Jumat, 22 Maret 2019

TEKNIK BUDIDAYA IKAN MAANVIS (Pterophyllum scalare)



PENDAHULUAN
Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare) adalah ikan hias air tawar yang merupakan salah satu ikan hias yang dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor yang menjanjikan sehingga mempunyai prospek yang cukup potensial untuk dikembangkan bagi pengusaha atau pembudidaya ikan hias. Peluang yang sangat baik tersebut harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Oleh karena itu perlu kesiapan dalam mengembangkan komoditas ini baik dari teknologi pembenihan maupun teknologi pembesarannya.
Beberapa jenis ikan hias air tawar yang banyak disukai oleh para kolektor di luar negeri antara lain ; Tetra, Maanvis, Diskus, Cupang, Severum, Balck Ghost, dan banyak lagi. Peluang ini sekaligus merupakan tantangan bagi para pembudidaya dan pengusaha Indonesia untuk lebih meningkatkan ekspor ikan hiasnya.
Saat ini, ekspor ikan hias dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan yang signifikan. Apabila dilihat dari volume ekspor tahun 1998 berjumlah hanya 192 ton dan pada tahun 2002 berjumlah 3.513 ton yang berarti kenaikan per tahun rata-rata sekitar 343,6%.
Dengan data dan fakta yang ada, bisa diartikan bahwa komoditas ikan hias ini masih bisa dipacu lagi pengembangannya. Untuk itu, guna mencapai cita-cita yang kita inginkan yakni menyumbangkan devisa dari sector perikanan budidaya, maka cara yang perlu kita lakukan adalah dengan meningkatkan kesehatan ikan yang kita budidayakan sehingga produksinya meningkat.

DESKRIPSI IKAN MAANVIS
Klasifikasi
Sistematika Ikan Maanvis adalah sebagai berikut :
·   Ordo                    : Perchomorphidei
·   Subordo               : Percoidea
·   Famili                  : Cichlidae
·   Genus                  : Pterophyllum
·   Spesies                : Pterophyllum scalare
Ikan Maanvis merupakan bukan ikan hias asli Indonesia tetapi berasal dari Amerika Selatan yakni dari dataran Orinocu dan Sungai Amazon. Di habitat aslinya, ikan ini dijumpai pada perairan tenang dan banyak ditumbuhi tanaman air dengan suhu 23 – 28 oC dan pH berkisar antara 6,5 – 7,0. Maanvis termasuk kedalam golongan ikan pemakan segala (omnivore) serta bersifat pendamai sehingga dapat dipelihara bersama ikan-ikan yang  memiliki gerakanlamban. Seperti umumnya ikan  dari famili Cichlidae, Maanvis pun memiliki sifat sayang terhadap keturunannya. Begitu sayangnya, terkadang ia tega menyantap anak-anaknya bila ia merasa ada yang mengganggu keselamatannya.

PROSES BUDIDAYA IKAN MAANVIS
Persiapan Sarana Pemijahan
Ada beberapa tempat yang dapat digunakan sebagai tempat pemijahan Ikan Maanvis, diantaranya kolam atau bak semen, dan akuarium. Jika menggunkan bak semen, ukurannya 100 x 100 x 80 cm. namun bila menggynkan akuarium bisa dipakai ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 60 x 40 x 40 cm. Tempat pemijahan sebaiknya diletakkan pada lokasi yang terhindar dari kebisingan serta diusahakan suasananya agak gelap sesuai dengan sifat ikan ini yang menyukai suasana sepi dan damai.
Karena Maanvis mempunyai sifat menempelkan telurnya, maka di dalam tempat pemijahan harus disediakan benda atau alat sebagai media untuk menempelkan telur. Benda ini bisa berupa pecahan botol, pipa paralon, atau benda lain yang permukaannya licin. Bisa pula dari jenis tanaman air yang berdaun panjang dan kuat ( bisa pula diganti dengan potongan daun pisang yang agak lebar ). Sebelum digunakan, semua alat ini dicuci ersih terlebih dahulu.
Setelah dibersihkan, kemudian wadah pemijahan diisi air setinggi  30 cm  dengan  suhu  air 23    26 oC  dan  pH 6,8  – 7.  Air sebagai media pemijahan maupun pemeliharaan harus selalu bersih dan kualitasnya terjaga.

