurang lebih sama banyaknya dengan mineral yang ada dalam susu seperti kalsium, phosphor, akan lebih tinggi dibandingkan dengan susu. Ada dua kelompok vitamin dalam ikan yaitu larut dalam air dan larut minyak. Yang larut dalam minyak yaitu vitamin A dan D, yaitu dalam minyak ikan.
Kandungan gizi yang terdapat pada ikan, antara lain:
A. Protein
  1. Kandungan protein ikan lebih tinggi dari protein serealia di kacang-kacangan, setara dengan daging, sedikit dibawah telur.
  2. Protein ikan sangat mudah dicerna, sehingga baik bagi balita yang sistem pencernaannya belum sesempurna orang dewasa.
  3. Protein ikan mengandung berbagai asam amino dalam bentuk yang mendekati asam amino didalam tubuh manusia. Komposisi asam amino protein ikan juga lebih lengkap dibanding bahan makanan lain, salah satunya taurin, sangat bermanfaat merangsang pertumbuhan sel otak balita.
B. Lemak
  1. Asam lemak ikan merupakan asam lemak essensial yang sifatnya tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh sangat bermanfaat untuk mempertahankan kesehatan tubuh dan menjaga kestabilan kadar kolesterol.
  2. Beberapa ikan yang berasal dari laut dalam seperti salmon, tuna, sarden dan makarel, mengandung asam lemak yang tergabung dalam kelompok asam lemak omega 3. Yang paling dominan dari kelompok ini adalah asam eikosapentaenoic (EPA) dan asam docosaheksaenouic (DHA). Keduanya bermanfaat dalam menurunkan kolesterol dalam darah dan meningkatkan pertumbuhan sel-sel otak sikecil
C. Vitamin
  1. Vitamin A banyak terdapat pada minyak hati ikan bermanfaat mencegah kebutaan pada anak.
  2. Vitamin D selain  terdapat dalam daging ikan, juga pada telur serta minyak hati ikan. Vitamin ini penting bagi pertumbuhan dan kekuatan tulang.
  3. Vitamin B 6 membantu metabolisme asam amino dan lemak serta mencegah anemia dan kerusakan syaraf.
  4. Vitamin B12 bermanfaat dalam pembentukan sel-sel darah merah, membantu metabolisme lemak, dan melindungi jantung juga kerusakan syaraf
D. Mineral
  1. Zat besi jauh lebih mudah diserap tubuh ketimbang dari sumber lain seperti serealia atau kacang-kacangan. Zat besi membantu mencegah terjadinya anemia.
  2. Yodium mencegah terjadinya penyakit  gondok serta hambatan pertumbuhan anak, bahkan juga kecerdasannya.
  3. Selenium berperan membantu metabolisme tubuh dan sebagai antioksidan yang melindungi tubuh dari radikal bebas, antioksidan bisa mencegah terjadinya penyakit degeneratif seperti jantung koroner.
  4. Seng membantu kerja enzim dan hormon.
  5. Fluor menguatkan serta menyehatkan gigi skecil.