Pemilihan Induk
Pada pemilihan induk Ikan Maanvis, perbedaan antara jantan dan betina kurang terlihat jelas. Oleh karena itu, hal termudah yang dapat dilakukan adalah dengan cara memilih induk Maanvis yang sudah berpasangan dari sekumpulan induk yang dipelihara yang kemudian dipisahkan dan ditempatkan pada wadah pemijahan.
Pada umur yang sama, ukuran ikan jantan lebih besar dengan perutnya yang pipih serta bagian kepala yang juga besar mempunyai benjolan kecil (kadang tidak tampak jelas) yang terletak antara ujung mulut dan sirip punggung. Sedangkan Maanvis betian, sekalipun ukurannya lebih kecil tetapi perutnya agak menonjol dengan bentuk kepala yang relative kecil dan umumnya menbentuk garis lurus antara mulut dan sirip punggung.
Ikan Maanvis mulai dewasa dan siap kawin bila umurnya telah mencapai 7 – 12 bulan dengan ukuran tubuh anatar 6 – 8 cm. ikan yang mijah biasanya selalu bersama-sama kemanapun pergi (berkejar-kejaran).  

Proses Pemijahan
Untuk menciptakan suasana tentram pada saat pemijahan, sebaiknya pada dinding akuarium ditempel kertas berwarna gelap. Jika menggunakan bak semen, maka pada permukaan air bak tersebut bisa diberi tanaman air yang mengapung seperti eceng gondok (Echornia crassipes).  Hal ini dilakukan sesuai dengan sifatIkan Maanvis yang gemar hidup ditempat gelap. Baru setelah itu induk yang telah berpasangan dapat dilepaskan ke dalam wadah pemijahan.
Proses pemijahan biasanya terjadi pada malam hari ketika suasana tenang dan sepi. Induk betina segera akan meletakkan telur pada media yang telah disediakan sehingga keesokan harinya tampak telur yang menempel pada media tersebut.

Penetasan Telur
Setelah menetas, biasanya induk Ikan Mannvis akan menjaga dan merawat telurnya dengan cermat secara bergantian. Kelompok telur yang melekat pada daun atau benda lain dibersihkan dengan mulut sambil mengkipas-kipaskan siripnya agar telur-telur tersebut memperoleh aliran air yang segar. Pada kondisi ini sebaiknya induk jangan dikagetkan, karena jika itu terjadi bisa jadi induk Maanvis akan memakan telurnya karena sayangnya induk kepada keturunannya.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut diatas, alangkah lebih baiknya telur-telur tersebut diangkat dan ditetaskan pada tempat tersendiri. Telur akan menetas dalam waktu 2 – 3 hari pada suhu 25–280C. Larvanya akan menggantung pada permukaan daun dengan perantaraan seutas benang halus yang dihasilkannya. Dua atau tuga hari kemudian anak Maanvis terlihat sudah mulai berenang sendiri.

Pendederan
Persediaan kuning telur pada umur 3 – 4 hari sudah habis dan anakan Maanvis sudah aktif berenang. Keadaan seperti ini merupakan saat-saat yang rawan dalam usaha budidaya Maanvis. Oleh karena itu harus segera mendapat perlakuan sebaik-baiknya yang biasanya dipindah ke wadah pendederan seperti bak semen yang berukuran 2 x 2 m dengan kepadatan 300 ekor.
Semenjak hari pertama hingga hari ke tujuh, benih diberi pakan berupa infusorea atau rotifera. Awal minggu kedua diberi naupli artemia atau kutu air halus hasil saringan, kemudian cacing sutera atau pakan buatan berbentuk tepung halus. Pemberian pakan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terdapat sisa pakan di dasar wadah yang dapat menyebabkan perubahan kualitas air pada wadah budidaya. Pemeliharaan tahap pertama ini biasanya diakhiri dengan kegiatan seleksi.

Pembesaran
Pembesaran Maanvis dapat dilakukan di kolam atau bak semen ukuran 2 x 2 m dengan kepadatan tergantung pada ukuran ikan. Biasanya kepadatan setelah pendederan dikurangi menjadi 100 – 150 ekor. Benih untuk pembesaran ini biasanya sudah berumur 3 – 4 minggu. Tandanya ialah sirip-siripnya sudah lengkap. Pakan yang diberikan berupa kutu air besar, cacing sutera, ataupun cacing darah.
Biasanya pada usia 2 bulan dan dewasa, ikan ini sudah tahan  terhadap perubahan kualitas air. Namun demikian, pergantianair sebaiknya dilakukan secara rutin. Ini disebabkan sirip dadanya yang panjang seperti dasi sangat mudah rusak bila terserang penyakit. Jika sudah rusak maka nilai jualnya pun hilang (menurun). Pada ukuran 3,5 cm atau berumur sekitar 3 bulan, Maanvis sudah dapat dijual.