Kandungan gizi beberapa jenis ikan per 100 gr (diambil dari sumber daftar komposisi bahan pangan) diantaranya sebagai berikut:
a. Ikan Salmon
   • Kalori     : 116
   • Protein (gr)   : 19.9
   • Lemak (gr)     : 3.45
   • Kolesterol (mg): 52
   • Zat besi (mg)  : 0.77
b. Ikan Tengiri
   • Kalori         : 112
   • Protein (gr)   : 21.4
   • Lemak (gr)     : 2.3
   • Kolesterol (mg): 33
   • Zat besi (mg)  : 0.9
c. Ikan Tongkol
   • Kalori         : 111
   • Protein (gr)   : 24
   • Lemak (gr)     : 1
   • Kolesterol (mg): 46
   • Zat besi (mg)  : 0.7
d. Ikan Kakap
   • Kalori         : 111
   • Protein (gr)   : 24
   • Lemak (gr)     : 1
   • Kolesterol (mg): 46
   • Zat besi (mg)  : 0.7
e. Ikan Kembung
   • Kalori         : 112
   • Protein (gr)   : 21.4
   • Lemak (gr)     : 2.3
   • Kolesterol (mg): 33
   • Zat besi (mg)  : 0.9
f. Ikan Bawal
   • Kalori         : 84
   • Protein (gr)   : 18.2
   • Lemak (gr)     : 0.7
   • Kolesterol (mg): 44
   • Zat besi (mg)  : 0.4
g. Ikan Bandeng
   • Kalori         : 84
   • Protein (gr)   : 14.8
   • Lemak (gr)     : 2.3
   • Kolesterol (mg): 58
   • Zat besi (mg)  : 0.3
h. Ikan Cue
   • Kalori         : 74
   • Protein (gr)   : 13
   • Lemak (gr)     : 2
   • Kolesterol (mg): 50
   • Zat besi (mg)  : 0.3
i. Belut
   • Kalori         : 112
   • Protein (gr)   : 21.4
   • Lemak (gr)     : 2.3
   • Kolesterol (mg): 33
   • Zat besi (mg)  : 0.9
j. Ikan Mas
   • Kalori         : 130
   • Protein (gr)   : 18.3
   • Lemak (gr)     : 5.8
   • Kolesterol (mg): 67
   • Zat besi (mg)  : 1.3
k. Ikan Lele
   • Kalori         : 84
   • Protein (gr)   : 14.8
   • Lemak (gr)     : 2.3
   • Kolesterol (mg): 58
   • Zat besi (mg)  : 0.3
l. Ikan Wader
   • Kalori         : 84
   • Protein (gr)   : 14.8
   • Lemak (gr)     : 2.3
   • Kolesterol (mg): 58
   • Zat besi (mg)  : 0.3
m. Ikan Mujair
   • Kalori         : 84
   • Protein (gr)   : 18.2
   • Lemak (gr)     : 0.7
   • Kolesterol (mg): 44
   • Zat besi (mg)  : 0.4
Selain sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, ikan juga mudah didapatkan karena Indonesia adalah negera kepulauan. Namun dalam kenyataannya masih ada masyarakat yang menolak makan ikan. Oleh karena itu seorang ibu yang bijak sebaiknya mengenalkan ikan sejak anak bayi, karena nilai gizinya yang tinggi untuk pertumbuhannya juga supaya kalau besar anak akan gemar makan ikan. Hidangkanlah menu ikan dalam menu sehari-hari. Supaya tidak bosan berilah variasi hidangan dari Nusantara sekaligus memperkenalkan selera dari Nusantara yang sangat kaya akan aroma bumbu tradisional dan mempunyai unsur kesehatan juga.
Sumber :
dkp.jatengprov.go.id/index.php/artikel/bidangpukp/mengenal-kandungan-gizi-pada-ikan

Jumat, 16 November 2018

OTAK-OTAK BANDENG

OTAK-OTAK BANDENG


OTAK-OTAK BANDENG

Bandeng merupakan salah satu hasil perikanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi, dan mudah didapatkan. Karena mempunyai banyak duri maka perlu dilakukan suatu cara pengolahan yang tepat supaya diminati oleh konsumen.
Salah satu bentuk olahannya adalah dengan dibuat menjadi otak-otak bandeng. Yaitu suatu olahan bandeng yang diperoleh dengan cara mencampur daging bandeng dengan bumbu-bumbu sehingga diperoleh produk baru tanpa menghilangkan citarasa khas bandeng.
Bahan yang digunakan :
1Ikan Bandeng segar2 kg (8 ekor)
2Telur ayam5 butir
3Bawang merah10 siung
4Bawang putih15 siung
5Ketumbar1 sdt
6Merica½ sdt
7GulaSecukupnya
8GaramSecukupnya
9Kencur2 cm
10Daun jeruk purut5 lembar
11Daun salam2 lembar
12Cabe merah besar5 buah
13Santan kental500 ml
Alat-alat yang digunakan :
1Pisau7Kompor
2Telenan8Dandang
3Ulekan kayu9Oven
4Baskom10Suthil
5Wajan11Sendok
6Panci presto12Perasan santan
Langkah Kerja :
  1. Bandeng dihilangkan sisiknya, sayat bagian bawah sirip pectoral untuk mengeluarkan isi perutnya, dan dihilangkan insangnya. Kemudian cuci hingga bersih dari darah dan kotorannya.
  2. Pukul-pukul bagian punggung bandeng dengan ulekan, lanjutkan dengan memukul-mukul sisi tubuh yang lain sampai tubuh bandeng lemas.
  3. Keluarkan daging dan tulang dari lubang sayatan tadi dengan cara membalik kulit bandeng, sehingga kulit bagian dalam menjadi bagian luar, dan bisa diambil semua daging yang menempel dengan cara dikerok dengan pisau atau sendok.
  4. Balik kulit lagi dan kembalikan seperti posisi semula, lalu rendam dalam air garam, selama proses pemasakan daging, agar tidak terjadi kemunduran mutu.
  5. Untuk membuang duri yang ada pada bandeng tersebut, tumislah bersama dengan minyak goreng sedikit. Pastikan menggunakan minyak goreng secukupnya saja dan juga gunakan api sedang. Setelah durinya muncul ke permukaan, buang semua duri tersebut.
  6. Pisahkan daging dan tulang yang telah dikelurkan, campur dengan santan kental, aduk rata. Presto campuran daging, tulang dan santan sampai lunak (empuk).
  7. Iris halus daun jeruk nipis dan cabe merah besar yang telah dihilangkan bijinya. Tumis hingga layu. Sisihkan.
  8. Haluskan bumbu-bumbu (bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, kencur, gula dan garam). Dan Tumis hingga harum, kemudian masukkan daging bandeng yang telah dipresto, aduk hingga tercampur rata. Kemudian masukkan tumisan daun jeruk dan cabe. Angkat dari kompor dan dinginkan.
  9. Kocok telur dan campurkan dalam adonan daging, sampai rata.
  10. Keluarkan kulit bandeng dari rendaman garam dan cuci hingga bersih, agar rasa asin hilang.
  11. Masukkan adonan daging ke dalam kulit dan kepala bandeng sampai terisi penuh. Kemudian kukus selama 30 menit.
  12. Kemudian bandeng yang dikukus matang dioven hingga kering.
  13. Otak-otak bandeng siap dikemas.
Diagram alir pengolahan otak-otak bandeng :



Sumber :
dkp.jatengprov.go.id/index.php/artikel/bidangpukp/otak-otak-bandeng

Macam-Macam Alat Penangkap Ikan

Macam-Macam Alat Penangkap Ikan



Macam-Macam Alat Penangkap Ikan (API). Dalam dunia perikanan, tak lepas dengan usaha penangkapan Sumber Daya Ikan. Dalam menangkap ikan menggunakan alat tangkap, untuk mempermudahkan manusia dalam menangkap SDI (Sumber Daya Ikan). Ternyata API yang digunakan dalam menangkap ikan ada beraneka macam. Nah, apa saja Macam-Macam Alat Penangkap Ikan yang digunakan? Langsung cek pembahasannya..

Cekidottt!!!

Eittt.. Tapi sebelum membahas tentang Macam-Macam Alat Penangkap Ikan, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu istilah-istilah dalam dunia penangkapan.
Istilah-Istilah dalam Dunia Penangkapan :

  1. Fishing : usaha untuk menangkap ikan dan hewan akuatik lain untuk tujuan ekonomi dan eksploitasi 
  2. Fishing trip : waktu yang diperlukan dari mulai persiapan ke laut sampai ke pangkalan (tergantungdari kemampuan perahu) 
  3. Actual fishing day : waktu dimana penangkapan benar-benar dilakukan mulai menebar jaring dan menariknya 
  4. Fishing tactics : cara penangkapan ikan yang disesuaikan dengan kelakuan ikan dan daerah penangkapan 
  5. Fishing power : hasil tangkapan dari densitas ikan dalam satu satuan waktu