 


DAFTAR PUSTAKA
Daelami Deden A.S. Agar Ikan Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Ganis L.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Maanvis Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Lesmana Darti S. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Jakarta : Penebar Swadaya, 2003.
Sukadi Fatuchri.  Ikan Hias Air Tawar dan Prospeknya. Dirjen Perikanan Budidaya, 2003.

TEKNIK BUDIDAYA IKAN OSCAR (Astronotus acellatus)



PENDAHULUAN
Ikan oscar (Astronotus acellatus) adalah salah satu jenis ikan hias yang banyak disukai atau digemari oleh kalangan pecinta ikan hias ataupun pehobby di Indonesia, karena ikan ini memiliki komposisi warna yang menarik sehingga dalam pemeliharaannya ikan ini memerlukan makanan dan perawatan khusus. Bercak warna indah yang menempel pada tubuhnya tidak akan muncul apabila ikan ini mengalami stres. Terjadinya stres dapat merupakan satu langkah awal terserangnya ikan ini oleh organisme penyabab penyakit, sehingga selain pengetahuan tentang cara perawatan yang baik, pengetahuan tentang penyakit yang sering menyerang ikan oscar dan cara-cara menanggulanginya, perlu dimiliki oleh para pehobby ataupun para pembudidaya ikan hias ini. 

DESKRIPSI IKAN OSCAR
Sistematika
Ordo            : Percomorpjoidei
Famili          : Cichlidae
Genus          : Astronotus
Spesies        : Astronotus acellatus, Cuvier

Morfologi
Ikan Oscar memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan nila, ia memiliki kepala yang besar dengan mulutnya lebar, bergerigi, agak meruncing, dan terletak di tengah (terminal). Sirip punggung (dorsal fin) berbentuk lebar yang ujungnya bersebrangan dengan sirip dada (pectoral fin), serta ujung sirip punggung dan sirip anus meruncing agak tumpul. Sirip ekornya berbentuk bulat (rounded).
Tubuhnya dilapisi warna dasar bervariasi, akan tetapi lebih sering ditemukan Oscar yang memiliki warna dasar hijau zaitun gelap atau coklat tua dengan coretan dan bintik-bintik tidak beraturan di bagian sisi yang berasal dari sisik yang berwarna kuning keemasan atau kemerah-merahan. Ikan jantan mempunyai beberapa tanda merah menyala pada tutup insang dan dekat daerah perut di samping. Kecerahan warna ikan ini sering berganti-ganti tergantung pada kondisi ikan. Ikan ini memiliki pergerakan yang gesit karena ditunjang dengan bentuk badan yang langsing, pipih ke samping (compressed).
Tingkah Laku
Ikan oscar  termasuk ikan yang cerdas, karena ikan ini mudah mengenali pemiliknya. Selain itu, dapat kita ketrahui bahwa ikan ini juga sensitif terhadap gerakan, intesnsitas cahaya, dan irama akan tetapi ikan ini jugamempunyai kebiasaan merusak atau mengganggu ornamen-ornamen yang ada di dalam akuarium.
Ikan oscar dewasa termasuk ikan buas, karena ia mempunyai kebiasaan memakan ikan-ikan yang berukuran kecil terlebih jika ikan itu bukan dari famili yang sama dengannya. Ikan oscar dapat hidup rukun apabila dipelihara dengan ikan dari Famili Chiclidae lainnya yang memiliki ukuran tubuh sama dengannya.
Makanan
Makanan yang biasa diberikan pada ikan oscar sangat variatif seperti ikan-ikan kecil, jentik nyamuk, ataupun potongan-potongan ikan lainnya. Akan tetapi, untuk menghasilkan ikan oscar yang memiliki kualitas warna yang baik, maka sebaiknya makanan yang diberikan pada ikan ini adalah makanan yang mengandung zat chitine. Jenis makanan yang mengandung zat chitine kebanyakan adalah makanan alami berupa hewan-hewan yang memiliki cangkang seperti kutu air, udang  kali, rayap, dan lain-lain.
Reproduksi
Ikan oscar dapat dipijahkan setelah mencapai ukuran panjang 15 cm dengan lebar 10 cm. Telur hasil pemijahan akan ditempatkan oleh induk oscar pada substrat yang memiliki permukaan licin seperti kaca, porselin, ataupun pecahan genting, dan selanjutnya akan dijaga oleh induk sampai telur tersebut menetas.
Ikan oscar dapat bertelur setiap 10 hari sekali dengan jumlah telur sekitar 1000-3000 butir per induk. Sepasang induk oscar dapat dipijahkan sampai 5 musim pemijahan atau sampai berumur 7 tahun. Semakin tua umur ikan oscar, maka kuantitas telur yang dihasilkannyapun akan semakin menurun.

TEKNIK PEMBENIHAN
Persiapan Sarana Pemijahan
Sarana pemijahan yang sering dipakai untuk memijahkan ikan oscar adalah berupa bak semen dengan ukuran 2 x 2 x 0,5 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan pembersihan bak dari kotoran dan sampah-sanpah. Apabila bak yang akan dipakai adalah bak yang baru dibuat, maka sebaiknya bak tersebut direndam dengan air sumur selama 4 minggu dengan perlakuan setiap 2 minggu sekali bak dikuras. Setelah itu lakukan penjemuran terhadap bak pemijahan, hal ini dilakukan selain untuk memberikan rangsangan terhadap oscar, juga untuk membunuh bibit penyakit yang diperkirakan bersarang dalam bak.
Setelah bak pemijahan disiapkan, selanjutnya air dimasukan ke dalam bak dengan ketinggian 25-30 cm. Sumber air yang dapat digunakan adalah air sumur ataupun air PAM, akan tetapi air tersebut perlu diendapkan selama 12-24 jam.
Substrat (Penempel Telur)
Telur ikan oscar bersifat adhesiv, artinya telur memerlukan tempat untuk menempel (substrat). Jenis substrat yang biasa digunakan dalam pemijahan ikan oscar adalah berupa batu yang memiliki permukaan datar ataupun bahan lain yang memiliki permukaan licin, seperti pecahan genting, porselin, kaca ataupun pipa paralon.
Sebelum dimasukan ke dalam bak pemijahan, substrat yang akan dipakai sebaiknya dicuci dahulu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel agar tidak mengganggu telur. Jumlah substrat yang dimasukan disesuaikan dengan jumlah induk oscar yang akan dipijahkan. Untuk setiap pasangan induk oscar yang akan dipijahkan, cukup diberikan substrat 1 saja, dan substrat tersebut kita simpan di bagian sudut bak. Ukuran substrat yang ideal biasanya adalah 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm.
Pemasukan Induk
Ikan oscar dapat dipijahkan dengan perbandingan induk jantan dan betina 1 : 1. Jumlah induk oscar yang akan dipijahkan, sebaiknya disesuaikan  dengan ukuran bak pemijahan 2 x 2 m dapat dimasukan induk sebanyak 4 pasang.
Proses Pemijahan
Proses pemijahan pada ikan oscar dimulai dengan gerakan-gerakan lincah dari induk jantan untuk memikat induk betina, kemudian kedua induk akan mencari tempat yang dianggap cocok dan membersihkannya. Setelah itu, induk betina akan mulai mengeluarkan telurnya di permukaan substrat, dan induk jantan akan langsung mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur tersebut.
Telur-telur hasil pemijahan tadi, akan dijaga oleh kedua induk, akan tetapi sering pula terjadi induk oscar memakan telur-telurnya kembali karena ia kekurangan makanan. Oleh karena itu untuk mencegah hal itu terjadi, maka sebaiknya telur-telur tadi kita pindahkan ke tempat lain untuk ditetaskan.
Penetasan Telur
Telur-telur hasil pemijahan sebaiknya di tetaskan di dalam wadah terpisah dengan bak pemijahan. Wadah yang biasa digunakan adalah akuarium yang diisi air setinggi 6-8 cm. Akuarium tersebut kita tempatkan pada tempat yang terlindung dari hujan dan panas yang berlebihan. Akuarium penetasan sebaiknya di aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut bagi telur. Gelembung udara yang dihasilkan oleh aerator jangan terlalu besar, hal ini bertujuan agar telur tidak terganggu.
Dalam waktu 3 hari, telur-telur yang kita tetaskan biasanya sudah mulai menetas. Larva ikan oscar tidak langsung kita beri makan, karena ia masih memiliki kantung kuning telur sebagai sumber makanannya. Pada umur 4 hari benih sudah mulai diberi makanan alami berupa kutu air. Benih yang dapat dihasilkan dari sepasang induk adalah 1000-3000 ekor.
Perawatan
Larva yang telah menetas selanjutnya kita pelihara di dalam akuarium penetasan sampai berumur 1 bulan. Selama pemeliharaan, ketinggian air dalam akuarium ditingkatkan secara bertahap setiap 7 hari sekali yaitu dari 6 cm menjadi 10 cm, 15 cm dan 20 cm.
Setelah berumur 1 bulan, benih-benih tersebut kita pelihara dalam bak berukuran 4 m2 dengan kepadatan 250 ekor per m2. Selama pemeliharaan, benih di beri makanan berupa kutu air ataupun cacing sutera. Makanan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari secara adlibitum.