Macam-Macam Alat Penangkap Ikan

GARUK (BEAM TRAWL)
merupakan jaring berbentuk kantong mengerucut yang memiliki sayap, badan, dan kantong jaring serta dilengkapi pembuka mulut jaring (beam) dengan ukuran mata jaring pada bagian kantong (cod end) tidak kurang dari 3 cm. Pengoperasiannya pada lapisan dasar perairan yang ditarik oleh 1 (satu) buah kapal yang bergerak aktif.
Target : kekerangan, by-catch : udang dan Ikan Demersal

beam trawl

PUKAT TARIK (SEINE NET) 
  1. Payang (boat seine) merupakan jaring berbentuk kantong mengerucut yang memiliki sayap, badan, dan kantong jaring serta tali penarik (selambar). Pengoperasiannya pada lapisan perairan permukaan (pelajik) kemudian langsung ditarik dari atas kapal yang tidak bergerak (pasif). Alat bantu penangkapan yang digunakan antara lain lampu dan/atau rumpon. Target : Ikan Pelagis
  2. Cantrang (danish seine) merupakan jaring berbentuk kantong mengerucut yang memiliki sayap, badan, dan kantong jaring serta tali penarik (selambar). Pengoperasiannya pada lapisan dasarperairan (demersal) kemudian langsung ditarik dari atas kapal yang tidak bergerak (pasif). Mesin bantu penangkapan yang digunakan dapat berupa capstan. Target : udang, by-catch : Ikan Demersal
cantrang
JARING 

JARING INSANG (gillnet) 
Jaring insang hanyut (drift gillnet) merupakan beberapa rangkaian lembaran jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang jaring maksimum adalah tidak boleh lebih dari 2.500 meter. Pengoperasiannya pada lapisan permukaan yang dihanyutkan mengikuti arus. Alat bantu penangkapan ikan dapat berupa lampu. Alat bantu elektronik yang digunakan antara lain adalah alat pendeteksi ikan (fish finder). Mesin bantu penangkapan yang digunakan antara lain alat penarik jaring (net drum). Target : Ikan Pelagis

gillnet

JARING ANGKAT ( liftnet)
jaring yang berbentuk kantong persegi empat yang dilengkapi dengan bingkai bambu pada bagian sisi-sisinya. Pengoperasiannya dilakukan di perairan permukaan dengan menurunkan dan mengangkat jaring secara vertikal dari bagian tengah perahu/rakit. Alat bantu penangkapan yang digunakan antara lain lampu sebagai alat pengumpul ikan, dan penggulung tali jaring (roller) untuk penurunan dan pengangkatan jaring. Alat bantu elektronik yang digunakan antara lain adalah alat pendeteksi ikan (fish finder). Target : Ikan Pelagis (cumi-cumi & teri) dan demersal yang fototaksis positif.


lift net

PUKAT CINCIN (purse seine)
merupakan jaring berbentuk empat persegi panjang atau trapesium yang dilengkapi cincin (ring) dan tali kerut (purse line). Pengoperasiannya pada lapisan perairan permukaan hingga jaring membentuk kantong kemudian langsung ditarik dari atas kapal yang tidak bergerak (pasif). Pukat cincin memiliki ukuran mata jaring tidak kurang dari 1 (satu) inci dan untuk pelajik besar adalah tidak kurang dari 3 inci. Alat bantu penangkapan yang digunakan antara lain lampu dan/atau rumpon. Alat bantu elektronik yang digunakan antara lain alat pendeteksi ikan (fish finder). Mesin bantu penangkapan yang digunakan antara lain mesin penarik (winch), alat penarik jaring (power block) dan mesin derek. Target : Ikan Pelagis

purse seine

PANCING

RAWAI TUNA (tuna long line)
merupakan rangkaian pancing dengan sistem tali-temali yang terdiri dari tali utama (main line), tali-tali cabang (branch line ), tali pelampung (bouy line). Pengoperasiannya dilakukan secara horizontal di lapisan perairan permukaan dan pertengahan. Alat bantu elektronik yang digunakan antara lain adalah alat pendeteksi ikan (fish finder). Mesin bantu penangkapan yang digunakan antara lain alat penarik tali utama (line hauler), alat pelempar tali cabang (line thrower) dan pengatur tali utama (line arranger). Target : tuna (Ikan Pelagis besar).