PENYAKIT DAN PENGENDALIANNYA
Usaha pengendalian penyakit yang sering menyerang ikan oscar dapat dilihat secara jelas di dalam tabel 1.
Tabel 1. Pengendalian Penyakit Pada Ikan Oscar
PENYAKIT

PENCEGAHAN

PENGOBATAN
PERLAKUAN DENGAN BAHAN ALAMI
VIRUS



Epithelioma papulasum
Pengelolaan air yang baik dan treatment terhadap peralatan yang digunakan

 

Penyuntikan dengan larutan arsenic pada bagian perut ikan yang sakit. Penyuntikan pertama menggunakan 1 ml larutan 1% arsenic dalam senyawa arycil dan diikuti 3 kali penyuntikan dengan larutan 5%
Perendaman ikan dengan menggunakan ekstrak daun sambiloto (antibiotic alami)
BAKTERI

 

 


Myxobacterium sp.

(bakteri yang termasuk ke dalam famili Mycobactericeace)
Pengelolaan air yang baik dan treatment terhadap peralatan yang digunakan

 

Penyuntikan dengan Kanamycin (antibiotic) 0,02 mg/gr ikan

Penyuntikan dengan Streptomysin 0,01-0,02 mg/gr ikan

Perendaman dengan larutan Streptomycin 10 ppm
Perendaman ikan dengan menggunakan ekstrak daun sambiloto (antibiotic alami)
Flexibacter columnaris

(berkaitan dengan stres lingkungan terutama jika temperatur lingkungan meningkat terlalu tinggi)
Pengelolaan air yang baik dan treatment terhadap peralatan yang digunakan

 

Perendaman ikan dalam larutan malachite green 1:50.000 selama 10-30 detik

Perendaman ikan dalam larutan CuSO4­ 500 ppm selama 1-2 menit
Perendaman ikan dengan menggunakan ekstrak buah mahkota dewa









DAFTAR PUSTAKA
Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993
Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya, Jakarta : 2001
Hakim A.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Oscar Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
http://www.google.com/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6xSW25sL1960ztZGu9n4e0fz5L2z4gs79bbWD_mWbgeafuOOIDBlPRZQFF0O-LwxZDeUJ3XfVWPyWW8dGqxZoX34AtlFMfOoC-widWGtYFrO6UjrZnwFrUXuxrmvlr8A2lRHCY42yfbpq/s400/Ocellatus.jpg&imgrefurl=http://uplixs-fish.blogspot.com/2007/11/oscar.html&h=257&w=388&sz=38&tbnid=QE2gTkHEfv_eOM:&tbnh=90&tbnw=136&zoom=1&usg=__jOMO3teBbgMwkC7t4WPH3NSfqy8=&docid=uLqxf6Moe9_QMM&hl=id&sa=X&ei=d36IUZuDKsX_rQfvlIGoAQ&sqi=2&ved=0CDMQ9QEwAg&dur=2980
Susanto, Heru. Oscar. Penebar Swadaya. Jakarta : 1993

TEKNIK BUDIDAYA IKAN LOU HAN (Red Flower Horn)