tuna long line
HUHATE (pole and line)
merupakan jenis pancing yang terdiri dari joran/tongkat, tali pancing mata pancing yang tidak berkait, bak umpan, dan umpan hidup. Alat bantu penangkapan adalah rumpon. Alat bantu elektronik yang digunakan antara lain adalah alat pendeteksi ikan (fish finder). Mesin bantu penangkapan yang digunakan antara lain alat penyemprot air (water spayer). Target : ikan cakalang.
pole and line


PANCING ULUR (hand line)
pancing yang terdiri dari tali pancing dan mata pancing berkait yang diberi umpan asli. Pengoperasiannya dilakukan di lapisan perairan permukaan hingga perairan dasar. Target : Ikan Pelagis / demersal.
hand line

PANCING TONDA (trolling line)
pancing yang terdiri dari tali pancing, mata pancing berkait yang diberi umpan buatan dan tidak menggunakan joran. Dalam pengoperasiannya ditarik secara aktif oleh 1 (satu) buah kapal di lapisan perairan permukaan. Target : Ikan Pelagis.
pancig tonda

PERANGKAP (trap)

BUBU (portable pot) merupakan jenis perangkap yang terdiri dari kerangka dan badan bubu yang dilengkapi mulut perangkap. Dalam pengoperasiannya dapat berupa rangkaian pada lapisan pertengahan atau dasar perairan. Target : Ikan Demersal
bubu

JERMAL (kelong atau guiding barrier)
merupakan alat penangkapan ikan jenis jaring yang berbentuk kantong. Pengoperasiannya bersifat statis dan disetting di perairan permukaan yang dipengaruhi langsung oleh arus. Target : Ikan Pelagis / demersal
SERO (guiding barrier) 
merupakan alat penangkapan ikan jenis perangkap yang terdiri dari penaju (leader net), badan jaring, dan kantong jaring. pengoperasiannya bersifat statis dan disetting di perairan yang dipengaruhi langsung oleh pasang surut. Target : Ikan Pelagis / demersal. 
guiding barrier

SET NET
merupakan alat penangkapan ikan jenis perangkap, yang terdiri dari penaju (leader net), badan jaring, dan kantong jaring. pengoperasiannya bersifat statis dan disetting di perairan permukaan. Target : Ikan Pelagis / demersal.
set net 
MUROAMI (drive in net)
adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring yang khusus digunakan untuk menangkap jenis-jenis ikan karang yang dipasang di sekitar terumbu karang. Ikan-ikan yang akan ditangkap digiring dari arah mulut jaring ke bagian kantong jaring oleh beberapa orang dengan cara berenang-renang sambil menghalau ikan-ikan untuk masuk ke dalam kantong jaring. Target : Ikan Demersal (ikan ekor kuning).
perangkap


ALAT PENGUMPUL (collector)

PENGUMPUL Kekerangan/Rumput Laut
merupakan alat penangkapan jenis kekerangan /atau rumput laut dengan menggunakan pisau, cangkul garpu, tongkat pengait. Pengumpulan dapat dilakukan di pasir pantai dan perairan pantai.

TOMBAK (harpoon)
merupakan alat penangkap ikan yang telah digunakan sejak zaman dahulu. Terdiri dari mata tombak dan pegangan, cara pengoperasiannya adalah dengan meleparkan tombak dengan arah mata tombak menunjuk pada sasaran (ikan) yang akan ditangkap.
harpoon

Sumber :
togaikan.blogspot.com/2016/02/macam-macam-alat-penangkap-ikan.

PENGOLAHAN IKAN GURAME

PENGOLAHAN IKAN GURAME A.       Potensi Ikan Gurami Ikan  Gurami  adalah jenis  ikan air tawar  yang sangat populer dan digemar...