PENDAHULUAN

Ikan Lou han adalah salah satu ikan hias yang memilik banyak penggemar di Indonesia. Pada dasarnya, lou han ini merupakan jenis ikan yang tahan dari pengaruh temperatur atau kesadahan yang rendah. Namun, yang namanya mahluk hidup tetap saja bisa terganggu kesehatannya, terutama saat kondisinya lemah. Lemahnya kondisi lou han bisa diakibatkan kondisi air yang buruk atau serangan bakteri patogen. Lemahnya kondisi ikan bisa semakin parah jika pengetahuan tentang fisiologi ikan serta pengobatan penyakit tidak dikuasai, karena itu pengetahuan tentang sifat penyakit, serta pengobatan harus dikuasai secara jelas.
Pemeliharaan lou han sebenarnya tergantang pada selera pemiliknya, yang penting adalah teknik atau cara-caranya harus diketahui terlebih dahulu. Hal yang harus diperhatikan dalam memelihara lou han, antara lain :

Kondisi Aquarium dan Peralatannya

Untuk mendukung kesehatan dan penampilan lou han, kebersihan aquarium harus diperhatikan. Aquarium yang kotor bisa jadi sumber penyakit bagi lou han. Yang biasanya menjadi sumber kotoran aquarium adalah sisa pakan, lumut, sisa obat dan kotoran lou han. Patokan dalam membersihkan aquarium adalah tingkat kekotoran aquarium, kondisi peralatan dan aksesoris pendukung juga harus diperhatikan.Jika tidak bersih atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya, peralatan dan aksesoris ini bisa menjadi sumber penyakit.

 

Kualitas Air

Air merupakan factor penting dalam meningkatkan kualitas lou han. Air harus bersih dari bahan beracun yang berasal dari sumber air, sisa metabolisme ikan atau sisa pakan yang berlebihan. Meskipun lou han tergolong ikan hias yang memiliki toleransi yang cukup tinggiterhadap kualitas air, berbagai parameter air harus tetap diperhatikan. Sebelum digunakan, air perlu diendapkan didalam bak penampungan. Bak penampungan dapat berupa tong bekas atau fiberglass.
 
         Kualitas Pakan dan Pemberiannya
Supaya lou han peliharaan tetap cantik, pakan yang diberikan harus mengandung menu seimbang. Pakan yang salah dapat membuat lou han menjadi stress dan tidak suka makan. Pakan yang seimbang memiliki karbohidrat, protein, lemak, mineral,dan vitamin yang memadai. Pemberian pakan harus sesuai dengan aturan agar tidak cepat mengotori aquarium, sehingga tidak menimbulkan penyakit.Pakan juga harus cukup agar ikan cepat tumbuh, pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering dengan jumlah yang tidak terlalu banyaklebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang dengan jumlah yang berlebihan.

DESKRIPSI IKAN LOU HAN

Sistematika

Lou Han adalah ikan hias yang penampilannya cantik dan menarik dengan aneka warna yang cerah.Budidaya Lou Han sudah banyak dilakukan di Indonesia, baik oleh para peternak atau pengusaha ikan hias maupun para hobiis.
 Menurut sistematikanya, ikan Lou han digolongkan sebagai berikut:
Ø  Ordo                    : Percomorphoidei
Ø  Sub Ordo             : Percoidea
Ø  Family                 : Cichlidae
Ø  Genus                : Cichlasoma
Ø  Spesies             : Red Flower Horn       
Meskipun Lou Han termasuk jenis ikan hias yang relative tahan terhadap infeksi penyakit, jika kualitas air tempat pemeliharaan tidak cocok bagi ikan tersebut, Maka akan timbul masalah. Masalah ini akan semakin parah jika penanganannya di lakukan dengan cara yang tidak sempurna, terutama bagi ikan yang baru di datangkan dari tempat lain. Salah satu masalah yang sering merugikan para peternak ikan hias adalah masalah penyakit.Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah Lou Han memiliki sifat yang mudah berubah. Hal ini disebabkan lou han merupakan hasil persilangan dari beberapa jenis ikan yang termasuk keluarga siklid (Cichlidae) dari genus Cichlasoma. Di samping itu proses perkawinan silang kurang mengikuti kaidah yang benar akan berakibat pada penurunan mutu genetic. Efek dari penurunan mutu genetic ini adalah menurunnya daya tahan ikan terhadap penyakit.
Lou Han (Cichlasoma sp) termasuk salah satu jenis ikan hias baru yang memiliki penampilan cantik dengan nilai ekonomis yang tinggi. Ikan ini mulai marak dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dengan berbagai sebutan, yaitu Flower born, Flower louhan, dan sun go kong. Sebutan lainnya adalah mutiara dari timur.       
Lou han merupakan hasil persilangan dari ikan jenis siklid lain,yaitu Cichlasoma synpilum dengan Cichlosoma cycnoguttatum ( Neetropus carpintis). Persilangan antar siklid-siklid ini di lakukan oleh orang-orang dari Negara Malaysia. Namun kini sudah banyak persilangan antar jenis ikan siklid lainnya, baik oleh para peternak local maupun manca Negara, sehingga di peroleh berbagai variasi Lou Han. Beberapa species yang merupakan ikan hias dari family Cichlidae yang sudah dikenal di Indonesia di antaranya jenis Oskar (astronhotus ocellatus),texas (Cichlasoma cyanoguttatum), zebra (cichlasoma nigrofasciatum), angel fish atau manvis (Pteophylum spp), dan discus (Symphysodon discus).

Daerah Penyebaran

Ikan yang tergolong dalam keluarga Cichlidae banyak ditemukan di perairan Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Namun, menurut pakar breeder di Malaysia, kebanyakan keluarga Lou Han berasal dari perairan Amerika latin, seperti meksiko, Paraguay dan Kolombia. Berkat keuletan para beeder di Malaysia, dalam tempo tiga tahun saja. Lou han telah menjadi ikan yang fenomenal, mengalahkan semua jenis ikan eksotis yang bergengsi di Negara Asia.
Penyebarannya di Afrika dan Madagaskar mencapai 700 species dan hanya 3 species yang terdapat di Asia. Beberapa species family Cichlidae yang terdapat di daerah Afrika merupakan species yang endemic, sehingga tidak bisa ditemukan di daerah lain. Species ini biasanya meletakkan telur tidak jauh dari tempat tinggalnya.Ada yang meletakkan telur di batu, daun-daun tanaman air, pasir, dan rongga mulut.Species ini baik jantan dan betina memiliki insting yang kuat untuk melindungi telur atau anaknya.

BUDIDAYA LOU HAN

Pemilihan Calon Induk

Jenis induk jantan dan betina yang dipilih disesuaikandengan jenis keturunan yang diharapkan, keturunan yang dihasilkan merupakan penggabungan factor genetis kedua induknya.Jika dilihat secara fisik, induk jantan memiliki badan yang lebih langsing dengan jarak antara mulut dan nongnong dekat, sedangkan betina memiliki tubuh yang lebihmembulat dan gendut dibagian perut serta jarak antara mulut dan nongnong agak jauh. Lou han jantan memiliki variasi warna yang lebih banyak dan legas, sedangkan lou han betina agak pucat. Hal ini memang tidak mutlak karena ada juga betina yang menampilkan warna cerah, tetapi setidaknya prediksi ini memiliki kemungkinan kebenaran 80 %.

Memijahkan Induk

Lou han adalah ikan yang hidup soliter, karena itu menjodohkan lou han memerlukan strategi khusus. Calon induk diletakkan dalam aquarium yang diberi pembatas kaca, biarkan keduanya saling mengenal sampai lou han betina benar-benar matang telur dan si jantan siap mencumbunya. Dalam proses pengenalan biasanya betina akanlebih agresif dibandingkan jantan. Umur perjodohan paling baik adalah jantan 2,5 tahun dan betina 2 tahun, dalam usia ini telur yang dibuahi lebih banyak serta keturunannya akan lebih besar.

Merawat Telur dan Burayak

Setelah berjodoh dan siap dipilahkan, dalam tempo paling lama tiga hari saja lou han akan bertelur dimedia telur berupa keramik yang diletakan didasar aquarium. Dalam tempo tiga hari telur biasanya sudah mulai menetas. Pada hari ke-4 aquarium tampak dipenuhi oleh burayak lou han. Burayak masih memiliki cadangan kuning telur ditubuhnya sampai hari ke-4 setelah menetas.Pada hari ke-5 baru diberi pakan kutu air yang disaring, pemberian pakan 3-4 kali /hari.yang harus diperhatikan adalah pakan yang diberikan sekali habis dan tiodak cepat mengotori aquarium.

DAFTAR PUSTAKA

Firmansyah A dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lou Han Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
S. Hambali, 2001. Mewaspadai dan Menanggulangi Penyakit  Pada Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta.
S. Suwandi, 2002.  Memilih Anakan dan Meningkatkan Kualitas Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta

PENGOLAHAN IKAN GURAME

PENGOLAHAN IKAN GURAME A.       Potensi Ikan Gurami Ikan  Gurami  adalah jenis  ikan air tawar  yang sangat populer dan digemar...